Kairo (ANTARA News) - Mahasiswa Indonesia di Mesir menyampaikan keluhan keselamatan mereka saat pertemuan dengan Ketua Satuan Tugas (Satgas) Evakuasi Warga Negara Indonesia (WNI) di Mesir, Nur Hassan Wirajuda di Kairo, Kamis petang.

"Semua mahasiswa yang belum dievakuasi ini sangat cemas atas keselamatan mereka. Oleh karena itu kami ingin kepastian apakah masih ada pesawat evakuasi setelah kloter keenam ini?," tanya Ketua Persatuan Pelajar dan Mahasiswa Indonesia (PPMI), Falahuddin Nursalim.

Menjawab pertanyaan itu, Nur Hassan mengatakan, Satgas akan mengevaluasi terlebih dahulu setelah kloter enam dan baru akan memutuskan kemudian.

Nur Hassan yang juga mantan menteri luar negeri itu mengatakan evakuasi itu dilakukan dengan skala prioritas, seperti diutamakan untuk lebih didahulukan anak-anak, perempuan dan WNI terlantar, karena mereka sangat rentan.

Mahasiswa yang tersisa di Mesir masih lebih dari seribu orang lagi setelah evakuasi enam kali kloter yang telah mengangkut sekitar 2.600 WNI, sebagian besar mahasiswa.

Ketua Satgas juga menjanjikan akan mengusahakan untuk memberi bantuan dana bagi mahasiswa yang belum dievakuasi.

"Saya belum janji, namun akan mengusahakan bantuan dana untuk mahasiswa yang masih berada di Mesir," kata Hassan dalam pertemuan dengan mahasiswa Indonesia di Kairo, Kamis petang.

Menurut Hassan, dana bantuan itu paling tidak digunakan untuk memenuhi kebutuhan mahasiswa selama tiga bulan ke depan.

Seorang mahasiswa lainnya mempertanyakan lambannya proses evakuasi, "Apakah pemerintah masih menunggu timbul korban, baru mempercepat evakuasi?"

Mantan menteri luar negeri itu menjawab, "Saya tidak ingin mendengar keluahan seperti itu lagi. Yakinlah bahwa pemerintah Indonesia tidak akan melupakan Anda semua, bila keadaan memburuk, tentu saja Satgas akan memaksa evakuasi semua mahasiswa," katanya.

Keluhan mahasiswa lainnya adalah kualitas bahan makanan bantuan Indonesia yang membuat mereka sakit perut.

Sambil ketawa mendengar keluhan sakit perut itu, Nur Hassan menjelaskan, bantuan yang ia bawa berbobot delapan ton tersebut, paling tidak untuk memenuhi kebutuhan sementara.

Seorang mahasiswa memperingatkan Satgas tentang banyaknya mahasiswa di antara 2.000-an mahasiswa yang telah dievakuasi itu tidak memiliki dokumen lengkap terutama visa dan status kuliah, sehingga mereka akan kesulitan kembali ke Mesir setelah krisis.

Nur Hassan yang juga mantan duta besar RI untuk Mesir itu menjanjikan akan membantu mahasiswa yang kesulitan mendapatkan visa.

Ia juga menyinggung pertemuannya di Kairo dengan Syeikh Agung Al-Azhar, Prof. Dr. Ahmed Al- Tayeb untuk membicarakan status mahasiswa di Al Azhar.

Selain bertemu dengan Syeikh Agung Al-Azhar, Nur Hassan dalam kapasitas sebagai Ketua Satgas dan Utusan Khusus Presiden Susilo Bambang Yudhoyono bertemu pula dengan Menlu Mesir, Ahmed Aboul Gheit.

Kepada ANTARA di Kairo, Nur Hassan menjelaskan, pertemuannya dengan Menlu Mesir itu untuk menyampaikan surat tertulis dari Presiden SBY.

"Intinya, surat itu berisi tukar pikiran mengenai pengalaman Indonesia dalam mengelola krisis serupa seperti terjadi pada 1998," ujarnya.

Sementara itu, situasi keamanan di Mesir semakin tidak menentu setelah Presiden Mesir Hosni Mubarak dalam pidatonya pada Kamis malam menolak mengundurkan diri.

Aksi demo besar-besaran akan terjadi seusai shalat Jumat (11/2) dan direncanakan pengunjuk rasa akan mengepung Istana Presiden. Sejak Selasa (8/2), pemrotes telah mengepung gedung DPR dan kantor perdana menteri.
(*)