Neraca perdagangan RI surplus 4,37 miliar dolar AS pada September 2021
15 Oktober 2021 10:37 WIB
Tangkapan layar - Kepala BPS Margo Yuwono saat menggelar konferensi pers secara virtual di Jakarta, Jumat (15/10/2021). ANTARA/Youtube BPS Statistics/pri.
Jakarta (ANTARA) - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia mengalami surplus 4,37 miliar dolar AS pada September 2021 dengan nilai ekspor 20,60 miliar dolar AS dan impor 16,23 miliar dolar AS.
"Dengan demikian, neraca perdagangan Indonesia mengalami surplus 17 bulan secara beruntun," kata Kepala BPS Margo Yuwono saat menggelar konferensi pers secara virtual di Jakarta, Jumat.
Margo menyampaikan komoditi nonmigas penyumbang surplus terbesar adalah bahan bakar mineral, lemak dan minyak hewan nabati, serta besi dan baja. Sedangkan, negara yang memberikan andil terhadap surplus terbesar yaitu Amerika Serikat, India, dan Filipina.
Margo memaparkan neraca perdagangan dengan AS mengalami surplus 1,5 miliar dolar AS dengan komoditas surplus terbesar yakni pakaian dan aksesorinya.
Kemudian, perdagangan dengan India juga mengalami surplus sebesar 718,6 juta dolar AS dengan komoditas utama bahan bakar mineral dan lemak minyak hewan nabati.
Surplus perdagangan juga dialami dengan Filipina yang mencapai 713,9 juta dolar AS, di mana komoditas penyumbang surplus terbesar yaitu bahan bakar mineral serta kendaraan dan bagiannya.
Kendati demikian, perdagangan RI juga mengalami defisit dengan beberapa negara, di mana yang terbesar adalah perdagangan dengan Australia, Thailand, dan Ukraina.
"Defisit dengan Australia sebesar 529,7 juta dolar AS itu karena bahan bakar mineral; dan bijih logam, perak, dan abu," ujar Margo.
Sedangkan, defisit perdagangan dengan Thailand mencapai 346,8 juta dolar AS yang disebabkan oleh komoditas plastik dan barang dari plastik, diikuti dengan mesin dan peralatan mekanis serta bagiannya.
Sementara, perdagangan dengan Ukraina terjadi defisit sebesar 247,2 juta dolar AS dengan komoditas utama serealia serta besi dan baja.
Dengan demikian, neraca perdagangan RI secara kumulatif pada periode Januari-September 2021 mengalami surplus 25,07 miliar dolar AS.
"Angka ini sangat tinggi jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Misalnya pada periode yang sama di tahun 2020 yang surplusnya tercatat 13,35 miliar dolar AS dan bahkan di 2019 kita mengalami defisit," pungkas Margo.
Baca juga: DPR apresiasi tren surplus neraca perdagangan pada 2021
Baca juga: Mendag optimistis neraca perdagangan 2021 cetak pertumbuhan luar biasa
Baca juga: Kemenkeu: Surplus neraca perdagangan jadi motor penggerak ekonomi RI
"Dengan demikian, neraca perdagangan Indonesia mengalami surplus 17 bulan secara beruntun," kata Kepala BPS Margo Yuwono saat menggelar konferensi pers secara virtual di Jakarta, Jumat.
Margo menyampaikan komoditi nonmigas penyumbang surplus terbesar adalah bahan bakar mineral, lemak dan minyak hewan nabati, serta besi dan baja. Sedangkan, negara yang memberikan andil terhadap surplus terbesar yaitu Amerika Serikat, India, dan Filipina.
Margo memaparkan neraca perdagangan dengan AS mengalami surplus 1,5 miliar dolar AS dengan komoditas surplus terbesar yakni pakaian dan aksesorinya.
Kemudian, perdagangan dengan India juga mengalami surplus sebesar 718,6 juta dolar AS dengan komoditas utama bahan bakar mineral dan lemak minyak hewan nabati.
Surplus perdagangan juga dialami dengan Filipina yang mencapai 713,9 juta dolar AS, di mana komoditas penyumbang surplus terbesar yaitu bahan bakar mineral serta kendaraan dan bagiannya.
Kendati demikian, perdagangan RI juga mengalami defisit dengan beberapa negara, di mana yang terbesar adalah perdagangan dengan Australia, Thailand, dan Ukraina.
"Defisit dengan Australia sebesar 529,7 juta dolar AS itu karena bahan bakar mineral; dan bijih logam, perak, dan abu," ujar Margo.
Sedangkan, defisit perdagangan dengan Thailand mencapai 346,8 juta dolar AS yang disebabkan oleh komoditas plastik dan barang dari plastik, diikuti dengan mesin dan peralatan mekanis serta bagiannya.
Sementara, perdagangan dengan Ukraina terjadi defisit sebesar 247,2 juta dolar AS dengan komoditas utama serealia serta besi dan baja.
Dengan demikian, neraca perdagangan RI secara kumulatif pada periode Januari-September 2021 mengalami surplus 25,07 miliar dolar AS.
"Angka ini sangat tinggi jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Misalnya pada periode yang sama di tahun 2020 yang surplusnya tercatat 13,35 miliar dolar AS dan bahkan di 2019 kita mengalami defisit," pungkas Margo.
Baca juga: DPR apresiasi tren surplus neraca perdagangan pada 2021
Baca juga: Mendag optimistis neraca perdagangan 2021 cetak pertumbuhan luar biasa
Baca juga: Kemenkeu: Surplus neraca perdagangan jadi motor penggerak ekonomi RI
Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2021
Tags: