Gubernur minta BNPB bantu literasi bencana di Maluku
14 Oktober 2021 21:32 WIB
Deputi Bidang Sistem dan Strategi BNPB, Raditya Jati saat menutup Seminar Internasional Literasi Sejarah Kebencanaan, di Kota Ambon, Maluku, Kamis (14/10/2021) ANTARA/Jimmy Ayal
Ambon (ANTARA) - Gubernur Maluku Murad Ismail meminta BNPB maupun Perpustakaan nasional (Perpusnas) dan Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) membantu literasi kebencanaan di provinsi tersebut melalui arsip maupun naskah kuno.
"Kami berharap BNPB, Perpusnas maupun ANRI dalam membantu proses literasi Maluku. Jika ada literatur, naskah kuno dan catatan sejarah lainnya tentang kebencanaan di Maluku, kiranya dapat dibagikan sehingga menjadi arsip Perpustakaan di daerah ini," kata Gubernur Maluku pada penutupan seminar internasional literasi sejarah kegempaan di Ambon, Kamis.
Gubernur dalam sambutan dibacakan Asisten Administrasi Umum Setda Maluku Habiba Saimima, memandang berbagai peristiwa kebencanaan di Maluku yang terjadi di masa lampau, perlu dibukukan atau diarsipkan agar bisa menjadi literasi sekaligus mengedukasi masyarakat.
Baca juga: Riset sejarah dan mitigasi bencana dipaparkan ahli Indonesia
Dia mencontohkan peristiwa gempa bumi yang terjadi di Kota Ambon pada 15 April 1938 yang disiarkan melalui koran berbahasa Belanda "Algemeen Handelsblad". Koran tersebut tidak hanya memberitakan dampak kerusakan akibat gempa, tetapi juga memuat informasi pembangunan rumah di Ambon pascagempa.
"Koran itu menulis bahwa pascagempa ada larangan membangun rumah berbatu besar di Ambon. Jika ada yang ingin membangun rumah, syaratnya harus menggunakan batu bata, tetapi pondasi ke atas hanya satu meter, sisanya sampai ke bagian atap rumah harus menggunakan material ringan," katanya.
Informasi masa lampau itu turut berdampak terhadap sistem konstruksi rumah di Kota Ambon saat ini, di mana sebagian besar telah tahan gempa.
Baca juga: BNPB dorong literasi sejarah bencana Indonesia dari Ambon
Karena itu Murad meyakini masih banyak catatan sejarah kebencanaan disertai dengan kebijakan yang diambil pemegang kekuasaan pada masa lampau, dapat membantu menggapai ketangguhan bencana itu sendiri.
Dia juga memandang literasi bencana dari sejarah masa lampau merupakan salah satu unsur penting untuk memahami risiko bencana di wilayah masing-masing.
Menurutnya, kiblat penanggulangan bencana saat ini mengacu pada kerangka aksi sendai untuk pengurangan risiko bencana dengan empat prioritas utama yakni memahami risiko bencana, penguatan tata kelola risiko, investasi pengurangan risiko bencana untuk resiliensi dan meningkatkan manajemen risiko.
Baca juga: Kepala BNPB: Literasi kebencanaan harus dilakukan sejak dini
Empat prioritas tersebut bertujuan mengurangi risiko, menurunkan kerentanan dan meningkatkan ketangguhan terhadap bencana. Di samping menjadi pijakan strategi dalam pengambilan kebijakan yang lebih baik ke depan.
Gubernur juga memandang seminar internasional literasi sejarah kegempaan yang diikuti lebih dari 1.000 peserta dari dalam dan luar negeri secara virtual menjadi momentum penting dalam penanggulangan bencana, di mana banyak catatan sejarah dan pengetahuan yang dibagikan para ahli di bidangnya.
Selain itu menjadi pelajaran penting dan tokok ukur kinerja dan menginspirasi bagi semua pihak untuk memberikan sumbangsih terbaik tentang kebencanaan.
Deputi Bidang Sistem dan Strategi BNPB Raditya Jati menyatakan siap membantu literasi sejarah kebencanaan di Maluku untuk menjadi arsip pada perpustakaan daerah Maluku.
Dia juga mengapresiasi dukungan Pemprov Maluku sehingga seminar internasional tentang literasi sejarah kegempaan yang pertama kali dilaksanakan di Indonesia itu dapat berlangsung sukses.
Seminar internasional yang bekerja sama dengan Perpusnas, ANRI serta sejumlah kementerian/lembaga merupakan rangkaian dari peringatan Bulan Pengurangan Risiko Bencana (PRB) tahun 2021 yang puncaknya akan diperingati di Ambon pada 19-20 Oktober 2021.
Diakuinya seminar literasi kebencanaan secara internasional itu menjadi sangat penting, karena selain baru pertama kali diselenggarakan di Indonesia, juga menjadi wadah berbagi pengalaman antarpara pakar baik yang bersifat knowlage maupun ilmu pengetahuan yang hingga saat ini belum banyak terungkap.
"Dalam seminar secara virtual selama dua hari ini, ternyata banyak arsip pengetahuan lokal yang belum banyak dibahas dan diungkap sebagai bentuk pemahaman dan pengetahuan secara umum untuk dipublikasikan kepada publik," katanya.
Seminar tersebut diakhiri dengan pemberian penghargaan kepada para pemenang lomba artikel dan poster serta peta jalan kebencanaan.
"Kami berharap BNPB, Perpusnas maupun ANRI dalam membantu proses literasi Maluku. Jika ada literatur, naskah kuno dan catatan sejarah lainnya tentang kebencanaan di Maluku, kiranya dapat dibagikan sehingga menjadi arsip Perpustakaan di daerah ini," kata Gubernur Maluku pada penutupan seminar internasional literasi sejarah kegempaan di Ambon, Kamis.
Gubernur dalam sambutan dibacakan Asisten Administrasi Umum Setda Maluku Habiba Saimima, memandang berbagai peristiwa kebencanaan di Maluku yang terjadi di masa lampau, perlu dibukukan atau diarsipkan agar bisa menjadi literasi sekaligus mengedukasi masyarakat.
Baca juga: Riset sejarah dan mitigasi bencana dipaparkan ahli Indonesia
Dia mencontohkan peristiwa gempa bumi yang terjadi di Kota Ambon pada 15 April 1938 yang disiarkan melalui koran berbahasa Belanda "Algemeen Handelsblad". Koran tersebut tidak hanya memberitakan dampak kerusakan akibat gempa, tetapi juga memuat informasi pembangunan rumah di Ambon pascagempa.
"Koran itu menulis bahwa pascagempa ada larangan membangun rumah berbatu besar di Ambon. Jika ada yang ingin membangun rumah, syaratnya harus menggunakan batu bata, tetapi pondasi ke atas hanya satu meter, sisanya sampai ke bagian atap rumah harus menggunakan material ringan," katanya.
Informasi masa lampau itu turut berdampak terhadap sistem konstruksi rumah di Kota Ambon saat ini, di mana sebagian besar telah tahan gempa.
Baca juga: BNPB dorong literasi sejarah bencana Indonesia dari Ambon
Karena itu Murad meyakini masih banyak catatan sejarah kebencanaan disertai dengan kebijakan yang diambil pemegang kekuasaan pada masa lampau, dapat membantu menggapai ketangguhan bencana itu sendiri.
Dia juga memandang literasi bencana dari sejarah masa lampau merupakan salah satu unsur penting untuk memahami risiko bencana di wilayah masing-masing.
Menurutnya, kiblat penanggulangan bencana saat ini mengacu pada kerangka aksi sendai untuk pengurangan risiko bencana dengan empat prioritas utama yakni memahami risiko bencana, penguatan tata kelola risiko, investasi pengurangan risiko bencana untuk resiliensi dan meningkatkan manajemen risiko.
Baca juga: Kepala BNPB: Literasi kebencanaan harus dilakukan sejak dini
Empat prioritas tersebut bertujuan mengurangi risiko, menurunkan kerentanan dan meningkatkan ketangguhan terhadap bencana. Di samping menjadi pijakan strategi dalam pengambilan kebijakan yang lebih baik ke depan.
Gubernur juga memandang seminar internasional literasi sejarah kegempaan yang diikuti lebih dari 1.000 peserta dari dalam dan luar negeri secara virtual menjadi momentum penting dalam penanggulangan bencana, di mana banyak catatan sejarah dan pengetahuan yang dibagikan para ahli di bidangnya.
Selain itu menjadi pelajaran penting dan tokok ukur kinerja dan menginspirasi bagi semua pihak untuk memberikan sumbangsih terbaik tentang kebencanaan.
Deputi Bidang Sistem dan Strategi BNPB Raditya Jati menyatakan siap membantu literasi sejarah kebencanaan di Maluku untuk menjadi arsip pada perpustakaan daerah Maluku.
Dia juga mengapresiasi dukungan Pemprov Maluku sehingga seminar internasional tentang literasi sejarah kegempaan yang pertama kali dilaksanakan di Indonesia itu dapat berlangsung sukses.
Seminar internasional yang bekerja sama dengan Perpusnas, ANRI serta sejumlah kementerian/lembaga merupakan rangkaian dari peringatan Bulan Pengurangan Risiko Bencana (PRB) tahun 2021 yang puncaknya akan diperingati di Ambon pada 19-20 Oktober 2021.
Diakuinya seminar literasi kebencanaan secara internasional itu menjadi sangat penting, karena selain baru pertama kali diselenggarakan di Indonesia, juga menjadi wadah berbagi pengalaman antarpara pakar baik yang bersifat knowlage maupun ilmu pengetahuan yang hingga saat ini belum banyak terungkap.
"Dalam seminar secara virtual selama dua hari ini, ternyata banyak arsip pengetahuan lokal yang belum banyak dibahas dan diungkap sebagai bentuk pemahaman dan pengetahuan secara umum untuk dipublikasikan kepada publik," katanya.
Seminar tersebut diakhiri dengan pemberian penghargaan kepada para pemenang lomba artikel dan poster serta peta jalan kebencanaan.
Pewarta: Jimmy Ayal
Editor: Heru Dwi Suryatmojo
Copyright © ANTARA 2021
Tags: