Airlangga pastikan percepatan pembentukan talenta dan ekonomi digital
26 Oktober 2021 15:16 WIB
Ilustrasi - Sejumlah pengembang permainan digital (game) memeriksa hasil karyanya di studio Simpleton di Malang, Jawa Timur. ANTARA FOTO/Ari Bowo Sucipto/nz/aa.
Jakarta (ANTARA) - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto memastikan adanya upaya percepatan dari pemerintah untuk membentuk talenta digital dan meningkatkan pengembangan ekonomi digital.
Airlangga dalam acara The 1st International Conference on Humanities and Social Sciences (ICHSS) 2021 di Jakarta, Selasa, mengatakan upaya ini dilakukan mengingat akselerasi transformasi digital di berbagai sektor ekonomi mulai terjadi dan dampaknya dapat membantu pemulihan ekonomi nasional.
Menurut dia, saat ini teknologi digital digunakan dalam berbagai sektor ekonomi dan bisnis, seperti fintech, e-commerce, layanan kesehatan/pendidikan/transportasi online, maupun Internet of Things (IoT).
Khusus untuk layanan kesehatan dan pendidikan diprediksi akan menjadi sangat besar kontribusinya dalam ekonomi digital ke depannya, atau mengalahkan potensi dari e-commerce.
Baca juga: Airlangga: Kasus luar Jawa-Bali turun signifikan hingga 97 persen
"Untuk sekarang, e-commerce adalah sektor utama yang mendukung ekonomi digital di Indonesia. Sebanyak 72,73 persen dari total transaksi ekonomi digital di Indonesia berasal dari e-commerce. Pada 2020, nilai e-commerce mencapai 32 miliar dolar AS, dan diproyeksikan akan mencapai 83 miliar dolar AS di 2025," katanya.
Sementara itu, potensi anak muda di era digital, atau generasi Z dan generasi milenial dengan usia 8 hingga 39 tahun, sangat besar sebagai talenta digital, wirausahawan digital atau sebagai konsumen potensial dari berbagai produk domestik.
Untuk itu, pemerintah sudah menyiapkan berbagai langkah untuk optimalisasi talenta digital dan pengembangan ekonomi digital seperti menyiapkan infrastruktur untuk internet 5G dan data center serta melakukan pelatihan melalui program kartu prakerja dan Digital Leadership Academy.
Selain itu, pemerintah sudah mengeluarkan regulasi UU Cipta Kerja dan aturan pelaksanaannya, mengembangkan ekosistem UMKM digital, serta menyediakan fasilitas pembiayaan untuk membantu perusahaan rintisan (start-up) di bidang teknologi digital.
Airlangga memastikan Indonesia juga siap menghadapi perubahan menjadi Society 5.0, dengan sejumlah besar informasi dari sensor wilayah fisik diakumulasikan ke dalam wilayah maya (cyberspace).
Baca juga: Airlangga sebut tak ada lonjakan kasus COVID-19 akibat PON Papua
Dalam ranah cyberspace ini, lanjut dia, big data dianalisis oleh Artificial Intelligence (AI), dan hasilnya akan dikembalikan ke wilayah fisik untuk dimanfaatkan oleh masyarakat.
"Kuncinya adalah tetap kita harus membangun talenta digital dan meningkatkan literasi digital kepada masyarakat umum," kata Airlangga.
Ia juga menegaskan keterlibatan semua pemangku kepentingan mempunyai peran penting dalam pengembangan kewirausahaan dan ekosistem digital, termasuk dari Lembaga Pendidikan Tinggi atau Universitas.
"Kita menggunakan konsep pentahelix yang terdapat unsur pemerintah, komunitas, akademisi, pengusaha, dan media. Di sini, pemerintah menjadi fasilitator juga regulator, sementara akademisi menjadi pencetus kurikulum kewirausahaan yang bagus, dan pendorong penciptaan lebih banyak lagi perusahaan start-up yang dimulai dari inovasi mahasiswa," katanya.
Airlangga dalam acara The 1st International Conference on Humanities and Social Sciences (ICHSS) 2021 di Jakarta, Selasa, mengatakan upaya ini dilakukan mengingat akselerasi transformasi digital di berbagai sektor ekonomi mulai terjadi dan dampaknya dapat membantu pemulihan ekonomi nasional.
Menurut dia, saat ini teknologi digital digunakan dalam berbagai sektor ekonomi dan bisnis, seperti fintech, e-commerce, layanan kesehatan/pendidikan/transportasi online, maupun Internet of Things (IoT).
Khusus untuk layanan kesehatan dan pendidikan diprediksi akan menjadi sangat besar kontribusinya dalam ekonomi digital ke depannya, atau mengalahkan potensi dari e-commerce.
Baca juga: Airlangga: Kasus luar Jawa-Bali turun signifikan hingga 97 persen
"Untuk sekarang, e-commerce adalah sektor utama yang mendukung ekonomi digital di Indonesia. Sebanyak 72,73 persen dari total transaksi ekonomi digital di Indonesia berasal dari e-commerce. Pada 2020, nilai e-commerce mencapai 32 miliar dolar AS, dan diproyeksikan akan mencapai 83 miliar dolar AS di 2025," katanya.
Sementara itu, potensi anak muda di era digital, atau generasi Z dan generasi milenial dengan usia 8 hingga 39 tahun, sangat besar sebagai talenta digital, wirausahawan digital atau sebagai konsumen potensial dari berbagai produk domestik.
Untuk itu, pemerintah sudah menyiapkan berbagai langkah untuk optimalisasi talenta digital dan pengembangan ekonomi digital seperti menyiapkan infrastruktur untuk internet 5G dan data center serta melakukan pelatihan melalui program kartu prakerja dan Digital Leadership Academy.
Selain itu, pemerintah sudah mengeluarkan regulasi UU Cipta Kerja dan aturan pelaksanaannya, mengembangkan ekosistem UMKM digital, serta menyediakan fasilitas pembiayaan untuk membantu perusahaan rintisan (start-up) di bidang teknologi digital.
Airlangga memastikan Indonesia juga siap menghadapi perubahan menjadi Society 5.0, dengan sejumlah besar informasi dari sensor wilayah fisik diakumulasikan ke dalam wilayah maya (cyberspace).
Baca juga: Airlangga sebut tak ada lonjakan kasus COVID-19 akibat PON Papua
Dalam ranah cyberspace ini, lanjut dia, big data dianalisis oleh Artificial Intelligence (AI), dan hasilnya akan dikembalikan ke wilayah fisik untuk dimanfaatkan oleh masyarakat.
"Kuncinya adalah tetap kita harus membangun talenta digital dan meningkatkan literasi digital kepada masyarakat umum," kata Airlangga.
Ia juga menegaskan keterlibatan semua pemangku kepentingan mempunyai peran penting dalam pengembangan kewirausahaan dan ekosistem digital, termasuk dari Lembaga Pendidikan Tinggi atau Universitas.
"Kita menggunakan konsep pentahelix yang terdapat unsur pemerintah, komunitas, akademisi, pengusaha, dan media. Di sini, pemerintah menjadi fasilitator juga regulator, sementara akademisi menjadi pencetus kurikulum kewirausahaan yang bagus, dan pendorong penciptaan lebih banyak lagi perusahaan start-up yang dimulai dari inovasi mahasiswa," katanya.
Pewarta: Satyagraha
Editor: Adi Lazuardi
Copyright © ANTARA 2021
Tags: