Saham Asia stabil, dolar melemah saat investor tunggu laporan keuangan
25 Oktober 2021 08:28 WIB
Pejalan kaki melintas di depan layar elektronik pergerakan Indeks Nikkei di Bursa Efek Tokyo, Jepang. ANTARA/REUTERS/Kim Kyung-Hoon/am.
Tokyo (ANTARA) - Saham-saham Asia mengawali perdagangan Senin pagi dengan stabil, menjelang minggu yang dikemas dengan pengumuman laporan keuangan kuartalan penting, sementara dolar melayang di dekat posisi terendah Oktober setelah sentimen ramah risiko selama tiga minggu merugikan mata uang safe-haven.
HSBC dan Facebook keduanya akan mempublikasikan hasil kuartalan pada Senin, masing-masing di perdagangan Asia dan akhir jam perdagangan AS.
Kemudian dalam minggu ini akan menjadi giliran perusahaan-perusahaan kelas berat acuan lainnya termasuk raksasa teknologi Microsoft, Apple dan Alphabet, serta raksasa keuangan Eropa dan Asia dari Deutsche Bank dan Lloyds hingga China Construction Bank dan Nomura.
"Laporan keuangan minggu ini menjadi pusat perhatian," kata Chris Weston, kepala penelitian di broker Pepperstone di Melbourne, dalam catatan pagi.
Hasilnya akan diawasi ketat setelah awal yang kuat untuk musim laporan laba AS bagi banyak perusahaan, terutama keuangan, membantu Dow Jones Industrial Average dan S&P 500 menyentuh rekor tertinggi minggu lalu, meskipun Nasdaq jatuh pada Jumat (22/10) setelah hasil kuartalan Snap dan Intel Corp mengecewakan.
Indeks MSCI dari saham Asia-Pasifik di luar Jepang juga telah membukukan kenaikan dalam tiga minggu terakhir, yang jika dapat dipertahankan minggu ini, akan menjadikan Oktober sebagai bulan terbaik indeks acuan 2021.
Pada Senin pagi, indeks acuan pasar regional datar dengan kenaikan 0,5 persen di Australia diimbangi dengan penurunan 0,6 persen di Korea. Nikkei Jepang kehilangan 1,0 persen dan kontrak berjangka S&P 500 AS turun 0,18 persen.
Saham-saham Asia sebagian besar tertinggal dari rekan-rekan mereka di AS dan Eropa dalam beberapa bulan terakhir terutama karena gangguan regulasi dan kekhawatiran perlambatan pertumbuhan di China.
Dalam pengumuman terbaru yang mengkhawatirkan beberapa investor, badan pembuat keputusan utama parlemen China mengatakan pada Sabtu (23/10) akan meluncurkan pajak percontohan real estat di beberapa daerah.
Analis di Citi menyimpulkan pengumuman itu sebagai “uji coba lebih awal dari yang diperkirakan tetapi lebih lambat dari peluncuran nasional yang diharapkan; tidak berdampak buruk.”
Namun, sentimen ramah risiko yang mendukung ekuitas telah membebani mata uang safe-haven, seperti halnya kenaikan harga energi yang mendukung mata uang seperti dolar Aussie dan Kanada.
Indeks dolar terakhir di 93,667, melayang di dekat level terendah bulan ini di 93,455 yang dicapai minggu lalu, dan jauh dari tertinggi 12 bulan pada pertengahan Oktober.
Namun, analis di CBA mengatakan lebih mungkin dolar akan naik daripada turun dari sini.
"Risiko dolar tetap condong positif," tulis mereka dalam sebuah catatan mengutip meningkatnya ekspektasi inflasi dari pasar, konsumen dan pembuat kebijakan, yang berarti pasar menilai program kenaikan suku bunga yang lebih agresif, yang akan mendukung dolar.
Pasar masih berusaha memposisikan diri untuk program stimulus AS yang diperkirakan secara luas tahun ini, dan kemungkinan kenaikan suku bunga pada akhir tahun 2022.
Ketua Federal Reserve Jerome Powell pada Jumat (22/10) mengatakan bank sentral AS harus memulai proses mengurangi dukungannya terhadap ekonomi dengan mengurangi pembelian asetnya, tetapi tidak boleh menyentuh suku bunga.
Saat tapering makin dekat, imbal hasil acuan obligasi AS telah meningkat dan imbal hasil obligasi AS 10-tahun mencapai level tertinggi lima bulan di 1,7064 persen minggu lalu. Di awal perdagangan Asia mereka terakhir di 1,6465 persen.
Harga minyak tetap tinggi tetapi hanya sedikit di bawah multi-tahun baru-baru ini. Minyak mentah Brent naik 0,13 persen menjadi 85,65 dolar AS per barel, sementara minyak mentah AS naik 0,38 persen menjadi 84,08 dolar AS per barel.
Harga emas di pasar spot naik 0,06 persen menjadi 1793,4 dolar AS per ounce setelah membukukan kenaikan selama dua minggu terakhir di tengah meningkatnya kekhawatiran inflasi.
Bitcoin, aset lainnyayang sering digambarkan sebagai lindung nilai inflasi terakhir di 61.080 dolar AS setelah minggu yang bergejolak ketika mencapai level tertinggi baru 67.016 dolar AS.
HSBC dan Facebook keduanya akan mempublikasikan hasil kuartalan pada Senin, masing-masing di perdagangan Asia dan akhir jam perdagangan AS.
Kemudian dalam minggu ini akan menjadi giliran perusahaan-perusahaan kelas berat acuan lainnya termasuk raksasa teknologi Microsoft, Apple dan Alphabet, serta raksasa keuangan Eropa dan Asia dari Deutsche Bank dan Lloyds hingga China Construction Bank dan Nomura.
"Laporan keuangan minggu ini menjadi pusat perhatian," kata Chris Weston, kepala penelitian di broker Pepperstone di Melbourne, dalam catatan pagi.
Hasilnya akan diawasi ketat setelah awal yang kuat untuk musim laporan laba AS bagi banyak perusahaan, terutama keuangan, membantu Dow Jones Industrial Average dan S&P 500 menyentuh rekor tertinggi minggu lalu, meskipun Nasdaq jatuh pada Jumat (22/10) setelah hasil kuartalan Snap dan Intel Corp mengecewakan.
Indeks MSCI dari saham Asia-Pasifik di luar Jepang juga telah membukukan kenaikan dalam tiga minggu terakhir, yang jika dapat dipertahankan minggu ini, akan menjadikan Oktober sebagai bulan terbaik indeks acuan 2021.
Pada Senin pagi, indeks acuan pasar regional datar dengan kenaikan 0,5 persen di Australia diimbangi dengan penurunan 0,6 persen di Korea. Nikkei Jepang kehilangan 1,0 persen dan kontrak berjangka S&P 500 AS turun 0,18 persen.
Saham-saham Asia sebagian besar tertinggal dari rekan-rekan mereka di AS dan Eropa dalam beberapa bulan terakhir terutama karena gangguan regulasi dan kekhawatiran perlambatan pertumbuhan di China.
Dalam pengumuman terbaru yang mengkhawatirkan beberapa investor, badan pembuat keputusan utama parlemen China mengatakan pada Sabtu (23/10) akan meluncurkan pajak percontohan real estat di beberapa daerah.
Analis di Citi menyimpulkan pengumuman itu sebagai “uji coba lebih awal dari yang diperkirakan tetapi lebih lambat dari peluncuran nasional yang diharapkan; tidak berdampak buruk.”
Namun, sentimen ramah risiko yang mendukung ekuitas telah membebani mata uang safe-haven, seperti halnya kenaikan harga energi yang mendukung mata uang seperti dolar Aussie dan Kanada.
Indeks dolar terakhir di 93,667, melayang di dekat level terendah bulan ini di 93,455 yang dicapai minggu lalu, dan jauh dari tertinggi 12 bulan pada pertengahan Oktober.
Namun, analis di CBA mengatakan lebih mungkin dolar akan naik daripada turun dari sini.
"Risiko dolar tetap condong positif," tulis mereka dalam sebuah catatan mengutip meningkatnya ekspektasi inflasi dari pasar, konsumen dan pembuat kebijakan, yang berarti pasar menilai program kenaikan suku bunga yang lebih agresif, yang akan mendukung dolar.
Pasar masih berusaha memposisikan diri untuk program stimulus AS yang diperkirakan secara luas tahun ini, dan kemungkinan kenaikan suku bunga pada akhir tahun 2022.
Ketua Federal Reserve Jerome Powell pada Jumat (22/10) mengatakan bank sentral AS harus memulai proses mengurangi dukungannya terhadap ekonomi dengan mengurangi pembelian asetnya, tetapi tidak boleh menyentuh suku bunga.
Saat tapering makin dekat, imbal hasil acuan obligasi AS telah meningkat dan imbal hasil obligasi AS 10-tahun mencapai level tertinggi lima bulan di 1,7064 persen minggu lalu. Di awal perdagangan Asia mereka terakhir di 1,6465 persen.
Harga minyak tetap tinggi tetapi hanya sedikit di bawah multi-tahun baru-baru ini. Minyak mentah Brent naik 0,13 persen menjadi 85,65 dolar AS per barel, sementara minyak mentah AS naik 0,38 persen menjadi 84,08 dolar AS per barel.
Harga emas di pasar spot naik 0,06 persen menjadi 1793,4 dolar AS per ounce setelah membukukan kenaikan selama dua minggu terakhir di tengah meningkatnya kekhawatiran inflasi.
Bitcoin, aset lainnyayang sering digambarkan sebagai lindung nilai inflasi terakhir di 61.080 dolar AS setelah minggu yang bergejolak ketika mencapai level tertinggi baru 67.016 dolar AS.
Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2021
Tags: