Ekowisata bekantan dukung program pembangunan pariwisata berkelanjutan
15 Oktober 2021 15:34 WIB
Istri Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Nur Asia Uno saat berada di Stasiun Riset Bekantan di Pulau Curiak, Kabupaten Barito Kuala, Kalsel. ANTARA/Firman.
Banjarmasin (ANTARA) - Istri Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Nur Asia Uno mengatakan ekowisata bekantan di Kalimantan Selatan sangat mendukung program pemerintah di bidang pembangunan pariwisata berkelanjutan.
"Kami salut dengan Yayasan Sahabat Bekantan Indonesia (SBI) yang tidak saja peduli pada pelestarian bekantan, tetapi juga mengembangkan ekowisata bekantan yang sudah mendunia," kata dia di Banjarmasin, Jumat.
Nur Asia mengapresiasi kinerja tim SBI yang telah mampu mengelola dan mengembangkan Stasiun Riset Bekantan di Pulau Curiak, Kabupaten Barito Kuala, Kalsel, dan meningkatkan populasi bekantan di kawasan tersebut dengan terus berkembangnya kelahiran anak bekantan.
"Ini tentu membawa kabar gembira bagi kita semua. Dengan terus adanya kelahiran bekantan semoga bisa membantu meningkatkan populasi bekantan Indonesia," tuturnya.
Baca juga: Pemprov Kalsel dukung pengembangan konservasi bekantan di Batola
Baca juga: SBI jaga ekosistem lahan basah habitat bekantan
Kehadiran Nur Asia Uno ke Stasiun Riset Bekantan yang dikelola SBI bersama Universitas Lambung Mangkurat (ULM) secara khusus untuk melihat perkembangan bekantan di Pulau Curiak.
Menariknya, istri dari Menparekraf Sandiaga Uno itu sempat menyematkan nama bagi seekor anak bekantan yang baru lahir. Hal tersebut ditandai dengan penandatanganan sertifikat kelahiran bekantan tersebut olehnya.
"Bayi bekantan ini saya beri nama Amel Junior. Sebagai bentuk apresiasi kepada Amalia Rezeki terhadap dedikasinya melestarikan bekantan. Semoga bekantan Pulau Curiak tetap lestari dan semakin mendunia," ujar Nur Asia.
Sementara pendiri SBI Amalia Rezeki menuturkan sosok Nur Asia sangat peduli terhadap lingkungan dan pelestarian bekantan. Bahkan dia juga tercatat sebagai donatur pelestarian bekantan yang dikelola SBI.
Menurut Amalia, "Amel Junior" merupakan kelahiran kedua dari bekantan yang berada di kawasan Stasiun Riset Bekantan sepanjang tahun 2021. Bekantan di kawasan itu sekarang terbagi menjadi tiga kelompok dengan jumlah populasinya sekitar 29 ekor.
Bayi mungil bekantan wajahnya masih hitam kebiru-biruan terlihat berada dalam pelukan Mimin induknya dari kelompok Bravo.
Amalia mengakui awal pihaknya masuk dan mengelola kawasan itu tahun 2014 hanya terdapat 14 individu bekantan dan pada saat ini sudah terjadi penambahan populasi bekantan secara signifikan mencapai 100 persen.
Pertumbuhan populasi bekantan yang luar biasa menunjukkan SBI mampu mengelola kawasan Pulau Curiak yang kecil dan berada di luar kawasan konservasi, tapi mampu menumbuhkembangkan populasi bekantan di alam liar.*
Baca juga: SBI berjuang selamatkan bekantan dari pandemi COVID-19
Baca juga: Bekantan Day, Masyarakat diajak peduli dan lestarikan ikon Kalsel itu
"Kami salut dengan Yayasan Sahabat Bekantan Indonesia (SBI) yang tidak saja peduli pada pelestarian bekantan, tetapi juga mengembangkan ekowisata bekantan yang sudah mendunia," kata dia di Banjarmasin, Jumat.
Nur Asia mengapresiasi kinerja tim SBI yang telah mampu mengelola dan mengembangkan Stasiun Riset Bekantan di Pulau Curiak, Kabupaten Barito Kuala, Kalsel, dan meningkatkan populasi bekantan di kawasan tersebut dengan terus berkembangnya kelahiran anak bekantan.
"Ini tentu membawa kabar gembira bagi kita semua. Dengan terus adanya kelahiran bekantan semoga bisa membantu meningkatkan populasi bekantan Indonesia," tuturnya.
Baca juga: Pemprov Kalsel dukung pengembangan konservasi bekantan di Batola
Baca juga: SBI jaga ekosistem lahan basah habitat bekantan
Kehadiran Nur Asia Uno ke Stasiun Riset Bekantan yang dikelola SBI bersama Universitas Lambung Mangkurat (ULM) secara khusus untuk melihat perkembangan bekantan di Pulau Curiak.
Menariknya, istri dari Menparekraf Sandiaga Uno itu sempat menyematkan nama bagi seekor anak bekantan yang baru lahir. Hal tersebut ditandai dengan penandatanganan sertifikat kelahiran bekantan tersebut olehnya.
"Bayi bekantan ini saya beri nama Amel Junior. Sebagai bentuk apresiasi kepada Amalia Rezeki terhadap dedikasinya melestarikan bekantan. Semoga bekantan Pulau Curiak tetap lestari dan semakin mendunia," ujar Nur Asia.
Sementara pendiri SBI Amalia Rezeki menuturkan sosok Nur Asia sangat peduli terhadap lingkungan dan pelestarian bekantan. Bahkan dia juga tercatat sebagai donatur pelestarian bekantan yang dikelola SBI.
Menurut Amalia, "Amel Junior" merupakan kelahiran kedua dari bekantan yang berada di kawasan Stasiun Riset Bekantan sepanjang tahun 2021. Bekantan di kawasan itu sekarang terbagi menjadi tiga kelompok dengan jumlah populasinya sekitar 29 ekor.
Bayi mungil bekantan wajahnya masih hitam kebiru-biruan terlihat berada dalam pelukan Mimin induknya dari kelompok Bravo.
Amalia mengakui awal pihaknya masuk dan mengelola kawasan itu tahun 2014 hanya terdapat 14 individu bekantan dan pada saat ini sudah terjadi penambahan populasi bekantan secara signifikan mencapai 100 persen.
Pertumbuhan populasi bekantan yang luar biasa menunjukkan SBI mampu mengelola kawasan Pulau Curiak yang kecil dan berada di luar kawasan konservasi, tapi mampu menumbuhkembangkan populasi bekantan di alam liar.*
Baca juga: SBI berjuang selamatkan bekantan dari pandemi COVID-19
Baca juga: Bekantan Day, Masyarakat diajak peduli dan lestarikan ikon Kalsel itu
Pewarta: Firman
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2021
Tags: