Artikel
Proyeksi Gladies Lariesa dari PON Papua menuju Olimpiade Paris 2024
Oleh Muhammad Ramdan
20 Oktober 2021 13:19 WIB
Atlet loncat indah putri Jawa Timur Gladies Lariesa melakukan loncatan saat bertanding pada final Loncat Indah nomor Papan 3 meter Putri PON Papua di Stadion Akuatik, Kampung Harapan, Kabupaten Jayapura, Papua, Rabu (13/10/2021). ANTARA FOTO/M Agung Rajasa/YU
Jakarta (ANTARA) - Pekan Olahraga Nasional (PON) XX Papua yang telah bergulir pada 2-15 Oktober 2021, telah memberikan harapan baru dengan lahirnya deretan bibit atlet potensial.
Salah satunya adalah Gladies Lariesa Garina, seorang atlet loncat indah putri berusia 15 tahun. Dia sukses menyapu bersih dengan membawa pulang medali emas untuk kontingen Jawa Timur dalam setiap nomor yang diikuti.
Saat berlaga di Arena Akuatik Kampung Harapan, Kabupaten Jayapura, Gladies menjadi yang terbaik, masing-masing pada nomor papan 1 meter putri, menara putri, dan papan 3 meter putri.
Baca juga: Gladies tutup lomba loncat indah PON Papua dengan tiga medali emas
Pencapaian tersebut terbilang mengejutkan, mengingat gadis yang masih duduk di bangku SMP itu berstatus debutan dalam pesta olahraga terbesar di Tanah Air ini.
Namun dia mampu membuktikan kualitas dengan mengalahkan para senior dan atlet nasional lainnya. Sebut saja, Linadini Yasmin, Maria Natalie D. Anasti, Della Dinarsari Harimurti, serta yang lainnya.
Gerakan dan putaran saat loncat, lalu mendarat mulus menuai banyak pujian. Rasanya tak berlebihan jika menyebutnya sebagai calon ratu loncat indah Indonesia.
Bahkan ternyata Gladies adalah atlet muda yang dipersiapkan untuk membawa Merah Putih di berbagai ajang besar termasuk Olimpiade Paris XXXIII/2024.
Seperti yang diungkapkan Ketua Komite Teknik Loncat Indah Pengurus Besar Persatuan Renang Seluruh Indonesia (PB PRSI) Ronaldy Herbintoro.
Ronaldy mengungkapkan bahwa sejak awal Gladies telah berlatih keras menuju Olimpiade Tokyo 2020. Namun karena pandemi COVID-19, persiapan Gladies kurang maksimal.
"Tetapi kami tidak berkecil hati, karena masih ada target Olimpiade 2024 di Paris dan Olimpiade berikutnya 2028 di Los Angeles," kata Ronaldy kepada ANTARA, Rabu.
Ronaldy berharap setelah PON Papua, kemampuan Gladies terus meningkat sehingga bisa berbicara banyak di pentas internasional.
Baca juga: Gladies calon ratu loncat indah dari Jatim, sabet dua emas PON Papua
Bakat Gladies
Ronaldy mengungkapkan potensi Gladies terlihat sejak masih berusia di bawah 10 tahun.
"Gladies memulai loncat indah pada usia 5-7 tahun dan ketika itu hanya ikut saja. Setelah melihat ada potensi, akhirnya kami serius melatihnya," kata Ronaldy.
Kemampuan atlet yang lahir pada 24 Maret 2006 itu terus berkembang pesat dengan menjadi yang terbaik dalam sejumlah kejuaraan kelompok usia.
Tak ayal, Ronaldy yang juga merupakan Pelatih Kepala Loncat Indah Jawa Timur mengikutkan Gladies dalam persiapan atlet loncat indah Jawa Timur untuk PON 2016 di Jawa Barat bersama para seniornya.
"Kebetulan ketika itu ada pelatih asing. Saya titipkan untuk dilatih dasarnya," kata Ronaldy.
"Bakat Gladies makin terlihat. Setelah pelatih asing selesai, kami melanjutkannya hingga mencapai titik maksimal dengan meraih tiga emas di PON Papua," Ronaldy menuturkan.
Ronaldy optimistis Gladies mampu bersaing di kancah internasional. Sebab, sudah ada sejumlah contoh atlet dari Asia Tenggara yang mampu menjadi yang terbaik di ajang sekelas Olimpiade.
Seperti atlet Malaysia Cheong Jun Hoong dan Pandelela Rinong yang meraih perak di Olimpiade Rio de Janeiro, Brazil pada 2016 untuk nomor sinkronisasi menara putri.
Selain itu, Pandelela Rinong juga pernah membawa pulang perunggu di Olimpiade London, Inggris, pada 2012 untuk nomor menara putri.
"Atlet Malaysia kondisi tubuhnya sama dengan kita. Saya lebih optimistis jika loncat indah Indonesia bisa bersaing di Olimpiade," ujar Ronaldy.
