Direktur PSSN: Sektor akademik alami serangan siber yang signifikan
25 Oktober 2021 14:17 WIB
Tangkapan layar ketika Direktur Politeknik Siber dan Sandi Negara (PSSN) Nunil Pantjawati memberi paparan materi dalam Focus Group Discussion bertajuk “Strengthening Defense Technology in The Era of Internet of Military Things in Supporting The National Defense” yang disiarkan di kanal YouTube Universitas Pertahanan RI Official, Senin (25/10/2021). (ANTARA/Putu Indah Savitri)
Jakarta (ANTARA) - Direktur Politeknik Siber dan Sandi Negara (PSSN) Nunil Pantjawati mengatakan bahwa sektor akademik dan swasta mengalami serangan siber yang cukup signifikan dalam lima tahun terakhir.
“Sebelumnya, serangan lebih kepada militer atau pemerintah. Sekarang bergeser ke akademik dan swasta. Sudah terjadi beberapa data breach (kebocoran data, red.),” kata Nunil ketika memberi paparan materi dalam Focus Group Discussion bertajuk “Strengthening Defense Technology in The Era of Internet of Military Things in Supporting The National Defense” yang disiarkan di kanal YouTube Universitas Pertahanan RI Official, Senin.
Pusat Operasi Keamanan Siber Nasional Badan Siber dan Sandi Negara (Pusopskamsinas BSSN) melakukan monitoring anomali trafik terhadap Indonesia pada tahun 2020, mulai 1 Januari 2020 pukul 00.00 WIB hingga 31 Desember 2020 pukul 23.59 WIB.
Baca juga: Pemerintah dan e-commerce sasaran peretas selama pandemi
Melalui monitoring tersebut, Pusopskamsinas memperoleh sebanyak 495.337.202 anomali trafik di Indonesia dan Trojan menjadi anomali dengan jumlah tertinggi. Trojan merupakan perangkat lunak berbahaya yang dapat merusak sebuah sistem atau jaringan.
“Indonesia menjadi top ten (sepuluh teratas, red.), bahkan big five (lima besar, red.), baik sebagai sumber atau target serangan,” ucap dia.
Adapun yang menempati posisi nomor satu sebagai sumber dari serangan siber adalah Amerika Serikat dengan jumlah 128.713.177 serangan, Tiongkok menempati posisi kedua dengan jumlah 77.932.296 serangan, dan Indonesia menempati posisi ketiga sebagai sumber serangan dengan 64.383.296 serangan.
Menurut Nunil, peringkat tersebut sangat relevan dengan kondisi Indonesia saat ini. Ia mengatakan bahwa sudah lebih dari 73 persen populasi Indonesia terkoneksi ke internet.
Baca juga: BSSN: Keamanan siber Indonesia membaik 2020
“Indonesia sudah sangat aktif di internet, sehingga tidak heran kita menjadi top five source maupun target serangan,” tutur mantan Direktur Identifikasi Kerentanan dan Penilaian Risiko Ekonomi Digital ini.
Oleh karena itu, Nunil berharap agar BSSN dapat menjadi wujud dari komitmen pemerintah untuk merealisasikan situasi keamanan siber di Indonesia sehingga tidak memberikan dampak yang lebih buruk lagi daripada situasi keamanan siber secara global.
“Diharapkan kita memiliki strategi keamanan siber yang merupakan bagian dari strategi keamanan nasional,” kata Nunil.
Baca juga: Indonesia target kedua terbesar ransomware di Asia Tenggara H1 2020
“Sebelumnya, serangan lebih kepada militer atau pemerintah. Sekarang bergeser ke akademik dan swasta. Sudah terjadi beberapa data breach (kebocoran data, red.),” kata Nunil ketika memberi paparan materi dalam Focus Group Discussion bertajuk “Strengthening Defense Technology in The Era of Internet of Military Things in Supporting The National Defense” yang disiarkan di kanal YouTube Universitas Pertahanan RI Official, Senin.
Pusat Operasi Keamanan Siber Nasional Badan Siber dan Sandi Negara (Pusopskamsinas BSSN) melakukan monitoring anomali trafik terhadap Indonesia pada tahun 2020, mulai 1 Januari 2020 pukul 00.00 WIB hingga 31 Desember 2020 pukul 23.59 WIB.
Baca juga: Pemerintah dan e-commerce sasaran peretas selama pandemi
Melalui monitoring tersebut, Pusopskamsinas memperoleh sebanyak 495.337.202 anomali trafik di Indonesia dan Trojan menjadi anomali dengan jumlah tertinggi. Trojan merupakan perangkat lunak berbahaya yang dapat merusak sebuah sistem atau jaringan.
“Indonesia menjadi top ten (sepuluh teratas, red.), bahkan big five (lima besar, red.), baik sebagai sumber atau target serangan,” ucap dia.
Adapun yang menempati posisi nomor satu sebagai sumber dari serangan siber adalah Amerika Serikat dengan jumlah 128.713.177 serangan, Tiongkok menempati posisi kedua dengan jumlah 77.932.296 serangan, dan Indonesia menempati posisi ketiga sebagai sumber serangan dengan 64.383.296 serangan.
Menurut Nunil, peringkat tersebut sangat relevan dengan kondisi Indonesia saat ini. Ia mengatakan bahwa sudah lebih dari 73 persen populasi Indonesia terkoneksi ke internet.
Baca juga: BSSN: Keamanan siber Indonesia membaik 2020
“Indonesia sudah sangat aktif di internet, sehingga tidak heran kita menjadi top five source maupun target serangan,” tutur mantan Direktur Identifikasi Kerentanan dan Penilaian Risiko Ekonomi Digital ini.
Oleh karena itu, Nunil berharap agar BSSN dapat menjadi wujud dari komitmen pemerintah untuk merealisasikan situasi keamanan siber di Indonesia sehingga tidak memberikan dampak yang lebih buruk lagi daripada situasi keamanan siber secara global.
“Diharapkan kita memiliki strategi keamanan siber yang merupakan bagian dari strategi keamanan nasional,” kata Nunil.
Baca juga: Indonesia target kedua terbesar ransomware di Asia Tenggara H1 2020
Pewarta: Putu Indah Savitri
Editor: Herry Soebanto
Copyright © ANTARA 2021
Tags: