Jakarta (ANTARA News) - Tebar senyum palsu terpaksa ternyata membuat perasaan kita sungguh-sungguh merana.
Penelitian menunjukkan bahwa karyawan yang memberi senyum palsu demi menyenangkan konsumen maupun kolega, ternyata menjadikan diri mereka depresi.
Tapi, karyawan yang senyumnya memang asli dari dalam hati karena berpikir positif, mood-nya akan membaik, makin efisien bekerja dan tak ogah-ogahan.
Riset tersebut bertentangan dengan kebijakan di banyak perusahaan bahwa karyawan yang berurusan langsung dengan pelanggan wajib terlihat selalu riang.
Pemimpin penelitian itu, Brent Scott, seorang profesor bidang manajemen di Michigan State University, AS, mengemukakan "Para majikan berpikir bahwa cukup dengan mengharuskan karyawannya tersenyum, hal itu bagus buat perusahaan. Padahal, bukan itu masalahnya."
"Senyum yang hanya untuk senyum dapat membuat kelelahan emosi dan sikap menarik diri, itu jelek buat organisasi."
Studi itu dimuat di Academy of Management Journal. Prof. Scott dan koleganya meneliti sekelompok pengemudi bus selama dua pekan.
Mereka meneliti efek dari "senyum palsu" itu dan perbedaannya lebih tampak pada perempuan pengemudi.
"Perempuan lebih menderita jika melakukan senyum palsu, artinya mood mereka lebih buruk dibandingkan laki-laki yang melakukan 'senyum terpaksa'."
Prof. Scott juga mengatakan "Ada beberapa perkiraan bahwa jika anda dalam waktu panjang melakukan senyum palsu, anda akan mulai merasa tak otentik. Anda bisa saja menutupinya dengan emosi positif, tapi akhirnya anda merasa bukan jadi diri anda lagi."
Senyum Palsu Bikin Hati Merana Sungguhan
24 Februari 2011 14:33 WIB
Ilustrasi-senyum (ANTARANews/Ardika)
Penerjemah: Aditia Maruli Radja
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2011
Tags: