Jakarta (ANTARANews) - Tim Komisi VIII (bidang sosial keagamaan) DPR mengunjungi tempat kejadian perkara kerusuhan massa di Cikeusik, Pandeglang, Senin, untuk bertemu dengan pimpinan daerah setempat dan aparat, dalam mencari data bagi penyelesaian kasus Cikeusik.
Menurut Wakil ketua Komisi VIII DPR Ahmad Zainuddin, di Jakarta, Senin, tim Komisi VIII yang melakukan kunjungan ke Cikeusik, Pandeglang itu akan mencari data lapangan terkait peristiwa berdarah itu dan selanjutnya mencari solusi terbaik agar peristiwa serupa tidak terulang kembali.
"Cukup sudah peristiwa yang memprovokasi antar umat beragama. Semua pihak yang terlibat dalam kasus ini harus menghentikan aksinya," kata politisi PKS itu.
Komisi VIII DPR juga mendesak pihak aparat dalam hal ini kepolisian mengungkap otak pelaku kerusuhan yang terjadi di Cikeusik, Pandeglang Banten, Senin 7 Februari lalu. Peristiwa kriminal itu tidak hanya menyebabkan kerusakan materi,tapi juga korban jiwa 3 orang.
"Kepolisian harus segera mengungkap siapa otak pelaku kerusuhan ini agar masyarakat tidak gelisah. Siapa orang yang memakai pita biru dan hitam yang terekam dalam video amatir," pinta Zainudin.
Zainudin menyesalkan peristiwa yang telah terjadi dan selalu menumpahkan darah. Sebelumnya juga pernah terjadi peristiwa yang sama di Manis Lor, Kuningan Jabar beberapa bulan yang lalu.
"Dan perekam video di Cikeusik Banten dan Kuningan adalah orang yang sama. Untuk itu polisi harus mengungkap siapa perekam video itu," katanya.
Anggota DPR dari dapil Jakarta Timur itu mengatakan peristiwa itu juga harusnya tidak akan terjadi jika pemerintah bertindak cepat dan tegas. SKB 3 menteri sudah lama disahkan namun kenapa tidak diimplementasikan dengan baik oleh pihak-pihak yang damanahkan.
"Kita akan mengevaluasi pelaksanaan SKB tersebut sudah sejauhmana. Jangan-jangan belum ada realisasinya sama sekali di lapangan. Makanya, Insya Allah, tim dari Komisi VIII akan turun langsung ke Cikeusik," papar Zainudin.
(*)
Komisi VIII Kunjungi Cikeusik
14 Februari 2011 11:40 WIB
PENYERANGAN JAMAAH AHMADIYAH di Cikeusik (ANTARA/Asep Fathulrahman)
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2011
Tags: