New York (ANTARA News/AFP) - Minyak yang dijual di New York melintasi tingkat simbolis 100 dolar Amerika Serikat per barel pada Rabu waktu setempat, mencapai harga yang tidak terlihat sejak 2008, di tengah kekhawatiran atas pasokan dari Libya.

Karena pedagang panik bahwa kekacauan politik dapat menyebar lebih lanjut di Timur Tengah, kontrak utama AS mencapai 100 dolar AS per barel untuk pertama kalinya sejak Oktober 2008.

Kontrak utama London minyak mentah Brent -- yang lebih sensitif terhadap kerusuhan Timur Tengah berkat ketergantungan Eropa yang lebih besar pada minyak dari kawasan itu -- meningkat melewati 110 dolar AS per barel.

Dengan pekerja minyak asing melarikan diri Libya dan rumor berputar-putar bahwa Moamer Kadhafi mungkin mensabotase pipa, analis menaikkan prospek krisis minyak.

"Jika Libya dan Aljazair menghentikan produksi minyak bersama-sama, harga bisa mencapai puncak di atas 220 dolar AS," kata Michael Lo dari Nomura mengatakan kepada kliennya dalam sebuah catatan.

Dia memperingatkan bahwa kartel minyak OPEC bisa melihat kapasitas produksinya berkurang menjadi 2,1 juta barel per hari, tingkat terlihat selama Perang Teluk 1990-1991, ketika harga meningkat menjadi 147 dolar AS per barel.

Dengan harga AS naik sekitar 10 dolar AS dalam dua hari terakhir, konsumen bisa memperkirakan untuk melihat harga tinggi di pompa bensin (SPBU) dengan segera.

Kenaikan ini bisa diterjemahkan ke dalam peningkatan 25 persen dalam harga bensin di SPBU, berdasarkan rata-rata produksi oleh Moody`s.

Dengan banyak ekonomi global masih sakit dari krisis keuangan, banyak ketakutan seperti kenaikan tajam harga minyak bisa menahan pemulihan dan mengirim banyak negara terperosok kembali ke dalam resesi.

"Kenaikan satu sen di harga galon bensin bertindak sebagai pajak penjualan pada konsumen sebesar 1,2 miliar dolar per tahun," kata David Kotok dari Cumberland Advisors, mengutip penelitian dari Naroff Economic Advisors.

"Ini adalah tempat lebih dekat. Kami memantau sebuah `perubahan laut` terjadi antara satu sepersepuluh dari populasi dunia," katanya memperingatkan gejolak bisa menyebabkan resesi ganda (double-dip) di Amerika Serikat.(*)

(ANT/A026)