Manama (ANTARA/RIA Novosti-OANA) - Oposisi Bahrain mengatakan, kerusuhan akan berlanjut sampai pemerintah mengundurkan diri, sementara pengunjukrasa menolak berdialog dengan pemerintah negara itu.

Putra mahkota Pangeran Salman bin Hamad Al-Khalifa telah menawari oposisi untuk memulai dialog nasional guna memulihkan perdamaian.

Namun, ribuan orang terus menggelar demonstrasi di pusat kota di Lapangan Mutiara, ibukota Bahrain, Manama, menuntut "rezim berakhir."

"Kami tidak tahu dengan siapa mereka melakukan dialog. Tidak ada perwakilan dari pihak berwenang di sini.. Kami tidak akan meninggalkan tempat ini sampai tuntutan kami dipenuhi," kata seorang tokoh keagamaan Syiah, Hani al-Muallim.

Sekitar 60.000 orang diperkirakan berkumpul di Lapangan Mutiara di ibukota Bahrain pada Minggu untuk menuntut pengunduran diri pemerintah dan pembentukan sebuah monarki konstitusional.

Kerusuhan di Bahrain dimulai pada 14 Februari menyusul pemberontakan yang sukses di Tunisia dan Mesir.

Setidaknya lima orang tewas dan 230 lainnya luka-luka ketika polisi menembaki pengunjukrasa Kamis lalu, namun demonstrasi berlanjut keesokannya harinya pada Jumat meski kemudian dihalau polisi.

Putra Mahkota Bahrain telah memerintahkan semua pasukan untuk ditarik dari jalanan dalam upaya mengakhiri kekerasan dalam kerusuhan itu.(*)
H-AK/A023