Seoul (ANTARA) - Saham-saham Korea Selatan diperdagangkan lebih rendah pada awal transaksi Senin pagi, tertekan kekhawatiran ekonomi China tumbuh pada laju paling lambat dalam setahun selama kuartal ketiga, sementara kenaikan harga minyak memicu ketakutan akan tekanan inflasi.

Indikator utama Bursa Efek Korea, Indeks Harga Saham Gabungan Korea (KOSPI) menyusut 7,35 poin atau 0,24 persen menjadi diperdagangkan di 3.007,71 poin pada 01.54 GMT, dan diperkirakan mencatat penurunan pertama dalam empat sesi. Indeks acuan telah naik 0,88 persen pada Jumat (15/10/2021).

Pertumbuhan ekonomi triwulanan China terganggu oleh kekurangan listrik, kemacetan pasokan dan wabah COVID-19 sporadis, meningkatkan tekanan pada para pembuat kebijakan di tengah meningkatnya kegelisahan di sektor properti.

Sementara itu, harga minyak mencapai level tertinggi baru dalam beberapa tahun karena permintaan terus pulih dari pandemi COVID-19.

Di antara saham-saham kelas berat, raksasa chip Samsung Electronics dan SK Hynix masing-masing merosot 0,43 persen dan 1,02 persen, sementara perusahaan platform Naver dan Kakao masing-masing naik 1,14 persen dan 0,41 persen.

Investor asing adalah penjual bersih saham senilai 11,5 miliar won (9,71 juta dolar AS) di papan utama.

Won dikutip pada 1.183,1 per dolar di platform penyelesaian dalam negeri, turun 0,06 persen dari penutupan sesi sebelumnya.

Dalam perdagangan luar negeri, won dikutip pada 1.183,9 per dolar, turun 0,2 persen, sementara dalam perdagangan non-deliverable forward, kontrak satu bulannya dikutip pada 1.184,1.

Imbal hasil obligasi pemerintah Korea 3-tahun paling likuid naik 8,8 basis poin menjadi 1,883 persen, sedangkan imbal hasil obligasi pemerintah Korea 10-tahun yang jadi acuan naik 7,4 basis poin menjadi 2,429 persen.

Baca juga: IHSG Senin dibuka menguat 15,94 poin
Baca juga: Saham Australia sedikit menguat didorong sektor energi dan penambang
Baca juga: Saham Asia gelisah jelang data PDB China, minyak sentuh tertinggi baru