Sri Mulyani sebut ekonomi tumbuh 3,1 persen hingga triwulan III 2021
25 Oktober 2021 15:40 WIB
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani dalam Konferensi Pers APBN KITA Edisi Oktober 2021 secara daring di Jakarta, Senin (25/10/2021). ANTARA/Agatha Olivia
Jakarta (ANTARA) - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani menyebutkan realisasi pertumbuhan ekonomi hingga triwulan III 2021 mencapai 3,1 persen, mendekati outlook keseluruhan tahun ini yaitu 3,7 persen sampai 4,5 persen.
"Untuk di APBN memang targetnya adalah lima persen," kata Sri Mulyani dalam Konferensi Pers APBN KITA Edisi Oktober 2021 secara daring di Jakarta, Senin.
Sementara itu, ia menyampaikan realisasi inflasi sejak Januari-September 2021 (year-to-date/ytd) mencapai 0,8 persen atau tumbuh 1,6 persen jika dibandingkan September 2020 (year-on-year/yoy), dari target tiga persen dalam APBN.
Realisasi nilai tukar rupiah mencapai Rp14.210 per dolar AS pada 11 Oktober 2021 dan Rp14.325 per dolar AS pada akhir September 2021.
"Posisi rupiah ini relatif lebih kuat dibandingkan asumsi APBN di level Rp14.600 per dolar AS," ujar Sri Mulyani.
Ia melanjutkan realisasi suku bunga surat berharga egara (SBN) tenor 10 tahun mencapai 6,21 persen pada lelang terakhir per 12 Oktober 2021, atau 6,36 persen (ytd), cukup rendah dibandingkan referensi di APBN yang sebesar 7,2 persen.
Harga minyak mentah Indonesia tercatat sebesar 72,2 dolar AS per barel per Agustus 2021 dan 65,2 dolar AS per barel pada September 2021, lebih tinggi dibandingkan target APBN 2021 yakni 45 dolar AS per barel.
Untuk lifting minyak Indonesia, Bendahara Negara mengatakan tercatat lebih rendah dari APBN yang sebesar 705 ribu barel per hari, atau mencapai 652,6 ribu per barel per Agustus 2021 dan 660 ribu per barel pada September 2021.
Sedangkan lifting gas tercatat di atas target 975 ribu barel setara minyak per hari, yaitu 1,039 juta barel setara minyak per hari di Agustus 2021 dan 1,01 juta barel setara minyak per hari pada September 2021.
Baca juga: Sri Mulyani sebut defisit APBN hingga September capai 2,74 persen
Baca juga: Menkeu: Pendapatan negara September 2021 tumbuh 16,8 persen
Baca juga: Menkeu sebut belanja negara capai Rp1.806,8 triliun per September 2021
"Untuk di APBN memang targetnya adalah lima persen," kata Sri Mulyani dalam Konferensi Pers APBN KITA Edisi Oktober 2021 secara daring di Jakarta, Senin.
Sementara itu, ia menyampaikan realisasi inflasi sejak Januari-September 2021 (year-to-date/ytd) mencapai 0,8 persen atau tumbuh 1,6 persen jika dibandingkan September 2020 (year-on-year/yoy), dari target tiga persen dalam APBN.
Realisasi nilai tukar rupiah mencapai Rp14.210 per dolar AS pada 11 Oktober 2021 dan Rp14.325 per dolar AS pada akhir September 2021.
"Posisi rupiah ini relatif lebih kuat dibandingkan asumsi APBN di level Rp14.600 per dolar AS," ujar Sri Mulyani.
Ia melanjutkan realisasi suku bunga surat berharga egara (SBN) tenor 10 tahun mencapai 6,21 persen pada lelang terakhir per 12 Oktober 2021, atau 6,36 persen (ytd), cukup rendah dibandingkan referensi di APBN yang sebesar 7,2 persen.
Harga minyak mentah Indonesia tercatat sebesar 72,2 dolar AS per barel per Agustus 2021 dan 65,2 dolar AS per barel pada September 2021, lebih tinggi dibandingkan target APBN 2021 yakni 45 dolar AS per barel.
Untuk lifting minyak Indonesia, Bendahara Negara mengatakan tercatat lebih rendah dari APBN yang sebesar 705 ribu barel per hari, atau mencapai 652,6 ribu per barel per Agustus 2021 dan 660 ribu per barel pada September 2021.
Sedangkan lifting gas tercatat di atas target 975 ribu barel setara minyak per hari, yaitu 1,039 juta barel setara minyak per hari di Agustus 2021 dan 1,01 juta barel setara minyak per hari pada September 2021.
Baca juga: Sri Mulyani sebut defisit APBN hingga September capai 2,74 persen
Baca juga: Menkeu: Pendapatan negara September 2021 tumbuh 16,8 persen
Baca juga: Menkeu sebut belanja negara capai Rp1.806,8 triliun per September 2021
Pewarta: Agatha Olivia Victoria
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2021
Tags: