Pemprov DKI tambah alat ukur curah hujan di 267 kelurahan
13 Oktober 2021 10:22 WIB
Seorang petugas Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mencatat angka yang ditunjukkan alat penakar hujan type Hillman di stasiun Klimatologi BMKG Karangploso, Malang, Jawa Timur, Kamis ( 15/10/2020). ANTARA FOTO/Ari Bowo Sucipto/nz
Jakarta (ANTARA) - Pemprov DKI Jakarta menambah alat ukur curah hujan dari semula hanya tersedia di 10 kelurahan menjadi 267 kelurahan di Ibu Kota untuk mengantisipasi datangnya musim hujan.
"Di setiap kelurahan ada alat ukur curah hujan sehingga kami bisa tahu persis kondisi hujan seperti apa, ini dalam rangka antisipasi karena pola hujan tidak lagi sama," kata Anies Baswedan saat memimpin apel kesiapsiagaan menghadapi musim hujan di Monas, Jakarta, Rabu.
Baca juga: Anies ajak warga antisipasi tiga ancaman saat puncak musim hujan
Menurut dia, perubahan iklim membuat pola hujan saat ini tidak bisa diprediksi, bahkan turun dalam waktu singkat namun menghasilkan volume curah hujan yang tinggi dan mendorong terjadinya banjir.
Untuk itu, alat ukur curah hujan tersebut diharapkan menjadi acuan untuk antisipasi banjir saat hujan ekstrem.
Anies menambahkan kapasitas daya tampung air hujan di drainase yang ada di jalan perkampungan di Jakarta mencapai maksimal 50 milimeter per hari dan maksimal 100 milimeter per hari di jalan utama.
Baca juga: Wagub: gerebek lumpur beri efek positif pada Jakarta
"Kapasitasnya 100 milimeter per hari. Kalau hujan merata sepanjang 24 jam maka sistem kami masih sanggup menampung," ucapnya.
Pengalaman pada Januari 2019, curah hujan saat itu mencapai 377 milimeter per hari atau 3,7 kali lipat lebih tinggi dari kapasitas drainase sehingga menimbulkan banjir.
Begitu juga pada Februari 2021, juga terjadi hujan ekstrem dengan curah hujan mencapai 250 milimeter per hari.
DKI Jakarta, lanjut dia, harus menghadapi tiga potensi saat musim puncak hujan yakni di wilayah pesisir dengan ancaman rob dan pada saat bersamaan terjadi hujan lebat.
Baca juga: Petugas PPSU Jaksel disiagakan 24 jam jaga kebersihan lingkungan
Kemudian, limpahan air akibat tingginya curah hujan yang dibawa dari aliran 13 sungai melalui Ibu Kota dan hujan lebat di dalam kota.
Di pesisir utara Jakarta, lanjut dia, disiagakan tambahan pompa yang dapat digunakan apabila terjadi rob.
Selain itu, Pemprov DKI juga menggencarkan kegiatan mengatasi dampak musim hujan di antaranya gerebek lumpur di kali dan waduk sejak 24 Maret 2021 untuk wilayah Jakarta Timur, dan dilanjutkan di empat wilayah kota lainnya secara bertahap mulai September 2021 hingga Desember 2021.
Gerebek lumpur diadakan untuk mengangkat lumpur dan sampah di dalam sungai sehingga menambah kapasitas aliran air hujan.
"Di setiap kelurahan ada alat ukur curah hujan sehingga kami bisa tahu persis kondisi hujan seperti apa, ini dalam rangka antisipasi karena pola hujan tidak lagi sama," kata Anies Baswedan saat memimpin apel kesiapsiagaan menghadapi musim hujan di Monas, Jakarta, Rabu.
Baca juga: Anies ajak warga antisipasi tiga ancaman saat puncak musim hujan
Menurut dia, perubahan iklim membuat pola hujan saat ini tidak bisa diprediksi, bahkan turun dalam waktu singkat namun menghasilkan volume curah hujan yang tinggi dan mendorong terjadinya banjir.
Untuk itu, alat ukur curah hujan tersebut diharapkan menjadi acuan untuk antisipasi banjir saat hujan ekstrem.
Anies menambahkan kapasitas daya tampung air hujan di drainase yang ada di jalan perkampungan di Jakarta mencapai maksimal 50 milimeter per hari dan maksimal 100 milimeter per hari di jalan utama.
Baca juga: Wagub: gerebek lumpur beri efek positif pada Jakarta
"Kapasitasnya 100 milimeter per hari. Kalau hujan merata sepanjang 24 jam maka sistem kami masih sanggup menampung," ucapnya.
Pengalaman pada Januari 2019, curah hujan saat itu mencapai 377 milimeter per hari atau 3,7 kali lipat lebih tinggi dari kapasitas drainase sehingga menimbulkan banjir.
Begitu juga pada Februari 2021, juga terjadi hujan ekstrem dengan curah hujan mencapai 250 milimeter per hari.
DKI Jakarta, lanjut dia, harus menghadapi tiga potensi saat musim puncak hujan yakni di wilayah pesisir dengan ancaman rob dan pada saat bersamaan terjadi hujan lebat.
Baca juga: Petugas PPSU Jaksel disiagakan 24 jam jaga kebersihan lingkungan
Kemudian, limpahan air akibat tingginya curah hujan yang dibawa dari aliran 13 sungai melalui Ibu Kota dan hujan lebat di dalam kota.
Di pesisir utara Jakarta, lanjut dia, disiagakan tambahan pompa yang dapat digunakan apabila terjadi rob.
Selain itu, Pemprov DKI juga menggencarkan kegiatan mengatasi dampak musim hujan di antaranya gerebek lumpur di kali dan waduk sejak 24 Maret 2021 untuk wilayah Jakarta Timur, dan dilanjutkan di empat wilayah kota lainnya secara bertahap mulai September 2021 hingga Desember 2021.
Gerebek lumpur diadakan untuk mengangkat lumpur dan sampah di dalam sungai sehingga menambah kapasitas aliran air hujan.
Pewarta: Dewa Ketut Sudiarta Wiguna
Editor: Ganet Dirgantara
Copyright © ANTARA 2021
Tags: