Penanganan pertama penting untuk kasus mamalia laut terdampar
22 Oktober 2021 19:35 WIB
Peserta melakukan pengukuran dan pencatatan boneka satwa saat mengikuti pelatihan teknik penanganan mamalia laut terdampar di Surabaya, Jawa Timur, Jumat (22/10/2021). ANTARA/Moch Asim/foc
Jakarta (ANTARA) - Pakar dari Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya Dr.Mustofa Helmi Effendi mengatakan penanganan pertama pada mamalia laut terdampar memiliki peran penting dan saat ini masih menjadi masalah yang sulit teratasi.
Mustofa Helmi Effendi yang juga Wakil Dekan III Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga, dalam acara Pelatihan Penanganan Mamalia Laut Terdampar yang diadakan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga dengan Yayasan WWF Indonesia menyatakan dukungannya terhadap upaya pelestarian mamalia laut di Indonesia yakni dengan berkontribusi secara khusus di bidang kesehatan hewan akuatik.
"Penanganan mamalia laut yang terdampar sampai sekarang masih menjadi masalah yang sulit teratasi. Pelatihan ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan masyarakat untuk melakukan penanganan yang tanggap dan tepat," katanya dalam kegiatan yang dilakukan pada 21-22 Oktober 2021 itu, menurut keterangan resmi yang diterima di Jakarta, Jumat.
Penanganan itu penting mengingat data WWF memperlihatkan pada 2013 hingga September 2021 terdapat 550 kasus mamalia laut terdampar. Dalam setiap kejadian terdampar, respon cepat dari tenaga medis dan relawan memiliki peran penting yang mempengaruhi tingkat keselamatan satwa.
Untuk itu, kebutuhan sumber daya manusia yang kompeten dalam teknik penanganan, pelepasliaran hingga aspek medis dalam kejadian mamalia laut terdampar menjadi beberapa alasan yang melatarbelakangi kegiatan pelatihan jejaring responder atau perespons pertama.
Baca juga: Tangani mamalia laut terdampar, KKP gandeng Perhimpunan Dokter Hewan
Baca juga: KKP siapkan langkah prioritas tangani fenomena mamalia laut terdampar
Kejadian mamalia laut terdampar sendiri merupakan salah satu isu prioritas bagi Indonesia, menurut Direktur Konservasi dan Keanekaragaman Hayati Laut Kementerian Kelautan dan Perikanan Andi Rusandi yang juga menghadiri pelatihan tersebut.
Andi menjelaskan bahwa faktor penyebab kejadian terdamparnya satwa akuatik masih belum banyak diketahui dan penting untuk dipelajari sebagai bahan rekomendasi penanganan dan pengelolaan oleh pemerintah.
Pelatihan penanganan pertama itu menjadi penting karena tidak semua orang memahami apa yang harus dilakukan ketika ada satwa laut terdampar. Sementara kesalahan penanganan akan mengakibatkan kematian satwa atau penularan penyakit mamalia laut kepada masyarakat sekitar.
Pelatihan itu sendiri diikuti oleh berbagai pihak seperti Balai Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut (BPSPL) Denpasar, Dinas Kelautan dan Provinsi Jawa Timur, Dinas PU dan Bina Marga Jawa Timur, Basarnas Propinsi Jawa Timur, BPBD Jawa Timur, BKSDA Jawa Timur, Polairud Jawa Timur, Perhimpunan Dokter Hewan (PDHI) Jawa Timur 1 serta sejumlah mahasiswa.
Direktur Program Kelautan dan Perikanan Yayasan WWF Indonesia Imam Musthofa Zainudin dalam pernyataan yang sama menyatakan pelatihan itu dapat menjadi batu loncatan bagi upaya menjaga kelestarian mamalia laut dan ekosistem laut.
"Kelestarian populasi mamalia laut memiliki hubungan dengan berbagai aspek, salah satunya adalah perikanan tangkap. Upaya pelestarian mamalia laut juga berarti menjaga kelangsungan perikanan dan perekonomian masyarakat pesisir," ujar Imam.
Baca juga: KKP dalami penyebab mamalia laut terdampar massal di Indonesia
Mustofa Helmi Effendi yang juga Wakil Dekan III Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga, dalam acara Pelatihan Penanganan Mamalia Laut Terdampar yang diadakan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga dengan Yayasan WWF Indonesia menyatakan dukungannya terhadap upaya pelestarian mamalia laut di Indonesia yakni dengan berkontribusi secara khusus di bidang kesehatan hewan akuatik.
"Penanganan mamalia laut yang terdampar sampai sekarang masih menjadi masalah yang sulit teratasi. Pelatihan ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan masyarakat untuk melakukan penanganan yang tanggap dan tepat," katanya dalam kegiatan yang dilakukan pada 21-22 Oktober 2021 itu, menurut keterangan resmi yang diterima di Jakarta, Jumat.
Penanganan itu penting mengingat data WWF memperlihatkan pada 2013 hingga September 2021 terdapat 550 kasus mamalia laut terdampar. Dalam setiap kejadian terdampar, respon cepat dari tenaga medis dan relawan memiliki peran penting yang mempengaruhi tingkat keselamatan satwa.
Untuk itu, kebutuhan sumber daya manusia yang kompeten dalam teknik penanganan, pelepasliaran hingga aspek medis dalam kejadian mamalia laut terdampar menjadi beberapa alasan yang melatarbelakangi kegiatan pelatihan jejaring responder atau perespons pertama.
Baca juga: Tangani mamalia laut terdampar, KKP gandeng Perhimpunan Dokter Hewan
Baca juga: KKP siapkan langkah prioritas tangani fenomena mamalia laut terdampar
Kejadian mamalia laut terdampar sendiri merupakan salah satu isu prioritas bagi Indonesia, menurut Direktur Konservasi dan Keanekaragaman Hayati Laut Kementerian Kelautan dan Perikanan Andi Rusandi yang juga menghadiri pelatihan tersebut.
Andi menjelaskan bahwa faktor penyebab kejadian terdamparnya satwa akuatik masih belum banyak diketahui dan penting untuk dipelajari sebagai bahan rekomendasi penanganan dan pengelolaan oleh pemerintah.
Pelatihan penanganan pertama itu menjadi penting karena tidak semua orang memahami apa yang harus dilakukan ketika ada satwa laut terdampar. Sementara kesalahan penanganan akan mengakibatkan kematian satwa atau penularan penyakit mamalia laut kepada masyarakat sekitar.
Pelatihan itu sendiri diikuti oleh berbagai pihak seperti Balai Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut (BPSPL) Denpasar, Dinas Kelautan dan Provinsi Jawa Timur, Dinas PU dan Bina Marga Jawa Timur, Basarnas Propinsi Jawa Timur, BPBD Jawa Timur, BKSDA Jawa Timur, Polairud Jawa Timur, Perhimpunan Dokter Hewan (PDHI) Jawa Timur 1 serta sejumlah mahasiswa.
Direktur Program Kelautan dan Perikanan Yayasan WWF Indonesia Imam Musthofa Zainudin dalam pernyataan yang sama menyatakan pelatihan itu dapat menjadi batu loncatan bagi upaya menjaga kelestarian mamalia laut dan ekosistem laut.
"Kelestarian populasi mamalia laut memiliki hubungan dengan berbagai aspek, salah satunya adalah perikanan tangkap. Upaya pelestarian mamalia laut juga berarti menjaga kelangsungan perikanan dan perekonomian masyarakat pesisir," ujar Imam.
Baca juga: KKP dalami penyebab mamalia laut terdampar massal di Indonesia
Pewarta: Prisca Triferna Violleta
Editor: Muhammad Yusuf
Copyright © ANTARA 2021
Tags: