Jakarta (ANTARA) - Direktur Pembinaan Sekolah Dasar Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Republik Indonesia Dra. Sri Wahyuningsih M.Pd menyebutkan beberapa alasan bahwa pertemuan tatap muka di sekolah wajib dilakukan, salah satunya adalah untuk menumbuhkan karakter anak.

Sri mengatakan pertemuan tatap muka atau yang lebih dikenal dengan sebutan PTM terus didorong oleh Kemendikbud dan ristek untuk meningkatkan capaian anak-anak di satuan pendidikan. Sebab, selama 1,5 tahun belajar dari rumah memberikan dampak yang cukup besar bagi dunia pendidikan.

"Banyak faktor yang mempengaruhi kami di kementerian khususnya mendikbud ristek, untuk mendorong pembelajaran tatap muka di sekolah. Mengapa? Banyak faktor yang melatar belakangi seperti tingginya angka putus sekolah dan khawatirnya kita terhadap capaian learning loss yang sudah di depan mata," kata Sri dalam webinar pada Kamis.

"Kemudian kemunduran penerapan, penumbuhan karakter. Karakter sangat diperlukan, ini terbangun baik interaksi sosial di lingkungan sekolah, rumah tangga atau lingkungan lain," lanjutnya.

Baca juga: Kemenkes awasi Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga selama PTM

Sri memahami ketakutan para orangtua murid yang masih ragu melepaskan anaknya untuk kembali ke sekolah. Oleh karenanya, satuan pendidikan perlu mempersiapkan secara matang aturan-aturan dan tata tertib yang sudah dituangkan dalam Surat Keputusan Bersama (SKB) empat menteri.

Sri juga meminta satuan pendidikan untuk memiliki UKS (unit kesehatan siswa) yang harus berada di bawah pengawasan Satgas COVID-29 setempat.

"Satgas COVID-19 Tingkat satuan pendidikan harus dibentuk yang tentunya memiliki tugas untuk melakukan pengawasan setiap PTM berlangsung. Di beberapa daerah, yang sudah turun level tentunya kita tidak boleh lengah atau abai apalagi euforia. Perilaku hidup sehat harus menjadi norma baru dalam kehidupan kita," kata Sri.

Lebih lanjut Sri menjelaskan, kunci penting dari suksesnya pelaksanaan PTM adalah dengan mengedukasi murid untuk meningkatkan perilaku hidup sehat seperti mencuci tangan, menggunakan masker dan jaga jarak secara disiplin.

"Kami mendorong satuan pendidikan untuk terus menginisiasi dan mengedukasi putra-putri kita untuk meningkatkan perilaku hidup sehat karena satuan pendidikan dapat melaksanakan PTM kuncinya adalah pada melakukan protokol kesehatan yang tertib dan disiplin sehingga harapan kita semua untuk tidak menjadikan satuan pendidikan sebagai klaster tidak terwujud," ujar Sri.

Baca juga: Disiplin protokol kesehatan agar tak tercipta klaster baru di sekolah

Baca juga: Kemendikbud: Orang tua perlu jadi role model anak dalam mainkan gawai

Baca juga: Banyak anak berubah perilaku usai ditinggal orang tua akibat COVID-19