Jakarta (ANTARA News) - Kendati masih minimya sentimen positif pada pergerakkan mata uang dalam negeri, pergerakkan rupiah terus menguat, dan dalam transaksi Rabu petang berada di bawah level Rp8.900.

Kurs mata uang rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di pasar spot antarbank Jakarta pada Rabu sore melemah sebesar 27 poin ke posisi Rp8.883 dibanding sebelumnya yang sebesar Rp8.910.

Pengamat pasar uang dari Valbury Securities, Nico Omer Jonkheer, di Jakarta, Rabu, mengatakan bahwa pergerakkan rupiah dari hari ke hari yang menunjukkan penguatan, mencerminkan prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia yang positif.

Selain itu, lanjut dia, investor sepertinya sudah menyadari bahwa Bank Sentral AS sedang mencetak uang untuk memulihkan perekonomian. Kemungkinan besar Bank Sentral itu mencetak uang untuk membiayai pengeluaran pemerintah yang makin besar.

"Hal itu yang menyebabkan pelaku pasar akan mengurangi kepemilikan dolar maupun obligasi AS mereka, mencetak uang yang begitu banyak kemungkinan akan mengakibatkan kejatuhan nilai dolar AS terhadap mata uang dunia," kata dia.

Dengan begitu, tambah dia, pelaku pasar akan kembali ke negara emerging market di kawasan Asia termasuk Indonesia yang mempunyai pertumbuhan fundamental ekonomi dengan prospek bagus.

Ia menambahkan, kurs mata uang dalam negeri di prediksi masih akan terus menguat kendati masih dalam kisaran sempit seiring kembali optimisnya investor asing di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang ditandai dengan posisi indeks harga saham gabungan (IHSG) yang bergerak menguat pada hari ini.

Berdasarkan kurs tengah Bank Indonesia (BI) rupiah menguat 17 poin ke posisi Rp8.904, sebelumnya rupiah berada di posisi Rp8.921.