Baca juga: Kalahkan sang senior, Gladies raih emas loncat indah menara putri
Susun program berkelanjutan
Demi mewujudkan mengangkat prestasi loncat indah, Ronaldy mengungkapkan pihaknya sudah menyusun program untuk bisa mengantarkan atlet Indonesia ke pentas dunia seperti Olimpiade.
"Kami sudah punya program, termasuk mengikuti ajang internasional dari FINA (Federasi Renang Internasional) sebagai syarat menuju Olimpiade," katanya.
"Kami sudah menjadwalkan untuk ikut. Termasuk ajang besar lainnya seperti SEA Games, Pesta Olahraga Solidaritas Islam (ISG) dan Asian Games," dia menambahkan.
Ronaldy sekali lagi menegaskan bahwa Gladies adalah aset besar Indonesia untuk loncat indah.
Terlebih saat ini, usianya terbilang muda. Dia pun mengatakan target prestasi untuk Gladies akan dilakukan secara bertahap.
Pada gelaran Olimpiade Paris, target Gladies tak muluk, bisa sampai masuk 10 atau 20 besar.
Selanjutnya akan meningkat pada Olimpiade 2028 yang diharapkan Gladies bisa naik podium.
"Kami sudah merancang program tersebut. Gladies masih berusia 15 tahun dan 15 tahun ke depan, dia masih bisa. Perjalanannya masih panjang," kata Ronaldy.
Selain Ronaldy, sang senior Della Dinarsari Harimurti mengakui kehebatan Gladies.
Menurutnya, Gladies punya karier yang masih panjang di loncat indah. Della pun menyebut bahwa Gladies layak menjadi yang terbaik pada PON Papua.
"Menurut saya Gladies memang bagus. Jadi saya dapat perak juga tidak marah dan menyesal, karena memang Gladies bagus," kata Della yang harus puas dengan medali perak pada nomor papan 3 meter putri.
"Semoga lebih semangat lagi karena prestasinya masih bisa lebih jauh lagi seperti SEA Games, Asian Games, dan Olimpiade, dia masih bisa," ujar Della menuturkan.
Dengan banyaknya dukungan, Gladies pun mengaku sangat termotivasi untuk bisa terus berprestasi.
"Tentunya, banyak hal yang saya dapat di PON Papua yang menjadi kali pertama saya ikut serta. Harapannya ke depan bisa lebih bagus lagi. Bisa ke jenjang internasional," kata Gladies.
Gelaran PON Papua telah sukses bergulir meski di tengah pandemi COVID-19. Yang paling membanggakan adalah lahirnya atlet-atlet muda potensial.
Gladies adalah satu dari sekian banyak atlet muda potensial Indonesia yang bisa mengharumkan Indonesia di berbagai pentas internasional pada masa mendatang.
Semoga dengan selesai PON Papua, prestasi olahraga Merah Putih bisa terus melejit. Tentunya, dukungan semua pihak akan turut membantu dan mempercepat tujuan tersebut.
Semoga...
Baca juga: Papua dan Jatim berbagi emas loncat indah sinkronisasi menara putri
Salah satunya adalah Gladies Lariesa Garina, seorang atlet loncat indah putri berusia 15 tahun. Dia sukses menyapu bersih dengan membawa pulang medali emas untuk kontingen Jawa Timur dalam setiap nomor yang diikuti.
Saat berlaga di Arena Akuatik Kampung Harapan, Kabupaten Jayapura, Gladies menjadi yang terbaik, masing-masing pada nomor papan 1 meter putri, menara putri, dan papan 3 meter putri.
Baca juga: Gladies tutup lomba loncat indah PON Papua dengan tiga medali emas
Pencapaian tersebut terbilang mengejutkan, mengingat gadis yang masih duduk di bangku SMP itu berstatus debutan dalam pesta olahraga terbesar di Tanah Air ini.
Namun dia mampu membuktikan kualitas dengan mengalahkan para senior dan atlet nasional lainnya. Sebut saja, Linadini Yasmin, Maria Natalie D. Anasti, Della Dinarsari Harimurti, serta yang lainnya.
Gerakan dan putaran saat loncat, lalu mendarat mulus menuai banyak pujian. Rasanya tak berlebihan jika menyebutnya sebagai calon ratu loncat indah Indonesia.
Bahkan ternyata Gladies adalah atlet muda yang dipersiapkan untuk membawa Merah Putih di berbagai ajang besar termasuk Olimpiade Paris XXXIII/2024.
Seperti yang diungkapkan Ketua Komite Teknik Loncat Indah Pengurus Besar Persatuan Renang Seluruh Indonesia (PB PRSI) Ronaldy Herbintoro.
Ronaldy mengungkapkan bahwa sejak awal Gladies telah berlatih keras menuju Olimpiade Tokyo 2020. Namun karena pandemi COVID-19, persiapan Gladies kurang maksimal.
"Tetapi kami tidak berkecil hati, karena masih ada target Olimpiade 2024 di Paris dan Olimpiade berikutnya 2028 di Los Angeles," kata Ronaldy kepada ANTARA, Rabu.
Ronaldy berharap setelah PON Papua, kemampuan Gladies terus meningkat sehingga bisa berbicara banyak di pentas internasional.
