Hari Santri di Kota Magelang ditandai "Gladen Alit Jemparingan"
22 Oktober 2021 17:39 WIB
Seorang peserta mengikuti "Gladen Alit Jemparingan" dalam rangka Hari Santri Nasional 2021 di Kota Magelang, Jawa Tengah, Jumat (22/10/2021). ANTARA/HO-Panitia HSN 2021 PCNU Kota Magelang.
Magelang (ANTARA) - Peringatan Hari Santri Nasional 2021 di Kota Magelang, Jawa Tengah, ditandai dengan kegiatan lomba panahan secara tradisional dengan nama "Gladen Alit Jemparingan" di Pondok Pesantren Tidar Dudan, Magelang, Jumat.
"Panahan atau 'jemparingan' ini menggabungkan antara unsur olahraga dan wisata. Jadi peserta yang datang dari berbagai kota itu adalah penghobi dan komunitas dan juga mantan atlet panah," kata Pengasuh Pondok Pesantren Tidar Dudan Kota Magelang Kiai Bachrudin dalam keterangan tertulis di Magelang, Jumat.
Kegiatan yang diikuti 130 peserta berasal dari wilayah Kedu Raya, D.I. Yogyakarta, dan Solo Raya itu, merupakan hasil kerja sama Panitia Hari Santri Nusantara Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kota Magelang dan Pondok Pesantren Tidar Dudan, Kota Magelang.
Ia mengatakan Hari Santri adalah milik semua umat beragama, sehingga dirayakan oleh semua kalangan masyarakat. Perayaan di tempat tersebut dengan cara menggelar kegiatan untuk melestarikan tradisi berupa "jemparingan" atau lomba panahan tradisional.
Peserta lomba, baik laki-laki atau perempuan, kata dia, wajib mengenakan pakaian adat Jawa, sedangkan gaya memanah tradisional ditandai dengan peserta yang harus duduk secara bersila dan bertimpuh.
Ia menyebut "Gladen Alit Jemparingan Hari Santri Nusantara" itu memainkan 20 "rambahan".
"Ada 20 'rambahan' atau sesi melontarkan anak panah, masing-masing peserta mengikuti setiap 'rambahan' itu dan dibagi menjadi 15 kelompok, tapi kelompok ini diacak tidak dari komunitas yang sama," ujar dia.
Setiap "rambahan", kata dia, memperebutkan undian berhadiah, antara lain penyanitasi tangan, masker, peralatan mandi, sarung hingga vocer hotel. Peserta pada "rambahan" yang anak panahnya mengenai kepala, yaitu titik sasaran paling sulit, akan mendapatkan undian berhadiah.
"Setiap rambahan peserta akan memperebutkan bebungah (hadiah) ini istilah kami. Tapi lebih dari sekadar memperebutkan bebungah, mereka lebih mengedepankan kekompakan, persaudaraan, dan hiburan," katanya.
Sekretaris Panitia Hari Santri Nasional 2021 PCNU Kota Magelang Sholahuddin mengatakan kegiatan itu selain memeriahkan Hari Santri di daerah setempat juga mengangkat potensi wisata di Kota Magelang.
"Dengan pergelaran yang sukses ini Kota Magelang sudah mulai menjadi trendsetter untuk kegiatan berbasis budaya, seperti jemparingan. Tahun depan tidak hanya akan mengundang para penghobi dari Jateng-DIY, tapi bisa diselenggarakan secara nasional," katanya.
Ia juga menyebut kegiatan tersebut dengan menerapkan protokol kesehatan di tengah pandemi COVID-19, di mana Kota Magelang saat ini menerapkan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Level 2.
"Panahan atau 'jemparingan' ini menggabungkan antara unsur olahraga dan wisata. Jadi peserta yang datang dari berbagai kota itu adalah penghobi dan komunitas dan juga mantan atlet panah," kata Pengasuh Pondok Pesantren Tidar Dudan Kota Magelang Kiai Bachrudin dalam keterangan tertulis di Magelang, Jumat.
Kegiatan yang diikuti 130 peserta berasal dari wilayah Kedu Raya, D.I. Yogyakarta, dan Solo Raya itu, merupakan hasil kerja sama Panitia Hari Santri Nusantara Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kota Magelang dan Pondok Pesantren Tidar Dudan, Kota Magelang.
Ia mengatakan Hari Santri adalah milik semua umat beragama, sehingga dirayakan oleh semua kalangan masyarakat. Perayaan di tempat tersebut dengan cara menggelar kegiatan untuk melestarikan tradisi berupa "jemparingan" atau lomba panahan tradisional.
Peserta lomba, baik laki-laki atau perempuan, kata dia, wajib mengenakan pakaian adat Jawa, sedangkan gaya memanah tradisional ditandai dengan peserta yang harus duduk secara bersila dan bertimpuh.
Ia menyebut "Gladen Alit Jemparingan Hari Santri Nusantara" itu memainkan 20 "rambahan".
"Ada 20 'rambahan' atau sesi melontarkan anak panah, masing-masing peserta mengikuti setiap 'rambahan' itu dan dibagi menjadi 15 kelompok, tapi kelompok ini diacak tidak dari komunitas yang sama," ujar dia.
Setiap "rambahan", kata dia, memperebutkan undian berhadiah, antara lain penyanitasi tangan, masker, peralatan mandi, sarung hingga vocer hotel. Peserta pada "rambahan" yang anak panahnya mengenai kepala, yaitu titik sasaran paling sulit, akan mendapatkan undian berhadiah.
"Setiap rambahan peserta akan memperebutkan bebungah (hadiah) ini istilah kami. Tapi lebih dari sekadar memperebutkan bebungah, mereka lebih mengedepankan kekompakan, persaudaraan, dan hiburan," katanya.
Sekretaris Panitia Hari Santri Nasional 2021 PCNU Kota Magelang Sholahuddin mengatakan kegiatan itu selain memeriahkan Hari Santri di daerah setempat juga mengangkat potensi wisata di Kota Magelang.
"Dengan pergelaran yang sukses ini Kota Magelang sudah mulai menjadi trendsetter untuk kegiatan berbasis budaya, seperti jemparingan. Tahun depan tidak hanya akan mengundang para penghobi dari Jateng-DIY, tapi bisa diselenggarakan secara nasional," katanya.
Ia juga menyebut kegiatan tersebut dengan menerapkan protokol kesehatan di tengah pandemi COVID-19, di mana Kota Magelang saat ini menerapkan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Level 2.
Pewarta: M. Hari Atmoko
Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2021
Tags: