Jakarta (ANTARA News) - Perusahaan nasional PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (CAP) menggandeng operator kilang asal Singapura, Vopak Asia Pte Ltd (Vopak) untuk membangun terminal liquefied petroleum gas (LPG) di Cilegon, Banten dengan investasi sekitar 150 juta dolar AS.

Presdir CAP, Erwin Ciputra mengatakan, pada saat ini pihaknya tengah mempelajari kajian teknis, kelayakan lingkungan, lokasi dan perizinan yang diperlukan untuk membangun terminal LPG tersebut.

"Pembangunan fisik terminal LPG akan dimulai pada akhir 2011, dan direncanakan sudah dapat beroperasi pada 2014," katanya dalam siaran pers yang diterima ANTARA di Jakarta, Selasa.

Pihaknya merencanakan kapasitas penyaluran dan distribusi LPG dari terminal itu mencapai satu juta ton per tahun.

Ia mengatakan keberadaan terminal LPG itu sangat strategis, tidak hanya bagi CAP yang akan membangun pabrik petrokimia terintegrasi yang besar, tapi juga bagi pasokan dan distribusi LPG untuk industri lainnya, terutama di sekitar Banten.

"Proyek pembangunan terminal LPG juga sangat strategis dalam mendukung upaya kami melakukan diversifikasi bahan baku," kata Erwin.

Pabrik olefin CAP membutuhkan bahan baku berupa nafta sebesar 1,7 juta ton per tahun. Dengan beroperasinya terminal LPG kelak, ia berharap bisa menjadikan LPG sebagai bahan baku alternatif pengganti nafta sebesar 10-15 persen dari total kebutuhan.

"Dengan demikian operasional pabrik dapat lebih fleksibel dengan tidak tergantung pada pasokan nafta saja," katanya.

Pasokan LPG dari terminal itu juga bisa dimanfaatkan sebagai sumber energi pabrik CAP. Pihak CAP dan Vopak telah menandatangani nota kesepahaman (memorandum of understanding/MoU) proyek pembangunan terminal LPG pada Januari 2011. Pada kerja sama tersebut, CAP menyediakan lahan, fasilitas pelabuhan, utilitas dan infrastruktur lain.

"Dari tiga pelabuhan yang saat ini dimiliki CAP, salah satunya akan dijadikan terminal LPG tersebut," katanya. Sedangkan Vopak akan membangun tempat penimbunan LPG sementara dan infrastruktur yang terkait langsung dengan kilang.

"Operasional terminal tersebut akan dikelola perusahaan patungan antara CAP dan Vopak," ujar Erwin.

Ia juga menjelaskan, pembangunan terminal LPG tersebut merupakan bagian dari rencana strategis perusahaan dalam melakukan ekspansi usaha serta meningkatkan kapasitas produksi.

Saat ini, CAP tengah melakukan program "debottlenecking" produksi polipropiline (PP) dengan menambah mesin baru untuk meningkatkan kapasitas produksi dari 360.000 ton menjadi 480.000 ton per tahun.

"Untuk menambah mesin baru, kami mengeluarkan dana investasi sekitar Rp300 miliar, dan rencananya akan beroperasi pada April 2011," kata Erwin.

Selain itu, CAP juga berencana meningkatkan kapasitas produksi etiline dari 600.000 ton menjadi satu juta ton per tahun dan polietiline(PE) dari 320.000 ton menjadi 540.000 ton dalam kurun waktu tiga hingga lima tahun mendatang.

"Pembangunan terminal LPG itu merupakan salah satu upaya kami dalam mendukung ekspansi usaha CAP, sebagai perusahaan petrokimia terintegrasi. Kehadiran terminal LPG itu memberikan nilai tambah dan meningkatkan keuntungan, baik kepada perusahaan, pemegang saham maupun pemangku kepentingan perusahaan," kata Erwin.

Sementara itu, Direktur Industri Kimia Dasar Kemenperin, Tony Tanduk mengatakan, pembangunan terminal LPG tersebut akan memperkuat struktur dasar industri petrokimia nasional.

"Keberadaan terminal LPG itu akan meningkatkan daya saing serta menekan ketergantungan akan impor nafta yang kebutuhannya terus tumbuh sekitar 4-5 persen per tahun," ujarnya.

Tony mengatakan dengan makin banyaknya investasi di sektor industri petrokimia, maka Indonesia akan bisa menyamai Thailand yang telah lebih dulu membangun kawasan industri petrokimia terintegrasi. Thailand membangun kawasan industri petrokimia dalam satu komplek sekitar 200-300 hektare.
(R016/S004)