Baca juga: Gladies calon ratu loncat indah dari Jatim, sabet dua emas PON Papua
Bakat Gladies
Ronaldy mengungkapkan potensi Gladies terlihat sejak masih berusia di bawah 10 tahun.
"Gladies memulai loncat indah pada usia 5-7 tahun dan ketika itu hanya ikut saja. Setelah melihat ada potensi, akhirnya kami serius melatihnya," kata Ronaldy.
Kemampuan atlet yang lahir pada 24 Maret 2006 itu terus berkembang pesat dengan menjadi yang terbaik dalam sejumlah kejuaraan kelompok usia.
Tak ayal, Ronaldy yang juga merupakan Pelatih Kepala Loncat Indah Jawa Timur mengikutkan Gladies dalam persiapan atlet loncat indah Jawa Timur untuk PON 2016 di Jawa Barat bersama para seniornya.
"Kebetulan ketika itu ada pelatih asing. Saya titipkan untuk dilatih dasarnya," kata Ronaldy.
"Bakat Gladies makin terlihat. Setelah pelatih asing selesai, kami melanjutkannya hingga mencapai titik maksimal dengan meraih tiga emas di PON Papua," Ronaldy menuturkan.
Ronaldy optimistis Gladies mampu bersaing di kancah internasional. Sebab, sudah ada sejumlah contoh atlet dari Asia Tenggara yang mampu menjadi yang terbaik di ajang sekelas Olimpiade.
Seperti atlet Malaysia Cheong Jun Hoong dan Pandelela Rinong yang meraih perak di Olimpiade Rio de Janeiro, Brazil pada 2016 untuk nomor sinkronisasi menara putri.
Selain itu, Pandelela Rinong juga pernah membawa pulang perunggu di Olimpiade London, Inggris, pada 2012 untuk nomor menara putri.
"Atlet Malaysia kondisi tubuhnya sama dengan kita. Saya lebih optimistis jika loncat indah Indonesia bisa bersaing di Olimpiade," ujar Ronaldy.
Baca juga: Kalahkan sang senior, Gladies raih emas loncat indah menara putri
Susun program berkelanjutan
Demi mewujudkan mengangkat prestasi loncat indah, Ronaldy mengungkapkan pihaknya sudah menyusun program untuk bisa mengantarkan atlet Indonesia ke pentas dunia seperti Olimpiade.
"Kami sudah punya program, termasuk mengikuti ajang internasional dari FINA (Federasi Renang Internasional) sebagai syarat menuju Olimpiade," katanya.
"Kami sudah menjadwalkan untuk ikut. Termasuk ajang besar lainnya seperti SEA Games, Pesta Olahraga Solidaritas Islam (ISG) dan Asian Games," dia menambahkan.
Ronaldy sekali lagi menegaskan bahwa Gladies adalah aset besar Indonesia untuk loncat indah.
Terlebih saat ini, usianya terbilang muda. Dia pun mengatakan target prestasi untuk Gladies akan dilakukan secara bertahap.
Pada gelaran Olimpiade Paris, target Gladies tak muluk, bisa sampai masuk 10 atau 20 besar.
Selanjutnya akan meningkat pada Olimpiade 2028 yang diharapkan Gladies bisa naik podium.
"Kami sudah merancang program tersebut. Gladies masih berusia 15 tahun dan 15 tahun ke depan, dia masih bisa. Perjalanannya masih panjang," kata Ronaldy.
Selain Ronaldy, sang senior Della Dinarsari Harimurti mengakui kehebatan Gladies.
Menurutnya, Gladies punya karier yang masih panjang di loncat indah. Della pun menyebut bahwa Gladies layak menjadi yang terbaik pada PON Papua.
"Menurut saya Gladies memang bagus. Jadi saya dapat perak juga tidak marah dan menyesal, karena memang Gladies bagus," kata Della yang harus puas dengan medali perak pada nomor papan 3 meter putri.
"Semoga lebih semangat lagi karena prestasinya masih bisa lebih jauh lagi seperti SEA Games, Asian Games, dan Olimpiade, dia masih bisa," ujar Della menuturkan.
Dengan banyaknya dukungan, Gladies pun mengaku sangat termotivasi untuk bisa terus berprestasi.
"Tentunya, banyak hal yang saya dapat di PON Papua yang menjadi kali pertama saya ikut serta. Harapannya ke depan bisa lebih bagus lagi. Bisa ke jenjang internasional," kata Gladies.
Gelaran PON Papua telah sukses bergulir meski di tengah pandemi COVID-19. Yang paling membanggakan adalah lahirnya atlet-atlet muda potensial.
Gladies adalah satu dari sekian banyak atlet muda potensial Indonesia yang bisa mengharumkan Indonesia di berbagai pentas internasional pada masa mendatang.
Semoga dengan selesai PON Papua, prestasi olahraga Merah Putih bisa terus melejit. Tentunya, dukungan semua pihak akan turut membantu dan mempercepat tujuan tersebut.
Semoga...
Baca juga: Papua dan Jatim berbagi emas loncat indah sinkronisasi menara putri
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2021
Tags: