New York (ANTARA News/AFP) - Berkurangnya pasokan minyak dari Libya dan prospek pemberontakan populer menyebar di Timur Tengah yang kaya energi mengirim harga minyak dunia meroket ke tertinggi multi-tahun pada Rabu waktu setempat.

Untuk kedua hari berturut-turut harga minyak di New York dan London mencapai tertinggi yang tidak terlihat sejak 2008, karena pedagang panik atas kejadian di Timur Tengah dan ekonom khawatir tentang dampaknya terhadap pemulihan global.

Kontrak utama AS mengakhiri hari pada 98,10 dolar AS per barel setelah melintasi batas simbolis 100 dolar AS untuk pertama kalinya sejak Oktober 2008.

Kontrak utama London, minyak mentah Brent -- yang lebih sensitif terhadap kerusuhan Timur Tengah berkat ketergantungan Eropa yang lebih besar pada minyak dari kawasan itu -- meningkat 5,47 dolar AS menjadi 111,25 dolar AS per barel.

Dengan pekerja minyak asing melarikan diri dari Libya dan rumor yang beredarr bahwa Moamer Kadhafi mungkin mensabotase pipa, analis menaikkan prospek krisis minyak.

"Jika Libya dan Aljazair menghentikan produksi minyak bersama-sama, harga bisa mencapai puncak di atas 220 dolar AS," kata Michael Lo dari Nomura mengatakan kepada kliennya dalam sebuah catatan.

Dengan harga AS naik sekitar 10 dolar AS dalam dua hari terakhir, konsumen bisa memperkirakan untuk membayar harga yang lebih tinggi di pompa bensin (SPBU, mungkin di wilayah 25 sen per galon, menurut sebuah perkiraan. Itu mengkhawatirkan pembuat kebijakan.

Dengan banyak ekonomi global masih sakit dari krisis keuangan, banyak ketakutan seperti kenaikan tajam harga minyak bisa menahan pemulihan dan mengirim banyak negara terperosok kembali ke dalam resesi.

"Kenaikan satu sen di harga galon bensin bertindak sebagai pajak penjualan pada konsumen sebesar 1,2 miliar dolar per tahun," kata David Kotok dari Cumberland Advisors, mengutip penelitian dari Naroff Economic Advisors.

Dan, ia memperingatkan, "ini adalah tempat lebih dekat. Kami mengawasi sebuah `perubahan laut` yang terjadi di antara sepersepuluh dari populasi dunia, "menambahkan gejolak bisa menyebabkan sebuah resesi ganda (double-dip) di Amerika Serikat.

Penasehat ekonomi utama Presiden Barack Obama, Austan Goolsbee mengatakan harga belum pada tingkat yang dapat merugikan perekonomian.

"Kami terus memantau peristiwa Timur Tengah dan pasar bahan bakar, karena biaya bahan bakar yang tinggi memiliki dampak negatif terhadap perekonomian," katanya.

"Sejauh ini kami tidak meramalkan ... bahwa pada tingkat ini mereka akan menggelincirkan pemulihan."(*)

(ANT/A026)