SKK Migas punya empat strategi untuk mereduksi emisi karbon
19 Oktober 2021 12:04 WIB
Tangkapan layar - Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto dalam podcast Helmy Yahya melalui akun YouTube yang dipantau di Jakarta, Selasa (19/10/2021). ANTARA/HO-YouTube Helmy Yahya/aa.
Jakarta (ANTARA) - Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto mengatakan pihaknya memiliki empat strategi untuk mereduksi emisi karbon dalam kegiatan eksplorasi dan produksi migas di Indonesia.
"Pertama, strategi zero flare. Kalau di ladang-ladang minyak kelihatan ada api, itu kami harus buat menjadi zero," kata Dwi dalam podcast Helmy Yahya melalui akun YouTube yang dipantau di Jakarta, Selasa.
Flare adalah gas yang dihasilkan oleh kegiatan eksplorasi dan produksi migas yang dibakar secara kontinyu maupun yang tidak kontinyu karena tidak dapat ditangani oleh fasilitas produksi atau pengolahan yang tersedia, atau belum bisa terjual secara ekonomis.
SKK Migas telah menyampaikan kepada para pengelola lapangan migas untuk menghentikan pemanfaatan flare karena kegiatan itu melepas emisi ke udara, lalu menggunakannya untuk kegiatan ekonomi dan sosial mulai dari jaringan gas rumah tangga hingga pemanas air.
Saat ini, pemanfaatan flare telah memberikan kontribusi bagi perusahaan migas, seperti Pertamina EP yang dapat menghemat biaya bahan bakar sebesar 66,8 persen. Sedangkan pemanfaatan flare di Premier Oil dapat menambah 0,65 MMSCFD penjualan gas.
Strategi kedua adalah pengurangan emisi melalui teknologi enhanced oil recovery (EOR) dengan melakukan injeksi karbon dioksida pada lapangan migas.
"Kalau kita ambil gas bumi seringkali gas itu mengandung karbon dioksida. Kalau dulu gas itu dilepas, nanti kami akan proses CO2 itu tidak dilepas tapi diinjeksikan ke dalam," ujar Dwi.
Strategi ketiga, SKK Migas akan mendesain tempat penangkapan, utilisasi, dan penyimpanan karbon yang bernama carbon capture, utilization, and storage (CCUS).
Saat ini, SKK Migas telah menyetujui pembangunan CCUS dalam proyek gas alam cair BP Tangguh di Papua, Abadi Masela di Maluku, dan Exxonmobil Cepu di Jawa Timur.
Dwi mengungkapkan bahwa proyek pembangunan CCUS akan meningkatkan jumlah investasi di hulu migas.
Strategi keempat dilakukan melalui penghijauan daerah aliran sungai hingga hutan kota. SKK Migas berkoordinasi dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan untuk merehabilitasi daerah aliran sungai seluas 9.441 hektare pada tahun ini.
Program rehabilitasi tersebut memberdayakan masyarakat sekitar, kontraktor lokal, dan melibatkan kelompok tani hutan konservasi yang telah memenuhi standar pengadaan barang dan jasa industri hulu migas.
SKK Migas juga meminta Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) untuk menanam pohon di wilayah kerja mereka secara masif melalui program pengembangan dengan luas lahan penghijauan yang melibatkan masyarakat telah mencapai 863,73 hektare.
Baca juga: SKK Migas optimis capai target pengeboran seribuan sumur pengembangan
Baca juga: Pemerintah harus amankan kegiatan hulu migas di Laut Natuna
Baca juga: Kementerian ESDM bentuk gugus tugas untuk target produksi migas 2030
"Pertama, strategi zero flare. Kalau di ladang-ladang minyak kelihatan ada api, itu kami harus buat menjadi zero," kata Dwi dalam podcast Helmy Yahya melalui akun YouTube yang dipantau di Jakarta, Selasa.
Flare adalah gas yang dihasilkan oleh kegiatan eksplorasi dan produksi migas yang dibakar secara kontinyu maupun yang tidak kontinyu karena tidak dapat ditangani oleh fasilitas produksi atau pengolahan yang tersedia, atau belum bisa terjual secara ekonomis.
SKK Migas telah menyampaikan kepada para pengelola lapangan migas untuk menghentikan pemanfaatan flare karena kegiatan itu melepas emisi ke udara, lalu menggunakannya untuk kegiatan ekonomi dan sosial mulai dari jaringan gas rumah tangga hingga pemanas air.
Saat ini, pemanfaatan flare telah memberikan kontribusi bagi perusahaan migas, seperti Pertamina EP yang dapat menghemat biaya bahan bakar sebesar 66,8 persen. Sedangkan pemanfaatan flare di Premier Oil dapat menambah 0,65 MMSCFD penjualan gas.
Strategi kedua adalah pengurangan emisi melalui teknologi enhanced oil recovery (EOR) dengan melakukan injeksi karbon dioksida pada lapangan migas.
"Kalau kita ambil gas bumi seringkali gas itu mengandung karbon dioksida. Kalau dulu gas itu dilepas, nanti kami akan proses CO2 itu tidak dilepas tapi diinjeksikan ke dalam," ujar Dwi.
Strategi ketiga, SKK Migas akan mendesain tempat penangkapan, utilisasi, dan penyimpanan karbon yang bernama carbon capture, utilization, and storage (CCUS).
Saat ini, SKK Migas telah menyetujui pembangunan CCUS dalam proyek gas alam cair BP Tangguh di Papua, Abadi Masela di Maluku, dan Exxonmobil Cepu di Jawa Timur.
Dwi mengungkapkan bahwa proyek pembangunan CCUS akan meningkatkan jumlah investasi di hulu migas.
Strategi keempat dilakukan melalui penghijauan daerah aliran sungai hingga hutan kota. SKK Migas berkoordinasi dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan untuk merehabilitasi daerah aliran sungai seluas 9.441 hektare pada tahun ini.
Program rehabilitasi tersebut memberdayakan masyarakat sekitar, kontraktor lokal, dan melibatkan kelompok tani hutan konservasi yang telah memenuhi standar pengadaan barang dan jasa industri hulu migas.
SKK Migas juga meminta Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) untuk menanam pohon di wilayah kerja mereka secara masif melalui program pengembangan dengan luas lahan penghijauan yang melibatkan masyarakat telah mencapai 863,73 hektare.
Baca juga: SKK Migas optimis capai target pengeboran seribuan sumur pengembangan
Baca juga: Pemerintah harus amankan kegiatan hulu migas di Laut Natuna
Baca juga: Kementerian ESDM bentuk gugus tugas untuk target produksi migas 2030
Pewarta: Sugiharto Purnama
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2021
Tags: