Jakarta (ANTARA) - Pemerintah menetapkan hasil penjualan Obligasi Negara Ritel seri ORI020 sebesar Rp15 triliun dengan jumlah masyarakat yang tercatat berinvestasi pada instrumen ini mencapai 30.053 investor.

Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan dalam pernyataan di Jakarta, Senin, memastikan hasil dari penjualan ORI020 akan dimanfaatkan untuk memenuhi sebagian pembiayaan APBN 2021, termasuk penanggulangan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional.

Dari jumlah investor tercatat sebesar 30.053 investor tersebut, sebanyak 11.631 investor atau 38,7 persen diantaranya merupakan investor baru.

"Generasi X yang merupakan kelahiran 1965-1979 (usia 41-55 tahun) kali ini mendominasi porsi investor yaitu mencapai 34,7 persen". Meski secara nominal, sebagian besar disumbang oleh generasi Baby Boomers kelahiran 1946-1964 (usia 54-74 tahun) sebanyak 41,9 persen.

Berdasarkan profesi, jumlah investor didominasi oleh pegawai swasta sebanyak 31,4 persen. Namun, secara nominal, investor dengan profesi wiraswasta memiliki pemesanan terbanyak yaitu mencapai 41,8 persen dari total.

Dari sisi gender, investor ORI020 kali ini didominasi oleh wanita yaitu hingga 59,1 persen. Jumlah ini merupakan yang tertinggi sejak Surat Utang Negara (SUN) Ritel ditawarkan secara online, dengan ibu rumah tangga menduduki peringkat tiga besar investor ORI020 berdasarkan profesi.

Sementara itu, sejak adanya penerapan Single Investor Identification (SID) terdapat 18.422 investor yang membeli SUN Ritel lebih dari satu kali (repeating investors) atau sekitar 61,3 persen dari jumlah investor dengan nominal pemesanan Rp10,14 triliun. Dari jumlah tersebut, sebanyak 26 investor tidak pernah absen membeli SUN Ritel.

Meski mencapai target penjualan Rp15 triliun, target ORI020 ini merupakan yang terendah dibandingkan Surat Berharga Negara (SBN) Ritel sebelumnya, yaitu ORI 019 sebesar Rp26 triliun dan SR015 sebesar Rp27 triliun.

Penurunan target bagi instrumen SUN Ritel terakhir di 2021 tersebut dilakukan dengan mempertimbangkan proyeksi penurunan kebutuhan pembiayaan APBN seiring membaiknya realisasi penerimaan negara, serta optimalisasi belanja negara dan pembiayaan non utang.

Untuk penerbitan ORI020, pemerintah juga memutuskan masa penawaran dibuat lebih pendek dari penerbitan SBN ritel sebelumnya, serta menurunkan batas maksimal pembelian dari maksimal Rp3 miliar menjadi Rp2 miliar agar masyarakat dengan dana investasi terbatas bisa ikut berpartisipasi.

Sebagian mitra distribusi dari kelompok bank masih mendominasi penjualan ORI020, baik dari nominal maupun jumlah investor. Untuk kelompok non-bank, nominal penjualan terbesar dicapai perusahaan efek dan jumlah investor terbesar dicapai perusahaan fintech APERD.

Baca juga: Kemenkeu: Penjualan SBN sudah capai target pemerintah
Baca juga: Pemerintah turunkan pemesanan maksimal ORI, perbanyak investor ritel
Baca juga: Pemerintah jual ORI-020 berkupon 4,95 persen mulai 4 Oktober