Jakarta (ANTARA) - Pelaksana Tugas Ketua Umum DPP Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Giring Ganesha mengapresiasi langkah Presiden Jokowi merehabilitasi 600 ribu hektare hutan mangrove hingga tahun 2024.

"PSI sangat mendukung Presiden Jokowi yang merehabilitasi hutan mangrove. Menurut hasil riset Direktorat Lingkungan Hidup DPP PSI, peranan Indonesia dalam memerangi krisis iklim dunia adalah dalam pengelolaan hutan, khususnya hutan mangrove," kata Giring dalam keterangan di Jakarta, Rabu.

Mendekati COP 26 di Glasgow yang merupakan waktunya para pemimpin dunia mencari solusi krisis iklim, Giring berharap Presiden Jokowi membawa solusi krisis iklim khas Indonesia itu, dan dapat menjadi pembeda Indonesia dengan negara lain.

Baca juga: Presiden mengenakan Sesingal Tidung saat prosesi tanam bibit mangrove
"Indonesia ini dari dulu terkenal akan kesuburannya dan akan hutannya," kata dia.

Jadi, lanjut Giring, Presiden Jokowi bisa menawarkan solusi tersebut saat COP 26 di Glasgow nanti.

"Pembeda Indonesia dengan seluruh dunia adalah Indonesia memiliki tanah yang subur dan hutan hujan tropis serta hutan mangrove yang mampu menyerap karbon lebih banyak dari hutan lain di dunia," katanya.

Menurutnya, PSI saat ini sangat fokus mencari solusi untuk krisis iklim dunia. Hal itu dilakukan karena PSI ingin memastikan bumi yang diwariskan untuk generasi muda nanti adalah bumi yang layak dihuni, bukan bumi yang penuh bencana banjir dan kekeringan.

Baca juga: Presiden Jokowi tanam mangrove bersama para dubes di Tana Tidung
Sebagai anak muda, menurut dia, harus berjuang untuk memerangi krisis iklim, karena Indonesia negara kepulauan. Giring mengatakan jika terjadi kenaikan permukaan air laut akibat perubahan iklim, maka pantai utara Jawa bisa tenggelam.

"Tepat langkah Presiden Jokowi karena mangrove kan selain bisa menyerap karbon juga punya jasa untuk menahan abrasi," ucap Giring.

Salah satu kelebihan lain dari mangrove adalah potensi blue carbon, di mana nantinya Indonesia bisa menjual karbon sebagai langkah untuk shifting dari ekonomi ekstraktif ke ekonomi karbon. Hal itu, menurutnya, bisa membantu Indonesia bangkit secara ekonomi pascapandemi COVID-19.

Baca juga: Presiden disambut prosesi adat tepung tawar di Tana Tidung
"Hasil penelitian Direktorat Lingkungan Hidup DPP PSI, yang juga penting adalah potensi blue carbon. Indonesia ini negara dengan potensi blue carbon, terbesar di dunia," katanya.

Presiden Joko Widodo menargetkan pemerintah dapat merehabilitasi 600 ribu hektare hutan mangrove di Indonesia hingga 2024.