Imbal hasil naik, bank AS alihkan uang tunai ke obligasi pemerintah
15 Oktober 2021 07:46 WIB
Jamie Dimon, Ketua dan CEO JPMorgan Chase & Co. berbicara selama Konferensi Global Milken Institute di Beverly Hills, California, AS, 1 Mei 2017. ANTARA/REUTERS/Mike Blake.
New York (ANTARA) - Beberapa bank besar AS membeli lebih banyak surat berharga pemerintah AS karena imbal hasil mulai naik dan Federal Reserve tampaknya siap untuk mengurangi program pembelian obligasinya.
Pergeseran neraca, menurut para analis dapat meningkatkan pendapatan bank beberapa persen, tergantung bagaimana mereka memainkan "tangan-tangan" mereka.
Bank of America Corp dan Citigroup Inc pada Kamis (14/10/2021) mengatakan mereka telah memperoleh pendapatan bunga bersih tambahan selama kuartal tersebut dengan membeli sekuritas dengan imbal hasil yang lebih tinggi.
Namun, JPMorgan Chase & Co mengatakan pada Rabu (13/10/2021) bahwa mereka terus menimbun uang tunai dan mengharapkan suku bunga bergerak lebih tinggi seperti yang diprediksi oleh kepala eksekutifnya Jamie Dimon.
Chief Financial Officer Citigroup Mark Mason mengatakan bank telah membeli surat utang pemerintah dan sekuritas berbasis hipotek.
"Kami memiliki posisi likuiditas yang kuat dan kami telah menerapkannya," kata Mason kepada wartawan.
Deposito bank telah menumpuk lebih tinggi dari sebelumnya, didorong oleh uang dari pembelian obligasi Federal Reserve, pembayaran stimulus pemerintah dan tabungan dari konsumen. Sementara itu, pendapatan bunga bersih bank dari sekuritas dan pinjaman, sumber pendapatan utama, telah anjlok karena The Fed mempertahankan suku bunga rendah dan peminjam melunasi pinjaman.
Bagaimana pemberi pinjaman terbesar di negara itu mengelola campuran uang tunai dan sekuritas di neraca mereka akan membantu memisahkan pemenang dari pecundang di kuartal mendatang, karena meningkatnya ketidakpastian prospek inflasi dan suku bunga, kata para analis.
Bank-bank besar bisa mendapatkan peningkatan 7,0 persen untuk keuntungannya sebelum penyisihan kerugian dan pajak dengan menginvestasikan kelebihan uangnya sebesar 1,5 persen, ungkap analis Jason Goldberg dari Barclays.
Goldberg mengatakan terlalu dini jika kenaikan oleh beberapa bank dalam pembelian sekuritas menandakan tren baru industri.
Memprediksi imbal hasil dan mengelola risiko suku bunga adalah salah satu tantangan terbesar bagi para bankir. Jika mereka membeli sekuritas untuk mendapatkan lebih banyak bunga sekarang, mereka berisiko kehilangan hasil yang lebih tinggi, meninggalkan sekuritas yang kehilangan nilainya.
Imbal hasil pada obligasi pemerintah tenor 10 tahun telah turun naik tahun ini karena perubahan pandangan tentang kebijakan Fed dan inflasi. Setelah naik ke 1,75 persen dari 0,9 persen dalam tiga bulan pertama tahun ini, turun kembali ke 1,15 persen. Dimon JPMorgan memperkirakan pada Juli akan naik menjadi 3,0 persen. Imbal hasil berada di 1,51 persen pada Kamis (14/10/2021).
Perubahan prospek untuk imbal hasil yang lebih tinggi dan lebih banyak pinjaman telah mendorong saham-saham bank tahun ini. KBW Bank Index melonjak 39 persen sepanjang tahun ini, dua kali lipat dari S&P 500.
Wells Fargo & Co menambah sekuritas pada paruh pertama tahun ini, tetapi telah mundur baru-baru ini untuk bersiap ke suku bunga yang lebih tinggi, kata Chief Financial Officer Michael Santomassimo kepada wartawan pada Kamis (14/10/2021).
Bank of America sangat agresif dalam menginvestasikan uangnya di sekuritas, hampir menggandakan portofolio selama setahun terakhir. Sekuritas utang naik menjadi 36 persen dari aset produktif di kuartal tersebut dari sebelumnya 22 persen.
Sebaliknya, JPMorgan menjaga sekuritasnya tetap stabil di sekitar 18 persen aset karena telah menimbun uang tunai. Selama kuartal ketiga JPMorgan menyimpan 757 miliar dolar AS uang tunai dibandingkan dengan 565 miliar dolar AS surat berharga.
"Posisi kami di sini belum benar-benar berubah," kata CFO JPMorgan Jeremy Barnum kepada wartawan. "Kami masih percaya pada pemulihan yang kuat. Kami masih berpikir itu datang dengan suku bunga yang lebih tinggi."
Dimon, ketika ditanya oleh analis berapa banyak uang tunai yang dapat dimasukkan JPMorgan ke dalam sekuritas, mengatakan: "Kami dapat dengan mudah menghasilkan 200 miliar dolar AS."
Risiko yang perlu dikhawatirkan bank, kata dia, adalah tingginya inflasi dan tingginya suku bunga. "Menjadi sangat likuid melindungi kami."
Namun, Barnum menambahkan bahwa ketika suku bunga mendekati pandangan JPMorgan, bank mungkin menemukan "beberapa peluang untuk sedikit lebih banyak menyebarkan uang tunai."
Baca juga: Emas menguat lagi, dipicu penurunan dolar dan imbal hasil obligasi AS
Baca juga: Saham Asia jatuh, tertekan imbal hasil obligasi AS dan penguatan dolar
Baca juga: Rupiah menguat dibayangi kenaikan imbal hasil obligasi AS
Pergeseran neraca, menurut para analis dapat meningkatkan pendapatan bank beberapa persen, tergantung bagaimana mereka memainkan "tangan-tangan" mereka.
Bank of America Corp dan Citigroup Inc pada Kamis (14/10/2021) mengatakan mereka telah memperoleh pendapatan bunga bersih tambahan selama kuartal tersebut dengan membeli sekuritas dengan imbal hasil yang lebih tinggi.
Namun, JPMorgan Chase & Co mengatakan pada Rabu (13/10/2021) bahwa mereka terus menimbun uang tunai dan mengharapkan suku bunga bergerak lebih tinggi seperti yang diprediksi oleh kepala eksekutifnya Jamie Dimon.
Chief Financial Officer Citigroup Mark Mason mengatakan bank telah membeli surat utang pemerintah dan sekuritas berbasis hipotek.
"Kami memiliki posisi likuiditas yang kuat dan kami telah menerapkannya," kata Mason kepada wartawan.
Deposito bank telah menumpuk lebih tinggi dari sebelumnya, didorong oleh uang dari pembelian obligasi Federal Reserve, pembayaran stimulus pemerintah dan tabungan dari konsumen. Sementara itu, pendapatan bunga bersih bank dari sekuritas dan pinjaman, sumber pendapatan utama, telah anjlok karena The Fed mempertahankan suku bunga rendah dan peminjam melunasi pinjaman.
Bagaimana pemberi pinjaman terbesar di negara itu mengelola campuran uang tunai dan sekuritas di neraca mereka akan membantu memisahkan pemenang dari pecundang di kuartal mendatang, karena meningkatnya ketidakpastian prospek inflasi dan suku bunga, kata para analis.
Bank-bank besar bisa mendapatkan peningkatan 7,0 persen untuk keuntungannya sebelum penyisihan kerugian dan pajak dengan menginvestasikan kelebihan uangnya sebesar 1,5 persen, ungkap analis Jason Goldberg dari Barclays.
Goldberg mengatakan terlalu dini jika kenaikan oleh beberapa bank dalam pembelian sekuritas menandakan tren baru industri.
Memprediksi imbal hasil dan mengelola risiko suku bunga adalah salah satu tantangan terbesar bagi para bankir. Jika mereka membeli sekuritas untuk mendapatkan lebih banyak bunga sekarang, mereka berisiko kehilangan hasil yang lebih tinggi, meninggalkan sekuritas yang kehilangan nilainya.
Imbal hasil pada obligasi pemerintah tenor 10 tahun telah turun naik tahun ini karena perubahan pandangan tentang kebijakan Fed dan inflasi. Setelah naik ke 1,75 persen dari 0,9 persen dalam tiga bulan pertama tahun ini, turun kembali ke 1,15 persen. Dimon JPMorgan memperkirakan pada Juli akan naik menjadi 3,0 persen. Imbal hasil berada di 1,51 persen pada Kamis (14/10/2021).
Perubahan prospek untuk imbal hasil yang lebih tinggi dan lebih banyak pinjaman telah mendorong saham-saham bank tahun ini. KBW Bank Index melonjak 39 persen sepanjang tahun ini, dua kali lipat dari S&P 500.
Wells Fargo & Co menambah sekuritas pada paruh pertama tahun ini, tetapi telah mundur baru-baru ini untuk bersiap ke suku bunga yang lebih tinggi, kata Chief Financial Officer Michael Santomassimo kepada wartawan pada Kamis (14/10/2021).
Bank of America sangat agresif dalam menginvestasikan uangnya di sekuritas, hampir menggandakan portofolio selama setahun terakhir. Sekuritas utang naik menjadi 36 persen dari aset produktif di kuartal tersebut dari sebelumnya 22 persen.
Sebaliknya, JPMorgan menjaga sekuritasnya tetap stabil di sekitar 18 persen aset karena telah menimbun uang tunai. Selama kuartal ketiga JPMorgan menyimpan 757 miliar dolar AS uang tunai dibandingkan dengan 565 miliar dolar AS surat berharga.
"Posisi kami di sini belum benar-benar berubah," kata CFO JPMorgan Jeremy Barnum kepada wartawan. "Kami masih percaya pada pemulihan yang kuat. Kami masih berpikir itu datang dengan suku bunga yang lebih tinggi."
Dimon, ketika ditanya oleh analis berapa banyak uang tunai yang dapat dimasukkan JPMorgan ke dalam sekuritas, mengatakan: "Kami dapat dengan mudah menghasilkan 200 miliar dolar AS."
Risiko yang perlu dikhawatirkan bank, kata dia, adalah tingginya inflasi dan tingginya suku bunga. "Menjadi sangat likuid melindungi kami."
Namun, Barnum menambahkan bahwa ketika suku bunga mendekati pandangan JPMorgan, bank mungkin menemukan "beberapa peluang untuk sedikit lebih banyak menyebarkan uang tunai."
Baca juga: Emas menguat lagi, dipicu penurunan dolar dan imbal hasil obligasi AS
Baca juga: Saham Asia jatuh, tertekan imbal hasil obligasi AS dan penguatan dolar
Baca juga: Rupiah menguat dibayangi kenaikan imbal hasil obligasi AS
Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2021
Tags: