FoLU Net Sink 2030 salah satu komitmen RI kendalikan perubahan iklim
18 Oktober 2021 23:48 WIB
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya saat mengikuti acara Climate Leaders Message secara virtual di Jakarta, Senin (18/10/2021). (ANTARA/HO-KLHK)
Jakarta (ANTARA) - Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya mengatakan Indonesia serius mengendalikan perubahan iklim yang salah satunya tercermin dalam Forestry and Other Land Use (FoLU) Net Sink 2030.
Dalam keterangan tertulis di Jakarta, Senin, Siti menyampaikan komitmen serius Indonesia melalui FoLU Net Sink 2030 penting, nyata dan konkrit, mencakup berbagai kegiatan, kebijakan dan antisipasi berbagai persoalan, partisipasi semua pihak, di dalam semua agenda kehutanan seperti kebakaran hutan dan lahan (karhutla), deforestasi, gambut, konservasi dan keanekaragaman hayati.
Pengendalian perubahan iklim menjadi kepentingan nasional yang dilakukan melalui langkah-langkah kebijakan, pemberdayaan dan penegakan hukum. Sejumlah capaian dalam beberapa tahun terakhir di antaranya pengurangan laju deforestasi, pencegahan konversi hutan alam dan lahan gambut, serta pengurangan kebakaran hutan.
“Kita sudah 6-7 tahun ini bekerja keras dan kita akan sistematikakan dengan lebih baik lagi, untuk mencapai, menjaga pengendalian perubahan iklim,” katanya.
Baca juga: Menteri LHK: Capai "net sink" perlu konsistensi kerja di sektor FOLU
Lebih lanjut, Siti mengatakan COP 26 di Glasgow menjadi titik di mana implementasi akan dimulai. Oleh karena itu, menjadi tegas bahwa ke depan semua pihak bekerja, dan mengimplementasikan.
“Jadi bukan basa-basi, narasi, dan deklarasi,” ujar dia.
Pada kesempatan tersebut, Utusan Presiden Amerika Serikat dalam Penanganan Perubahan Iklim John F Kerry, mengatakan dengan potensi yang dimilikinya, peran Indonesia begitu penting dalam pengendalian perubahan iklim. Apa yang terjadi di Indonesia, dapat memberikan dampak yang besar terhadap seluruh dunia.
Lebih lanjut, John Kerry mengungkapkan, di bawah kepemimpinan Presiden RI Joko Widodo, Indonesia telah membuat kemajuan besar dalam penurunan laju deforestasi dan moratorium konversi hutan primer. Angka deforestasi Indonesia antara tahun 2019-2020 menjadi yang terendah dalam 20 tahun terakhir.
“Indonesia juga tengah menjalankan inisiatif baru untuk memulihkan ratusan ribu hektare mangrove yang terdegradasi selama empat tahun ke depan. Upaya-upaya itu sangat penting. Kita semua menantikan keberhasilan upaya-upaya tersebut. Dan saya juga tahu, kerja keras Indonesia ini akan memberikan kontribusi yang kuat di COP 26 Glasgow,” katanya.
Baca juga: KLHK: Dokumen "net sink" FoLU bawa Indonesia capai NDC 2030
Dia juga menyoroti pentingnya peran generasi muda dalam pengendalian perubahan iklim. Saat ini, dunia dihuni oleh 1,8 miliar orang berusia 10-24 tahun dan di Indonesia, 65 juta orang atau 28 persen di antara penduduknya berada pada kategori usia tersebut.
“Keberadaan generasi muda saat ini, menjadi yang terbesar dalam sejarah. Ini saatnya kalian menunjukkan potensi besar yang dimiliki, dan menjadi bagian penting dalam pengambilan keputusan. Inilah saatnya bagi kita semua untuk melakukan aksi nyata,” ujar dia
Sementara itu, Kepala Perwakilan Bank Dunia untuk Indonesia dan Timor Leste, Satu Kahkonen, menyampaikan pihaknya memahami Indonesia telah bekerja nyata dan cukup ambisius dalam pengendalian perubahan iklim. Oleh karena itu, Bank Dunia akan mendukung ambisi Indonesia dalam mengurangi emisi karbon pada Updated NDC Indonesia.
“Mengingat dampak yang ditimbulkan perubahan iklim tidaklah mudah menanganinya. Namun hal tersebut menjadi mungkin apabila kita semua bekerjasama. Mari kita lanjutkan kerja sama ini, untuk masa depan Indonesia, untuk menyelamatkan planet kita,” ujar dia.
Baca juga: Rencana operasional Indonesia FOLU Net Sink 2030
Baca juga: KLHK mantapkan Pedoman "net sink" karbon sektor hutan dan lahan 2030
Dalam keterangan tertulis di Jakarta, Senin, Siti menyampaikan komitmen serius Indonesia melalui FoLU Net Sink 2030 penting, nyata dan konkrit, mencakup berbagai kegiatan, kebijakan dan antisipasi berbagai persoalan, partisipasi semua pihak, di dalam semua agenda kehutanan seperti kebakaran hutan dan lahan (karhutla), deforestasi, gambut, konservasi dan keanekaragaman hayati.
Pengendalian perubahan iklim menjadi kepentingan nasional yang dilakukan melalui langkah-langkah kebijakan, pemberdayaan dan penegakan hukum. Sejumlah capaian dalam beberapa tahun terakhir di antaranya pengurangan laju deforestasi, pencegahan konversi hutan alam dan lahan gambut, serta pengurangan kebakaran hutan.
“Kita sudah 6-7 tahun ini bekerja keras dan kita akan sistematikakan dengan lebih baik lagi, untuk mencapai, menjaga pengendalian perubahan iklim,” katanya.
Baca juga: Menteri LHK: Capai "net sink" perlu konsistensi kerja di sektor FOLU
Lebih lanjut, Siti mengatakan COP 26 di Glasgow menjadi titik di mana implementasi akan dimulai. Oleh karena itu, menjadi tegas bahwa ke depan semua pihak bekerja, dan mengimplementasikan.
“Jadi bukan basa-basi, narasi, dan deklarasi,” ujar dia.
Pada kesempatan tersebut, Utusan Presiden Amerika Serikat dalam Penanganan Perubahan Iklim John F Kerry, mengatakan dengan potensi yang dimilikinya, peran Indonesia begitu penting dalam pengendalian perubahan iklim. Apa yang terjadi di Indonesia, dapat memberikan dampak yang besar terhadap seluruh dunia.
Lebih lanjut, John Kerry mengungkapkan, di bawah kepemimpinan Presiden RI Joko Widodo, Indonesia telah membuat kemajuan besar dalam penurunan laju deforestasi dan moratorium konversi hutan primer. Angka deforestasi Indonesia antara tahun 2019-2020 menjadi yang terendah dalam 20 tahun terakhir.
“Indonesia juga tengah menjalankan inisiatif baru untuk memulihkan ratusan ribu hektare mangrove yang terdegradasi selama empat tahun ke depan. Upaya-upaya itu sangat penting. Kita semua menantikan keberhasilan upaya-upaya tersebut. Dan saya juga tahu, kerja keras Indonesia ini akan memberikan kontribusi yang kuat di COP 26 Glasgow,” katanya.
Baca juga: KLHK: Dokumen "net sink" FoLU bawa Indonesia capai NDC 2030
Dia juga menyoroti pentingnya peran generasi muda dalam pengendalian perubahan iklim. Saat ini, dunia dihuni oleh 1,8 miliar orang berusia 10-24 tahun dan di Indonesia, 65 juta orang atau 28 persen di antara penduduknya berada pada kategori usia tersebut.
“Keberadaan generasi muda saat ini, menjadi yang terbesar dalam sejarah. Ini saatnya kalian menunjukkan potensi besar yang dimiliki, dan menjadi bagian penting dalam pengambilan keputusan. Inilah saatnya bagi kita semua untuk melakukan aksi nyata,” ujar dia
Sementara itu, Kepala Perwakilan Bank Dunia untuk Indonesia dan Timor Leste, Satu Kahkonen, menyampaikan pihaknya memahami Indonesia telah bekerja nyata dan cukup ambisius dalam pengendalian perubahan iklim. Oleh karena itu, Bank Dunia akan mendukung ambisi Indonesia dalam mengurangi emisi karbon pada Updated NDC Indonesia.
“Mengingat dampak yang ditimbulkan perubahan iklim tidaklah mudah menanganinya. Namun hal tersebut menjadi mungkin apabila kita semua bekerjasama. Mari kita lanjutkan kerja sama ini, untuk masa depan Indonesia, untuk menyelamatkan planet kita,” ujar dia.
Baca juga: Rencana operasional Indonesia FOLU Net Sink 2030
Baca juga: KLHK mantapkan Pedoman "net sink" karbon sektor hutan dan lahan 2030
Pewarta: Virna P Setyorini
Editor: Subagyo
Copyright © ANTARA 2021
Tags: