Port-Au-Prince (ANTARA) - Stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) di Haiti masih kehabisan stok pada Selasa ketika geng kriminal memblokade pintu masuk pelabuhan dan pemimpin mereka mendesak Perdana Menteri Ariel Henry untuk mundur.

Kelangkaan bahan bakar minyak (BBM) membuat warga Haiti sulit mendapatkan transportasi dan memaksa sejumlah bisnis menghentikan operasi.

Rumah sakit yang bergantung pada pembangkit listrik diesel --akibat seringnya pemadaman listrik-- kemungkinan juga akan tutup.

Situasi itu telah menambah beban penduduk yang masih berjuang menghadapi krisis ekonomi.

Baca juga: Geng Haiti ancam bunuh misionaris AS yang diculik

Mereka juga khawatir pada kasus-kasus penculikan oleh geng kejahatan, termasuk penyanderaan sekelompok misionaris Amerika dan Kanada awal bulan ini.

Jimmy "Barbecue" Cherizier, kepala geng koalisi "G9" di kawasan metropolitan ibu kota Port-au-Prince, mengatakan pada Senin malam bahwa dirinya akan memastikan keamanan distribusi BBM jika Henry lengser.

"Daerah-daerah yang dikuasai G9 ditutup dengan hanya satu alasan - kami menuntut pengunduran diri Ariel Henry," kata Cherizier dalam wawancara radio.

"Jika Ariel Henry mundur pada jam 8 pagi, pada jam 8.05 kami akan membuka jalan dan semua truk boleh melintas untuk mengangkut bahan bakar."

Juru bicara kantor perdana menteri belum menanggapi permintaan untuk berkomentar dan Cherizier tidak bisa dihubungi.


Baca juga: Geng Haiti minta tebusan Rp 240 miliar untuk bebaskan misionaris

Pernyataannya menunjukkan bagaimana geng-geng kriminal telah mengambil alih peran politik, menyusul pembunuhan Presiden Jovenel Moise pada Juli.

Cherizier sebelumnya mengatakan Henry harus "menjawab pertanyaan" yang mengaitkan dirinya dengan pembunuhan Moise. Henry membantah keterlibatannya dalam peristiwa itu.

Pemilu awalnya dijadwalkan akan digelar pada November namun ditunda setelah bulan lalu Henry membubarkan dewan pemilihan yang dianggap condong pada Moise.

Henry berjanji akan menunjuk dewan nonpartisan yang akan menetapkan tanggal pemilu.


Baca juga: Misionaris AS diculik di Haiti saat geng kian nekat

BMPAD, biro bantuan luar negeri Haiti yang mengawasi pengadaan BBM, mengunggah video di Twitter yang mengatakan bahwa negara itu memiliki stok 150.000 barel solar dan 50.000 barel bensin. Tambahan 50.000 barel bensin akan tiba pada Rabu.

Sebanyak 100.000 barel solar dan bensin akan memasok kebutuhan BBM Haiti untuk 5-7 hari, kata Marc Andre Deriphonse, ketua asosiasi pemilik SPBU, ANAPROSS.

Kalangan bisnis telah diperingatkan bahwa mereka kemungkinan akan tutup karena BBM langka. Para penyedia telekomunikasi mengatakan sejumlah menara pemancar sudah tidak bisa beroperasi.

"(Situasi) ini terburuk yang pernah saya lihat," kata seorang pengemudi ojek yang sedang menunggu penumpang di luar Port-au-Prince, saat ditanya tentang kelangkaan BBM.


Baca juga: 17 misionaris AS beserta keluarganya diculik di Haiti

Para pengojek mengikat wadah satu galon di sepeda motor mereka dengan harapan bisa mengisinya dengan bensin yang dijual di pasar gelap.

Harga segalon bensin di pinggir jalan bisa mencapai 20 dolar AS (sekitar Rp283.500), jauh lebih tinggi dibanding harga di SPBU yang hanya 2 dolar.

Pelaku bisnis angkutan menyerukan mogok untuk memprotes gelombang penculikan, yang telah membuat takut sopir truk dan pekerja angkutan umum.

Badan anak-anak PBB, UNICEF, pada Minggu mengatakan telah bernegosiasi untuk mengirim BBM ke rumah sakit namun pihak pemasok kemudian menolak dengan alasan keamanan.

Di sebuah pos polisi dekat Port-au-Prince, dua petugas tak bisa bertugas lantaran kehabisan BBM, kata seorang polisi yang tak mau disebutkan namanya.

"Sebagian besar kendaraan kami hanya terisi seperempat tangki," katanya.

Sumber: Reuters



Baca juga: Imigrasi Malaysia tegaskan tidak lantik agen program rekalibrasi

Baca juga: Palestina kecam rencana pembangunan ribuan rumah Israel