Jakarta (ANTARA) - Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta KH Nasaruddin Umar menilai pemerintah dan masyarakat Indonesia memiliki kesadaran tinggi akan kebutuhan produk halal.

Nasaruddin mengatakan pemerintah benar-benar memberikan fasilitas pada umat Islam terbesar di Indonesia, bahkan dunia, hak untuk hidup layaknya seorang Muslim.

Baca juga: BI: Indonesia merupakan pasar terbesar makanan halal di dunia

“Saya salut pada pemerintah dan masyarakat, ada kesadaran untuk mengkonsumsi produk halal,” ujarnya dalam diskusi daring yang diikuti dari Jakarta, Senin.

Nasaruddin mengatakan seiring banyaknya pengguna produk dengan jaminan halal, hal ini berpengaruh pada negara non-Muslim seperti Jepang yang berambisi menjadi negara ramah produk halal maupun Thailand yang proaktif menjangkau konsumen produk halal.

Menurut dia, definisi produk halal tidak hanya barang yang dikonsumsi, melainkan barang gunaan. Saat menjadi Dirjen Binmas Islam Kementerian Agama, Nasaruddin menggodok UU No 33 Tahun 2014 tentang jaminan produk halal bersama DPR, yang melebarkan definisi produk jaminan halal untuk barang gunaan.

Barang gunaan yang dimaksud misalnya sepatu, tas, kosmetik yang semaksimal mungkin terbuat dari bahan baku yang halal, sehingga dapat diterima untuk digunakan saat beribadah.

“Sangat penting untuk mengerti info produk halal, jangan hanya halal itu produk yang dimakan. Mengonsumsi makanan bukan hanya fisik, namun rohani, ilmu pengetahuan yang mengenyangkan kalbu dan akal kita,” ujar dia.

Baca juga: Kemenperin dukung IKM produk halal ekspor ke Jepang

Baca juga: Kemendag: Produk mamin RI jadi pusat perhatian di Halal Expo Nigeria


Sementara untuk aspek halal pada obat-obatan, Nasaruddin mengatakan obat dan suplemen memiliki hukum yang berbeda. Obat-obatan yang sangat diperlukan, apabila menyangkut nyawa seseorang dapat dikenakan hukum darurat penggunaannya.

Selain itu, peningkatan keinginan masyarakat akan produk jaminan halal menimbulkan kedisiplinan masyarakat sejak usia anak-anak untuk mengecek produk yang mereka konsumsi atau kenakan. Bahkan, melalui lembaga-lembaga pendidikan Kementerian Agama, produk jaminan halal telah masuk dalam kurikulum pendidikan.

“Literasi halal sangat disiplin, dan pemerintah pun melayani umatnya. Pabrik-pabrik di kota juga punya kedisiplinan, kalau tidak pakai produk halal, ya tidak banyak permintaannya dibanding produk halal,” ujar dia.