Pertanian Unsri ajak bersinergi selesaikan masalah lahan basah
27 Oktober 2021 16:17 WIB
Sidang terbuka Dies Natalis ke-58 Fakultas Pertanian Unsri secara luring dan daring di Kampus Unsri Indralaya, Rabu (27/10). (ANTARA/Yudi Abdullah/21)
Palembang (ANTARA) - Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya (Unsri) Palembang Dr A. Muslim mengajak semua pihak dan pemangku kepentingan di Sumatra Selatan bersinergi menyelesaikan berbagai permasalahan lahan basah yang ada di provinsi setempat.
"Mari bersama-sama kita bersinergi menghasilkan karya-karya besar inovatif untuk menyelesaikan masalah-masalah lahan basah dan lainnya melalui Tri Dharma Perguruan Tinggi," kata Dr A. Muslim pada sidang terbuka acara puncak Dies Natalis ke-58 Fakultas Pertanian Unsri secara luring dan daring di Kampus Unsri Indralaya, Rabu.
Menurut dia, lahan basah berfungsi sebagai sumber dan pemurni air, pelindung pantai dan penyimpan karbon terbesar di planet ini.
Lahan basah juga sangat penting untuk pertanian dan perikanan, oleh karena itu dunia tanpa lahan basah seperti dunia tanpa air.
Baca juga: ULM luncurkan kapal riset bekantan dukung penelitian di lahan basah
Baca juga: SBI jaga ekosistem lahan basah habitat bekantan
Dengan melestarikan dan memulihkan lahan basah bisa mengurangi emisi karbon dan meningkatkan kemampuan manusia beradaptasi dengan perubahan iklim, meningkatkan keanekaragaman hayati, ketahanan air dan kesejahteraan.
Dampak bencana alam maupun bencana buatan manusia semakin meningkat karena terjadinya perubahan iklim, adanya pembangunan yang tidak terencana dan semakin rusaknya kondisi lingkungan.
Sebagian besar atau sekitar 90 persen dari bencana tersebut berhubungan dengan air.
Untuk mengurangi kerusakan dan kehilangan akibat bencana, mengembalikan lahan basah yang hilang dan memperbaiki lahan basah yang telah rusak merupakan salah satu solusinya, kata Dekan Fakultas Pertanian Unsri itu.
Sementara Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian Prof. Dedi Nursyamsi dalam orasi ilmiahnya pada Dies Natalis ke-58 FP Unsri yang mengusung tema 'Inovasi Pengelolaan Lahan Basah Untuk Ketahanan Pangan di Era Pandemi COVID-19' perlu memanfaatkan lahan tersebut secara optimal sebagai lahan pertanian.
"Pulau Sumatra memiliki potensi lahan rawa pasang surut dan lebak yang cukup besar sehingga diharapkan dapat dimanfaatkan secara optimal sebagai lahan pertanian yang menghasilkan berbagai bahan pangan," ujarnya.
Potensi peningkatan produktivitas lahan basah antara lain pengelolaan tanah dan air, ameliorasi dan pemupukan berimbang, kegiatan pembuatan jaringan tata air makro dan tata air mikro.
Penataan lahan basah perlu diperhatikan hubungan antara tipologi lahan, tipe luapan dan pola pemanfaatannya, kata Prof. Dedi.*
Baca juga: Pemkot Surabaya diminta kembangkan kawasan lahan basah
Baca juga: Bappenas susun peta jalan pengelolaan lahan basah untuk mangrove
"Mari bersama-sama kita bersinergi menghasilkan karya-karya besar inovatif untuk menyelesaikan masalah-masalah lahan basah dan lainnya melalui Tri Dharma Perguruan Tinggi," kata Dr A. Muslim pada sidang terbuka acara puncak Dies Natalis ke-58 Fakultas Pertanian Unsri secara luring dan daring di Kampus Unsri Indralaya, Rabu.
Menurut dia, lahan basah berfungsi sebagai sumber dan pemurni air, pelindung pantai dan penyimpan karbon terbesar di planet ini.
Lahan basah juga sangat penting untuk pertanian dan perikanan, oleh karena itu dunia tanpa lahan basah seperti dunia tanpa air.
Baca juga: ULM luncurkan kapal riset bekantan dukung penelitian di lahan basah
Baca juga: SBI jaga ekosistem lahan basah habitat bekantan
Dengan melestarikan dan memulihkan lahan basah bisa mengurangi emisi karbon dan meningkatkan kemampuan manusia beradaptasi dengan perubahan iklim, meningkatkan keanekaragaman hayati, ketahanan air dan kesejahteraan.
Dampak bencana alam maupun bencana buatan manusia semakin meningkat karena terjadinya perubahan iklim, adanya pembangunan yang tidak terencana dan semakin rusaknya kondisi lingkungan.
Sebagian besar atau sekitar 90 persen dari bencana tersebut berhubungan dengan air.
Untuk mengurangi kerusakan dan kehilangan akibat bencana, mengembalikan lahan basah yang hilang dan memperbaiki lahan basah yang telah rusak merupakan salah satu solusinya, kata Dekan Fakultas Pertanian Unsri itu.
Sementara Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian Prof. Dedi Nursyamsi dalam orasi ilmiahnya pada Dies Natalis ke-58 FP Unsri yang mengusung tema 'Inovasi Pengelolaan Lahan Basah Untuk Ketahanan Pangan di Era Pandemi COVID-19' perlu memanfaatkan lahan tersebut secara optimal sebagai lahan pertanian.
"Pulau Sumatra memiliki potensi lahan rawa pasang surut dan lebak yang cukup besar sehingga diharapkan dapat dimanfaatkan secara optimal sebagai lahan pertanian yang menghasilkan berbagai bahan pangan," ujarnya.
Potensi peningkatan produktivitas lahan basah antara lain pengelolaan tanah dan air, ameliorasi dan pemupukan berimbang, kegiatan pembuatan jaringan tata air makro dan tata air mikro.
Penataan lahan basah perlu diperhatikan hubungan antara tipologi lahan, tipe luapan dan pola pemanfaatannya, kata Prof. Dedi.*
Baca juga: Pemkot Surabaya diminta kembangkan kawasan lahan basah
Baca juga: Bappenas susun peta jalan pengelolaan lahan basah untuk mangrove
Pewarta: Yudi Abdullah
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2021
Tags: