Kemenkes sebut vaksin picu komorbid persepsi keliru
21 Oktober 2021 19:11 WIB
Tangkapan layar Juru Bicara Vaksinasi COVID-19 Kemenkes RI Siti Nadia Tarmizi dalam agenda Dialog Produktif Kabar Kamis "Vaksin Untuk Semua Umur" yang diikuti dari YouTube KPCPEN, Kamis (21/10/2021). (ANTARA/Andi Firdaus)
Jakarta (ANTARA) - Juru Bicara Vaksinasi COVID-19 Kementerian Kesehatan RI Siti Nadia Tarmizi mengatakan vaksin sebagai pemicu komorbid adalah persepsi yang keliru di kalangan lanjut usia.
"Kenapa kemudian cakupan vaksinasinya belum berjalan sesuai dengan harapan kita, masih adanya mispersepsi dari para lansia bahwa dikatakan umur mereka justru seharusnya tidak mendapatkan vaksin karena nanti efek sampingnya timbul lebih banyak," kata Siti Nadia dalam agenda Dialog Produktif Kabar Kamis dengan tema "Vaksin Untuk Semua Umur" yang diikuti dari YouTube KPCPEN, Kamis.
Nadia mengatakan vaksinasi pada lansia masih menjadi tantangan yang perlu segera diselesaikan, sebab dari total 21,5 juta sasaran vaksinasi pada lansia, saat ini baru 7,8 juta jiwa yang mendapatkan dosis pertama dan baru 4,9 juta jiwa yang mendapatkan dosis kedua.
"Artinya ini baru 33 persen yang mendapatkan perlindungan dari vaksinasi dosis pertama. Kalau dosis yang lengkap itu malah baru hanya 22 persen," katanya.
Nadia mengatakan vaksinasi kepada lansia sudah dimulai sejak awal April 2021 sebagai kelompok yang masuk dalam skala prioritas.
"Prioritas vaksinasi kepada lansia yang kita tahu bahwa mereka ini memiliki tingkat karentanan yang sangat tinggi untuk kematian dan sakit yang berat. Untuk itu kita upayakan setelah tenaga kesehatan mereka berada pada tahap kedua bersama dengan petugas pemberi pelayanan publik," katanya.
Faktor lainnya yang memicu pelambatan capaian vaksinasi kalangan lansia adalah pembentukan persepsi dari informasi terkait hoax. Salah satunya terkait komorbid yang tidak boleh divaksin.
"Padahal kita tahu orang yang punya komorbid itu justru yang harus diprioritaskan untuk vaksin," katanya.
Baca juga: Presiden harap vaksinasi pintu ke pintu picu antusiasme publik
Baca juga: Satgas: Informasi vaksin picu varian baru Corona adalah hoaks
Baca juga: Laki-laki lebih berisiko meninggal akibat COVID-19, sebut satgas
"Kenapa kemudian cakupan vaksinasinya belum berjalan sesuai dengan harapan kita, masih adanya mispersepsi dari para lansia bahwa dikatakan umur mereka justru seharusnya tidak mendapatkan vaksin karena nanti efek sampingnya timbul lebih banyak," kata Siti Nadia dalam agenda Dialog Produktif Kabar Kamis dengan tema "Vaksin Untuk Semua Umur" yang diikuti dari YouTube KPCPEN, Kamis.
Nadia mengatakan vaksinasi pada lansia masih menjadi tantangan yang perlu segera diselesaikan, sebab dari total 21,5 juta sasaran vaksinasi pada lansia, saat ini baru 7,8 juta jiwa yang mendapatkan dosis pertama dan baru 4,9 juta jiwa yang mendapatkan dosis kedua.
"Artinya ini baru 33 persen yang mendapatkan perlindungan dari vaksinasi dosis pertama. Kalau dosis yang lengkap itu malah baru hanya 22 persen," katanya.
Nadia mengatakan vaksinasi kepada lansia sudah dimulai sejak awal April 2021 sebagai kelompok yang masuk dalam skala prioritas.
"Prioritas vaksinasi kepada lansia yang kita tahu bahwa mereka ini memiliki tingkat karentanan yang sangat tinggi untuk kematian dan sakit yang berat. Untuk itu kita upayakan setelah tenaga kesehatan mereka berada pada tahap kedua bersama dengan petugas pemberi pelayanan publik," katanya.
Faktor lainnya yang memicu pelambatan capaian vaksinasi kalangan lansia adalah pembentukan persepsi dari informasi terkait hoax. Salah satunya terkait komorbid yang tidak boleh divaksin.
"Padahal kita tahu orang yang punya komorbid itu justru yang harus diprioritaskan untuk vaksin," katanya.
Baca juga: Presiden harap vaksinasi pintu ke pintu picu antusiasme publik
Baca juga: Satgas: Informasi vaksin picu varian baru Corona adalah hoaks
Baca juga: Laki-laki lebih berisiko meninggal akibat COVID-19, sebut satgas
Pewarta: Andi Firdaus
Editor: Muhammad Yusuf
Copyright © ANTARA 2021
Tags: