Jakarta (ANTARA) - Pemerintah Indonesia mendorong penyelesaian berbagai isu yang masih menghalangi implementasi penuh dan efektif dari Kesepakatan Paris, menjelang penyelenggaraan Konferensi Perubahan Iklim (COP 26) Perserikatan Bangsa-Bangsa, kata Wakil Menteri Luar Negeri Mahendra Siregar di Jakarta, Senin.

“Penyelenggaraan COP 26 bulan depan akan menjadi titik tonggak pencapaian yang penting bagi dunia untuk mencapai kesepakatan dalam sejumlah permasalahan kunci, termasuk artikel 6 terkait kerja sama pasar dan non-pasar, pendanaan jangka panjang, dan lainnya,” kata Mahendra saat berbicara di Ambassadors Roundtable: Raising Ambitions for a Climate-Secure Future yang digelar oleh Komunitas Kebijakan Luar Negeri Indonesia (FPCI).

Dia mengatakan bahwa isu-isu tersebut perlu diselesaikan tahun ini untuk memastikan adanya implementasi Kesepakatan Paris secara penuh dan efektif.

“Memang tantangan terbesar dalam Kesepakatan Paris adalah pemenuhan sarana implementasi, khususnya pembiayaan iklim dan kerja sama teknis. Tanpa kejelasan dan kemajuan dalam sarana implementasi, kita menghadapi risiko hilangnya kepercayaan dalam proses multilateral,” ujar Wamenlu.

Padahal, menurut dia, proses multilateral merupakan satu-satunya kerangka kerja nyata yang dapat digunakan untuk menangani perubahan iklim dan isu-isu global lainnya yang membutuhkan aksi terkoordinasi.

Baca juga: Wamenlu: Indonesia terdepan dalam kehutanan berkelanjutan

Dia pun berharap agar gelaran Ambassadors Roundtable yang digelar oleh FPCI, yang melibatkan sejumlah duta besar negara-negara asing di Jakarta, dapat difokuskan kembali pada kepentingan bersama terkait perubahan iklim.

Dalam kesempatan itu, Wamenlu juga memaparkan upaya Indonesia bertransisi, dalam lingkup ekonomi, ke energi terbarukan dan untuk memitigasi berbagai krisis energi yang terjadi di berbagai penjuru dunia.

Di hadapan para perwakilan negara asing dia juga menjelaskan bahwa Indonesia telah berada di jalur menuju pencapaian target untuk mengurangi emisi karbon sebanyak 29 persen pada tahun 2030. Bahkan, menurut dia, angka yang dapat dicapai mungkin dapat melebihi target.

Capaian itu dapat mencapai 41 persen dengan dukungan internasional, kata dia.

“(Angka) 41 persen pengurangan karbon ini sama dengan mengurangi satu giga ton karbon dioksida dari atmosfer, artinya lima kali lebih besar dari target pengurangan emisi gas rumah kaca sebesar 200 juta ton, atau 50 persen, pada 2030,” kata Wamenlu.

Baca juga: ASAP Polri diusulkan tampil di Konferensi Iklim COP 26 Glasglow
Baca juga: Indonesia tegaskan komitmen untuk mengatasi isu perubahan iklim