Asap Gunung Anak Krakatau Capai 750 Meter
17 Februari 2011 19:43 WIB
Seorang petugas Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi sedang mengamati Gunung Anak Krakatau yang menyemburkan material vulkanik, di Selat Sunda, Senin (1/11) Aktivitas gunung itu meningkat tajam sejak pekan lalu tercatat mengalami 847 aktivitas kegempaan terdiri dari 11 kali gempa vulkanik dalam, 102 kali gempa vulkanik dangkal, 282 letusan, 139 kali tremor, 257 hembusan, dan satu kali tremor harmonik hingga statusnya dinaikan menjadi Waspada. (ANTARA/Dok-PMBG/Asep Fathulrahman/)
Cinangka, Serang (ANTARA News) - Asap Gunung Anak Krakatau di Perairan Selat Sunda mencapai 750 meter dan mengarah ke selatan.
"Sampai saat ini masih mengarah ke selatan dan tingginya 750 meter, arahnya ke laut lepas, asapnya mengepul berwarna kelabu," kata Kepala Pos Pemantau Gunung Anak Krakatau (GAK) di Desa Pasauran, Kecamatan Cinangka, Kabupaten Serang, Provinsi Banten, Anton S Pambudi, Kamis.
Dia menjelaskan, semakin tinggi asapnya, maka semakin banyak material yang dikeluarkan seperti debu.
"Material yang dikeluarkan masih bersuhu di atas 600 derajat Celsius, dan sangat berbahaya bagi siapapun yang berada di radius dua kilo meter dari titik kegempaaan," katanya.
Oleh karenanya, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) masih melarang warga dan turis untuk mendekat sampai raidius yang telah ditetapkan sejak tanggal 28 Desember 2010.
"Kami belum menurunkan status waspada atau II, Gunung Anak Krakatau, menginggat kegempaan yang dikeluarkan masih berlangsung, tetapi kalau GAK ini berada di daratan, statusnya sudah level III atau `siaga`, namun karena berada di tengah laut dan jauh dari pemukiman, maka statusnya tetap pada level II," katanya menjelaskan.
Sementara untuk aktivitas kegempaan, Pos Pemantau GAK di Desa Pasauran menurut Anton, masih belum mengetahui lantaran Solar Panel yang berada di Sismometer GAK tidak mengirimkan signal ke pos pemanntau.
"Seismograf di pos pemantau tidak bisa mencatat, karena tidak mendapatkan kiriman perekam kegempaan dari Solar Panel," katanya menambahkan. (ANT/K004)
"Sampai saat ini masih mengarah ke selatan dan tingginya 750 meter, arahnya ke laut lepas, asapnya mengepul berwarna kelabu," kata Kepala Pos Pemantau Gunung Anak Krakatau (GAK) di Desa Pasauran, Kecamatan Cinangka, Kabupaten Serang, Provinsi Banten, Anton S Pambudi, Kamis.
Dia menjelaskan, semakin tinggi asapnya, maka semakin banyak material yang dikeluarkan seperti debu.
"Material yang dikeluarkan masih bersuhu di atas 600 derajat Celsius, dan sangat berbahaya bagi siapapun yang berada di radius dua kilo meter dari titik kegempaaan," katanya.
Oleh karenanya, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) masih melarang warga dan turis untuk mendekat sampai raidius yang telah ditetapkan sejak tanggal 28 Desember 2010.
"Kami belum menurunkan status waspada atau II, Gunung Anak Krakatau, menginggat kegempaan yang dikeluarkan masih berlangsung, tetapi kalau GAK ini berada di daratan, statusnya sudah level III atau `siaga`, namun karena berada di tengah laut dan jauh dari pemukiman, maka statusnya tetap pada level II," katanya menjelaskan.
Sementara untuk aktivitas kegempaan, Pos Pemantau GAK di Desa Pasauran menurut Anton, masih belum mengetahui lantaran Solar Panel yang berada di Sismometer GAK tidak mengirimkan signal ke pos pemanntau.
"Seismograf di pos pemantau tidak bisa mencatat, karena tidak mendapatkan kiriman perekam kegempaan dari Solar Panel," katanya menambahkan. (ANT/K004)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011
Tags: