Jakarta (ANTARA) - PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk mengembangkan bank digital yang nantinya akan berfokus pada sektor Usaha Kecil dan Menengah (UKM) dan bisa menjangkau lapisan masyarakat yang lebih luas.

Direktur Utama BNI Royke Tumilaar mengatakan, kehadiran bank digital akan membuat biaya operasional bank menjadi lebih murah dan bisa melayani sektor UKM yang memiliki potensi dan peran besar dalam pertumbuhan ekonomi nasional.

"Kami percaya dengan memiliki anak perusahaan yang fokus sebagai bank digital akan membawa BNI memiliki layanan perbankan yang lebih efektif dan lebih tepat sasaran. Kami telah mencapai kesepakatan awal untuk akuisisi bank ini yang memiliki ekosistem bisnis yang kuat untuk dikembangkan menjadi bank digital," ujarnya saat paparan publik secara virtual di Jakarta, Senin.

Meski demikian, Royke menolak untuk menyebutkan nama bank yang akan diakuisisi oleh emiten berkode saham BBNI tersebut. Ia menyampaikan, rencana beserta dana yang dialokasikan perseroan untuk pengembangan bank digital tersebut sudah masuk dalam Rencana Bisnis Bank atau RBB tahun 2021.

"Target idealnya BUKU I BUKU II bedasarkan klasifikasi bank sebelumnya, yang artinya modal intinya tidak lebih dari Rp3 triliun. Tentunya proses akusisi akan dilakukan sesuai ketentuan yang berlaku dan kami akan pastikan memiliki valuasi yang wajar," ujarnya


Baca juga: BNI dukung digitalisasi UMKM di kawasan wisata TMII

Saat ini, lanjutnya, perseroan memiliki kecukupan modal yang kuat untuk melakukan ekspansi baik secara organik maupun anorganik. Baru-baru ini, BNI menjadi bank pertama di Indonesia yang menerbitkan Additional Tier-1 Capital Bond Tahun 2021 sebesar 600 juta dolar AS atau sekitar Rp8,6 triliun sebagai penguatan modal.

"Sehingga rencana akusisi tidak akan bedampak signifikan terhadap permodalan BNI. Untuk rencana dukungan permodalan dua tahun ke depan, masih dalam proses pengkajian dengan mempertimbangkan banyak business modal bank digital yang akan kita adopsi. Yang pasti kita fundamentalnya akan sangat kuat," kata Royke.

Dikatakannya, transformasi digital merupakan salah satu strategi utama BNI untuk dapat melayani nasabah dengan lebih. Transformasi digital yang dilakukan BNI akan terfokus pada tiga area. Pertama, mendigitalisasi platform bisnis perusahaan. Kedua, pengembangan produk-produk digital. Ketiga, memperkuat ekosistem digital dengan API Open Banking di mana saat ini BNI adalah bank yang unggul dalam pengembangan API Open Banking dengan 283 jenis layanan, dan sudah digunakan oleh 4.000 klien.

Penguatan kapabilitas digital juga dilakukan dengan cara kolaborasi dengan partners, diantaranya melalui kerjasama di bisnis Pay Later, di mana BNI menjadi early adaptor layanan ini di Indonesia melalui kerjasama dengan beberapa fintech dan e-commerce, termasuk Traveloka dan Shopee.


Baca juga: BNI nilai digitalisasi perbankan dorong kinerja selama pandemi

Selain bisnis Pay Later, sejak pertengahan September 2021, BNI memperluas kerjasama dengan Traveloka melalui peluncuran Pay Later Virtual Card pertama di Indonesia yang dapat digunakan oleh pengguna Traveloka Pay Later untuk bertransaksi di luar ekosistem Traveloka. Bagi BNI, kerjasama bisnis ini menjadi sumber fee based income yang berbasis digital.

Selain mengembangkan kerjasama dengan patner e-commerce, perseroan terus mengoptimalkan BNI Mobile Banking. Per September 2021, pengguna BNI Mobile Banking telah mencapai 9,9 juta orang dengan pertumbuhan 46,6 persen (yoy).

Selain jumlah pengguna yang meningkat signifikan, nilai transaksi melalui BNI Mobile Banking juga telah mencapai Rp447 triliun atau meningkat 33,4 persen (yoy). Untuk kedepannya fitur BNI Mobile Banking akan terus ditingkatkan dengan Omni Channel Experience, Pengelolaan Keuangan Personal, dan fitur solusi UMKM terintergasi.


Baca juga: BNI andalkan kekuatan digital genjot bisnis konsumer

Baca juga: BNI catat layanan digital dimanfaatkan 22,6 juta warga