Washington (ANTARA News) - Tokoh oposisi terkemuka Mesir Mohamed ElBaradei, Jumat. memperingatkan bahwa negaranya akan "meledak" dan mendesak militer untuk berpihak kepada rakyat setelah Presiden Hosni Mubarak menolak mundur.
Puluhan ribu rakyat Mesir menggelar unjuk rasa di jantung Kairo Kamis lalu. Mereka berharap mendengar Mubarak mengatakan mundur tetapi malah yang didengar mereka adalah Mubarak melimpahkan kekuasaannya kepada Wakil Presiden Omar Suleiman.
Mereka bersumpah akan melancarkan demonstrasi paling spektakuler di ibukota Mesir, Jumat, meminta kepergian segera Mubarak yang melimpahkan kekuasaannya kepada Suleiman tetapi menghentikan pengunduran diri.
Dengan menyebut pidato Mubarak sebagai "tipuan" berskala besar, ElBaradei berkata kepada CNN bahwa para demonstran "sangat marah" karena mereka sebelumnya berharap Mubarak akan menyerahkan kekuasaan ke pemerintah kesatuan nasional yang akan mengantar Mesir menuju demokrasi.
"Saat ini tak ada rakyat Mesir yang siap menerima baik Mubarak atau wakil presidennya," kata ElBaradei kepada jaringan televisi AS itu. "Dan, ketakutan saya sekarang adalah ini akan memulai kekerasan."
Dia menyeru "militer untuk datang menyelamatkan negara dari kesia-siaan," setelah sebelumnya menulis di situs Twitter bahwa "Mesir akan meledak. Militer harus menyelamatkan negara saat ini."
ElBaradei mengatakan tidak jelas apakah militer akan berpihak kepada rakyat, bahkan meskipun ada keretakan antara Mubarak dan militer.
Rakyat Mesir "selalu berpikir militer sebagai pelindung rakyat di tambatan terakhir. "Bila mereka merasa militer tidak berpihak kepada merekam, maka rakyat akan menjadi gila," katanya kepada CNN seperti dikutip AFP.
Dalam wawancara dengan majalah Foreign Policy sebelum pidato Mubarak, ElBaradei mengatakan proses peralihan yang didukung AS dan dipimpin Suleiman akan gagal membawa negara itu menuju demokrasi kecuali "kami terus menekan mereka."
Dia menambahkan, "Saya pikir seluruh proses adalah proses yang salah. Anda tidak bisa mengharapkan serigala menjaga kandang ayam."
ElBaradei mengingat bahwa Suleiman yang belum lama ini dilantik Mubarak menjadi wakil presiden pertamanya, pernah mengatakan Mesir tidak memiliki budaya demokrasi.
"(Maka itu) Tidak, saya tidak percaya kepada Suleiman," kata ElBaradei.
"Para pemimpin militer yang sudah mempraktikkan pemerintahan diktator selama beberapa dekade tidak memahami, apalagi mau mengubah Mesir ke demokrasi, kecuali kita membiarkan mereka berperan di belakang," kata dia.
ElBaradei mengatakan dia mendesak pemuda Mesir yang dia katakan satu-satunya kalangan yang bisa membawa perubahan karena mereka tidak memiliki agenda tersembunyi, untuk mempertahankan demonstrasi massal sampai tuntutan mereka terpenuhi.
Sarannya kepada anak muda adalah untuk mengambilalih periode peralihan satu tahun.
"Dan, saya menyarankan (dibentuknya) dewan kepresidenan beranggotakan tiga orang, sebuah pemerintahan peralihan demi keselamatan nasional, kesatuan nasional di bawah pemerintahan untuk rakyat yang bereputasi tak tercela dan berpengalaman," katanyaa.
Pemerintahan kesatuan nasional "kemudian bakal mempersiapkan negara untuk sebuah pemilu bebas dan adil, kata El Baradei.
Dia menyerukan penghapusan konstitusi dan menggantikannya dengan konstitusi yang benar-benar demokratis, dengan seorang presiden yang dibatasi oleh prinsip "check and balance".
Dia juga mendesak pembubaran parlemen curang dan menggantikannya dengan parlemen yang memiliki kuasa mengawasi, serta didirikannya sistem yudikatif yang independen.
ElBaradei, pemenang Nobel Perdamaian yang pernah mengepalai Badan Energi Atam Internasional (IAEA), menguraikan peralihan politik serupa dalam wawancara dengan harian Austria Die Presse.
Dia tak pernah mengungkapkan ambisi politiknya kecuali mengatakan dia selalu menggambarkan dirinya sebagai "agen perubahan" ketimbang pemimpin massa akar rumput. "Namun, saya tak pernah mengatakan saya bukan politisi," katanya. (*)
ElBaradei: Mesir Segera "Meledak"
11 Februari 2011 18:41 WIB
Peraih hadiah Nobel Perdamaian, Mohamed El Baredai (istimewa)
Penerjemah:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2011
Tags: