Singapura (ANTARA News) - Harga minyak mentah melonjak di perdagangan Asia pada hari Senin dengan kontrak berjangka New York kembali mendekati 100 dolar Amerika Serikat per barel. Hal itu terjadi setelah meluasnya kerusuhan di Timur Tengah yang kaya minyak, kata analis seperti dilaporkan AFP.

Minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman April naik 1,84 dolar AS menjadi 113,98 dolar AS per barel, sementara kontrak utama New York, minyak mentah light sweet untuk pengiriman April, naik 1,62 dolar AS menjadi 99,50 dolar AS per barel di sore hari.

Kontrak New York untuk minyak West Texas Intermediate mencapai 103,41 dolar AS pada Kamis, tingkat yang terakhir terlihat pada September 2008, dan Brent datang mendekati 120 dolar AS sebelum Arab Saudi meyakinkan pasar bahwa pihaknya siap untuk meningkatkan pasokan.

"Kerusuhan di Timur Tengah dan kekhawatiran bahwa situasi akan memburuk masih mendorong kenaikan harga minyak meskipun diberitakan bahwa Arab Saudi akan meningkatkan produksinya," kata Ong Yi Ling, analis investasi Phillip Futures di Singapura.

Gejolak anti-pemerintah yang sekarang sedang menggoncang Libya dan sebagian besar Timur Tengah menyebar ke Oman, eksportir minyak Teluk lain, selama akhir pekan.

Podusen minyak mentah utama Iran pada Minggu mendesak OPEC, terutama Arab Saudi, untuk menahan diri dari kenaikan sepihak produksi minyak. Dia mengatakan produksi minyak mentah saat ini sudah cukup untuk memenuhi kekurangan yang timbul atas kerusuhan di Libya.

"Tidak perlu bagi anggota OPEC untuk terburu-buru dan mengambil keputusan sepihak untuk meningkatkan produksi," Menteri Perminyakan Masoud Mirkazemi.

Mirkazemi, presiden Organisasi Perminyakan Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) saat ini , mengatakan, kartel minyak belum memutuskan untuk mengadakan sesi luar biasa guna membahas kenaikan dalam output.

Arab Saudi, produsen minyak terbesar OPEC, menghasilkan sekitar 8,4 juta barel minyak per hari dan Iran adalah eksportir terbesar kedua dalam kartel tersebut.
(A026/M012)