Jakarta (ANTARA) - Raksasa media sosial Facebook pada Senin (25/10) waktu setempat melaporkan laba yang lebih tinggi untuk kuartal terakhir di tengah kontroversi dokumen Facebook Papers yang mengklaim bahwa platform tersebut menempatkan keuntungan perusahaan di atas keamanan pengguna.

Mengutip laporan Associated Press, Selasa, Facebook mengatakan laba bersihnya tumbuh 17 persen pada periode Juli hingga September menjadi 9,19 miliar dolar AS, didukung oleh pendapatan iklan yang kuat. Laba tersebut naik dari 7,85 miliar dolar AS setahun sebelumnya.

Pendapatan tumbuh 35 persen menjadi 29,01 miliar dolar AS. Saham perusahaan juga naik 2,5 persen setelah ditutup naik 1 persen pada Senin.

“Untuk saat ini, gambaran pendapatan untuk Facebook terlihat sebaik yang diharapkan,” kata analis eMarketer Debra Aho Williamson.

Baca juga: Facebook didesak hentikan proyek mata uang kripto

Baca juga: Facebook akan rekrut 10 ribu karyawan untuk bangun "metaverse"


Facebook Papers merupakan dokumen internal perusahaan yang dibocorkan mantan karyawan Frances Haugen dan memberikannya kepada media Wall Street Journal dan anggota parlemen Amerika Serikat.

The New York Times, The Washington Post, dan Wired termasuk di antara media yang sekarang telah menerima akses ke dokumen tersebut.

Pada Senin (25/10), laporan baru The Washington Post menyebutkan CEO Mark Zuckerberg tunduk pada sensor negara di Vietnam serta mencatat bahwa platform tersebut mengizinkan ujaran kebencian berkembang didorong oleh masalah moderasi konten di negara yang tidak berbahasa Inggris. Laporan tersebut juga menyebutkan bahwa perusahaan mengetahui algoritmenya dapat memicu polarisasi beracun secara daring.

“Dokumen-dokumen yang memberatkan ini menggarisbawahi bahwa kepemimpinan Facebook secara kronis mengabaikan alarm internal yang serius, memilih untuk menempatkan keuntungan di atas orang-orang,” kata Senator AS Richard Blumenthal dalam sebuah pernyataan, dikutip dari AFP pada Selasa.

Pada Senin (25/10), Haugen juga bersaksi di hadapan anggota parlemen Inggris dengan kembali menekankan bahwa perusahaan menempatkan keuntungan di atas kepentingan dan keselamatan pengguna.

“Facebook tidak mau menerima bahkan sedikit keuntungan yang dikorbankan untuk keselamatan, dan itu tidak dapat diterima,” katanya kepada anggota parlemen. Ia juga menambahkan bahwa konten yang berisi kemarahan atau kebencian merupakan cara termudah untuk mengembangkan platform media sosial.

Baca juga: Facebook diminta lebih transparan soal kebijakan akun tokoh terkenal

Baca juga: KPK geledah kamar tahanan Andi Putra terkait unggahan di Facebook

Baca juga: Facebook akan bayar konten berita ke perusahaan media Prancis