Kepala Bappenas: Ekonomi hijau kunci lepas dari "middle income trap"
13 Oktober 2021 12:03 WIB
Tangkapan layar Menteri PPN/Kepala Bappenas Suharso Monoarfa saat menyampaikan keynote speech pada acara A Green Economy for a Net Zero Future secara daring, Rabu (13/10/2021). ANTARA/YouTube Low Carbon Development Indonesia.
Jakarta (ANTARA) - Menteri PPN/Kepala Bappenas Suharso Monoarfa mengatakan bahwa ekonomi hijau atau green economy merupakan salah satu game changer dalam transformasi pertumbuhan ekonomi yang diperlukan untuk keluar dari jebakan negara berpenghasilan menengah atau middle income trap.
“Pertumbuhan ekonomi yang tinggi tentu diperlukan oleh Indonesia untuk mencapai target Visi 2045 sekaligus keluar dari jebakan negara berpenghasilan menengah atau middle income trap,” kata Menteri PPN/Kepala Bappenas Suharso Monoarfa saat menyampaikan pembicara kunci pada acara A Green Economy for a Net Zero Future secara daring, di Jakarta, Rabu.
Kepala Bappenas mengatakan pandemi COVID-19 dan ancaman nyata perubahan iklim menjadi Indonesia tidak lagi sama dengan kondisi sebelumnya. Dari sisi ekonomi, diperlukan strategi besar untuk mengembalikan pertumbuhan ekonomi Indonesia ke trajectory sebelum terjadinya pandemi COVID-19. Sementara dari aspek sustainaiblity pembangunan secara bisnis visual juga dinilai tidak mampu lagi menjawab tantangan yang ada.
“Berbagai tantangan tersebut menunjukkan urgensi bagi Indonesia untuk membangun kembali dengan lebih baik atau build back better pasca-pandemi ini,” ujar Kepala Bappenas Suharso.
Oleh karena itu, lanjutnya, pembangunan rendah karbon menjadi salah satu prioritas nasional dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) 2020-2024 dan berperan penting sebagai tulang punggung menuju ekonomi hijau untuk pembangunan berkelanjutan.
Baca juga: Pemerintah prioritaskan aspek keberlanjutan dalam pemulihan ekonomi
“Berbagai temuan studi di tingkat global menunjukkan bahwa dukungan investasi terhadap pembangunan rendah karbon pascapandemi memiliki dua manfaat,” ungkapnya.
Manfaat pertama, lanjutnya, dalam jangka pendek mendorong peningkatan lapangan pekerjaan hijau atau green jobs dan yang kedua dalam jangka panjang dapat mempertahankan pertumbuhan ekonomi yang lebih stabil dan berkelanjutan.
Lebih lanjut ia menyampaikan bahwa laporan Low Carbon Development Inisiatif yang diluncurkan hari ini menyajikan analisis ilmiah dari berbagai skenario menuju ekonomi hijau melalui pembangunan rendah karbon, termasuk upaya net zero emission Indonesia pada tahun 2060.
Ia berharap laporan tersebut dapat menjadi referensi bagi para pembuat kebijakan dan mendorong perumusan kebijakan di semua tingkatan demi terwujudnya ekonomi hijau yang kuat tangguh dan berkelanjutan di masa depan. Selain juga meminta kerja cerdas dan kolaborasi antar pemangku kepentingan guna memastikan proses transisi yang adil menuju net zero emission dan ekonomi hijau di masa mendatang.
“Target Indonesia untuk mencapai net zero emission pada tahun 2060 merupakan capaian signifikan dalam upaya penanggulangan perubahan iklim, tetapi lebih jauh dari itu penting memastikan Indonesia tidak terlambat untuk memulai transisi menuju ekonomi hijau,” ungkap Kepala Bappenas Suharso.
Baca juga: Wapres minta lembaga keuangan syariah siapkan SDM berkelanjutan
Baca juga: Wapres: Bank syariah wajib menyesuaikan dengan keuangan berkelanjutan
“Pertumbuhan ekonomi yang tinggi tentu diperlukan oleh Indonesia untuk mencapai target Visi 2045 sekaligus keluar dari jebakan negara berpenghasilan menengah atau middle income trap,” kata Menteri PPN/Kepala Bappenas Suharso Monoarfa saat menyampaikan pembicara kunci pada acara A Green Economy for a Net Zero Future secara daring, di Jakarta, Rabu.
Kepala Bappenas mengatakan pandemi COVID-19 dan ancaman nyata perubahan iklim menjadi Indonesia tidak lagi sama dengan kondisi sebelumnya. Dari sisi ekonomi, diperlukan strategi besar untuk mengembalikan pertumbuhan ekonomi Indonesia ke trajectory sebelum terjadinya pandemi COVID-19. Sementara dari aspek sustainaiblity pembangunan secara bisnis visual juga dinilai tidak mampu lagi menjawab tantangan yang ada.
“Berbagai tantangan tersebut menunjukkan urgensi bagi Indonesia untuk membangun kembali dengan lebih baik atau build back better pasca-pandemi ini,” ujar Kepala Bappenas Suharso.
Oleh karena itu, lanjutnya, pembangunan rendah karbon menjadi salah satu prioritas nasional dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) 2020-2024 dan berperan penting sebagai tulang punggung menuju ekonomi hijau untuk pembangunan berkelanjutan.
Baca juga: Pemerintah prioritaskan aspek keberlanjutan dalam pemulihan ekonomi
“Berbagai temuan studi di tingkat global menunjukkan bahwa dukungan investasi terhadap pembangunan rendah karbon pascapandemi memiliki dua manfaat,” ungkapnya.
Manfaat pertama, lanjutnya, dalam jangka pendek mendorong peningkatan lapangan pekerjaan hijau atau green jobs dan yang kedua dalam jangka panjang dapat mempertahankan pertumbuhan ekonomi yang lebih stabil dan berkelanjutan.
Lebih lanjut ia menyampaikan bahwa laporan Low Carbon Development Inisiatif yang diluncurkan hari ini menyajikan analisis ilmiah dari berbagai skenario menuju ekonomi hijau melalui pembangunan rendah karbon, termasuk upaya net zero emission Indonesia pada tahun 2060.
Ia berharap laporan tersebut dapat menjadi referensi bagi para pembuat kebijakan dan mendorong perumusan kebijakan di semua tingkatan demi terwujudnya ekonomi hijau yang kuat tangguh dan berkelanjutan di masa depan. Selain juga meminta kerja cerdas dan kolaborasi antar pemangku kepentingan guna memastikan proses transisi yang adil menuju net zero emission dan ekonomi hijau di masa mendatang.
“Target Indonesia untuk mencapai net zero emission pada tahun 2060 merupakan capaian signifikan dalam upaya penanggulangan perubahan iklim, tetapi lebih jauh dari itu penting memastikan Indonesia tidak terlambat untuk memulai transisi menuju ekonomi hijau,” ungkap Kepala Bappenas Suharso.
Baca juga: Wapres minta lembaga keuangan syariah siapkan SDM berkelanjutan
Baca juga: Wapres: Bank syariah wajib menyesuaikan dengan keuangan berkelanjutan
Pewarta: Kuntum Khaira Riswan
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2021
Tags: