Yogyakarta (ANTARA) - Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X meminta kasus penularan COVID-19 yang beberapa waktu terakhir muncul di sejumlah sekolah di wilayahnya mendapatkan penanganan yang cepat sehingga tidak menjadi klaster.

"Yang penting cepat ditangani, untuk tidak jadi klaster," kata Sultan di Kompleks Kepatihan, Yogyakarta, Rabu.

Menurut dia, kasus penularan COVID-19 seperti yang muncul di SMPN 2 Pakem, Sleman serta di SDN Sukoharjo dan SMKN 1 Sedayu, Bantul bukan terjadi akibat pelaksanaan pembelajaran tatap muka, melainkan disebabkan aktivitas siswa di luar sekolah.

"Bukan dari sekolah ya, tapi memang dari luar, terbawa (ke sekolah)," kata dia.

Oleh sebab itu, solusinya adalah dengan meminta siswa yang positif COVID-19 melakukan isolasi di rumah.

Baca juga: Empat sekolah di Solo-Jateng ditutup akibat terpapar COVID-19
Baca juga: Positivity rate sekolah di atas lima persen, PTM ditutup sementara

Karena bukan disebabkan adanya klaster sekolah, Sultan memilih melanjutkan pelaksanaan PTM. Apalagi, sekolah beserta pemerintah daerah telah secara optimal mengejar target capaian vaksinasi COVID-19.

"Saya kira sekolah, pemda, sudah maksimal. Dalam arti tidak hanya vaksin, tapi kan sekolah sudah mempersiapkan. Perlu dilihat apakah OTG itu dari luar atau dari sekolah. Kalau dari sekolah ya di-close, kalau dari luar ya bagaimana diisolasi. Tapi kan rata-rata dari luar," kata Sri Sultan.

Baca juga: Dirjen: PTM di kelas bisa ditutup jika ada siswa positif COVID-19
Baca juga: Satgas minta PTM ditutup jika ditemukan kasus positif baru

Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga (Disdikpora) DIY Didik Wardaya memastikan seluruh sekolah berbagai jenjang di DIY telah memahami dan mematuhi ketentuan pelaksanaan PTM terbatas.

Meski demikian, ia mengatakan bakal mengevaluasi pelaksanaan PTM di lima kabupaten/kota di DIY.

"Tentunya kita gunakan sebagai evaluasi. Apakah kita harus memperketat protokol kesehatan di sekolah, itu kita lakukan," kata dia.

Selain itu, Disdikpora DIY juga bakal melakukan tes COVID-19 kepada siswa secara acak.

"Bergiliran, secara acak. Pengambilan sampel mungkin 10 persen dari jumlah siswa," kata dia.

Baca juga: Sempat ditutup karena guru positif, PTM SD 08 Kenari dibuka kembali
Baca juga: Kemendikbudristek akan ditutup kembali sekolah jika ditemukan COVID-19