Jakarta (ANTARA) - Anggota Komisi IX DPR RI Nurhadi mengingatkan masyarakat bahwa libur panjang di masa pandemi selalu memunculkan klaster baru COVID-19.


Nurhadi kepada wartawan di Jakarta Selasa, menyebutkan akhir tahun menjadi masa paling krusial atau menentukan apakah Indonesia bisa melewati ancaman gelombang ketiga atau tidak.

"Kita tak boleh lupa bahwa fakta selama masa pandemi menunjukkan libur panjang menjadi faktor pemicu munculnya klaster baru penularan virus corona," kata dia.

Baca juga: Mendagri terbitkan 2 instruksi mengenai lanjutan PPKM

Nurhadi menilai upaya pencegahan lonjakan penularan COVID-19 pada libur Natal dan tahun baru mendatang harus dilakukan secara ketat dan terkoordinasi dari pusat hingga daerah.
"Sejumlah langkah pengendalian harus konsisten dilakukan, meski pelonggaran kegiatan di beberapa sektor terus terjadi menyusul tren penurunan jumlah kasus positif COVID-19 di tanah air," kata Nurhadi.


Dia mengatakan untuk mempertahankan terkendalinya sebaran COVID-19 berbagai kegiatan masyarakat di area publik juga harus terus memiliki mekanisme agar tetap bisa dikendalikan.
"Saat ini masyarakat harus terus dipersiapkan agar mampu menjalani norma-norma baru dalam kegiatan keseharian demi menjaga penyebaran COVID-19 tetap terkendali," katanya.

Dia mengatakan DPR RI menunggu roadmap seperti apa yang disiapkan pemerintah terkait dengan transisi dari pandemi ke endemi COVID-19. Nurhadi menuturkan jumlah kasus COVID-19, baik yang positif maupun meninggal dunia telah melandai.

"Saatnya masyarakat hidup tenang dengan kebiasaan baru bersama COVID-19 sebab virus ini tidak mungkin menghilang 100 persen," ucapnya.

Baca juga: Pemerintah turunkan PPKM Jakarta jadi level dua
Menurut Nurhadi, kewaspadaan dan disiplin mematuhi protokol kesehatan tetap harus diperhatikan.

"Kita masih punya PR, yaitu menyelesaikan vaksinasi hingga tuntas menjangkau paling tidak 70 persen penduduk Indonesia," kata Nurhadi.

Hal senada juga dikatakan oleh Anggota Komisi IX DPR RI Rahmad Handoyo. Menurut dia akhir tahun dan tahun depan, periode libur Natal dan tahun baru menjadi krusial untuk pengendalian COVID-19.

Karena, kata dia, libur panjang selalu membuat kasus COVID-19 meningkat. Rahmad menilai hal itu harus jadi perhatian serius bagi warga dan pemerintah.

"Bahwa kita harus hati-hati, kita harus waspada, jangan sampai yang sudah kita perjuangkan bersama menjadi naik kembali," katanya.

Dia pun memberikan contoh Negara India yang kembali mengalami peningkatan kasus COVID-19 setelah melakukan pelonggaran kegiatan masyarakat, termasuk memperbolehkan acara keagamaan digelar. Menurut dia, apa yang dialami India itu perlu menjadi pelajaran bagi Indonesia.

Baca juga: Satgas IDI: Gelombang ketiga bergantung ketaatan prokes dan PPKM
Dia pun menyarankan agar cuti bersama akhir tahun ditiadakan atau diundur. Atau, memberikan cuti bersama ke masyarakat tidak secara bersamaan.

"Yang penting kita harus menghindarkan warga berkerumun, menghindarkan pergerakan masyarakat dari satu kota ke kota lain secara bersamaan, ini sangat bahaya," kata Rahmad.

Ahli Epidemiologi dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI) Iwan Ariawan juga menilai akhir tahun menjadi masa paling krusial.

"Karena di akhir tahun biasanya terjadi mobilitas penduduk yang sangat tinggi dan mobilitas penduduk berhubungan erat dengan transmisi COVID-19," ujar Iwan.

Iwan pun setuju dengan Menko Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan yang mengatakan COVID-19 di Indonesia akan berstatus endemi bila bisa melewati akhir tahun dengan baik. Namun, kata Iwan, dengan syarat tidak ada varian baru yang lebih menular.

"PPKM terbukti efektif untuk mengendalikan pandemi COVID-19 di Indonesia. PPKM akan terus diperpanjang sampai dengan COVID-19 menjadi endemik," ujarnya


Baca juga: Bupati: PPKM di Banyumas turun ke level 2
Baca juga: Keberhasilan PPKM dorong permintaan BBM


#ingatpesanibu
#sudahdivaksintetap3M
#vaksinmelindungikitasemua