PON Papua
Sandy Firmansyah titisan Umar Syarief yang lahir di PON Papua
11 Oktober 2021 17:50 WIB
Ketua Umum PB FORKI sekaligus Panglima TNI Marsekal TNI Hadi Tjahjanto S.I.P. (tengah) berfoto bersama dua prajurit TNI yang meraih medali untuk kontingen karate Indonesia dalam SEA Games 2019, Serda Sandy Firmansyah (kanan) dan Sertu Rifki Ardiansyah Arrosyid dalam penyambutan di Mabes TNI, Cilangkap, Rabu (11/12/2019). (ANTARA/HO/PB Forki)
Jayapura (ANTARA) - Nama Umar Syarief bisa dikatakan sebagai legenda karate Indonesia di nomor kumite +84kg, namun saat ini ia sudah pensiun dan di Pekan Olahraga Nasional (PON) Papua lahirlah seorang titisannya, yakni Sandy Firmansyah.
Atlet kontingen Jawa Barat ini merebut medali emas setelah mengalahkan wakil DKI Jakarta Rafi Diaz Nugraha dengan kemenangan telak 8-0 di GOR Politeknik Penerbangan Kayu Batu, Jayapura, Senin. Sementara medali perunggu direbut Daniel dari Sumatara Utara dan Faizal Wahyu dari Jawa Tengah.
"Umar Syarief adalah legenda. Selama ini dia memberikan dukungan kepada saya. Terus terang, saya senang dengan pencapaian ini," kata Sandy Firmansyah usai pengalungan medali.
Menurut dia, berlaga di kelas +84kg membutuhkan perjuangan yang cukup keras, terlebih sebelumnya ia fokus di kelas 75kg. Di kelas lamanya itu, Sandy mendapat medali emas pada PON 2016 Jawa Barat.
Baca juga: Umar Syarief pensiun, karate bakal miliki raja baru kumite +84 kg
Menjadi jawara baru di kelas kumite +84kg, Sandy mengaku akan memaksimalkannya. Apalagi kini ia membidik masuk pelatnas demi menjalani laga internasional yang berujung ke Olimpiade.
"Saya akan terus memaksimalkan setiap peluang. Apalagi, saya mendapatkan dukungan dari bang Umar Syarief. Semoga hasil hari ini bisa menjadi modal untuk nomor kumite beregu," ujar Sandy.
Di PON Papua, Sandy mengawali pertandingannya dengan manis. Pada laga pertama, ia menang atas wakil Riau Vega Muhammad, dan di pertandingan selanjutnya (semifinal) ia memetik kemenangan atas wakil Sumatera Utara, yang kemudian membawanya ke final menghadapi Rafi Diaz.
Cabang olahraga karate di PON Papua akan mempertandingkan 15 nomor, dan jumlah ini lebih sedikit dibandingkan dengan PON 2016 Jawa Barat yang mempertandingkan 17 nomor.
Baca juga: M. Ivan Fairuz lanjutkan tren Jabar raih emas kata perseorangan putra
Baca juga: Menpora berharap karate gelar kompetisi dan pembinaan berkelanjutan
Atlet kontingen Jawa Barat ini merebut medali emas setelah mengalahkan wakil DKI Jakarta Rafi Diaz Nugraha dengan kemenangan telak 8-0 di GOR Politeknik Penerbangan Kayu Batu, Jayapura, Senin. Sementara medali perunggu direbut Daniel dari Sumatara Utara dan Faizal Wahyu dari Jawa Tengah.
"Umar Syarief adalah legenda. Selama ini dia memberikan dukungan kepada saya. Terus terang, saya senang dengan pencapaian ini," kata Sandy Firmansyah usai pengalungan medali.
Menurut dia, berlaga di kelas +84kg membutuhkan perjuangan yang cukup keras, terlebih sebelumnya ia fokus di kelas 75kg. Di kelas lamanya itu, Sandy mendapat medali emas pada PON 2016 Jawa Barat.
Baca juga: Umar Syarief pensiun, karate bakal miliki raja baru kumite +84 kg
Menjadi jawara baru di kelas kumite +84kg, Sandy mengaku akan memaksimalkannya. Apalagi kini ia membidik masuk pelatnas demi menjalani laga internasional yang berujung ke Olimpiade.
"Saya akan terus memaksimalkan setiap peluang. Apalagi, saya mendapatkan dukungan dari bang Umar Syarief. Semoga hasil hari ini bisa menjadi modal untuk nomor kumite beregu," ujar Sandy.
Di PON Papua, Sandy mengawali pertandingannya dengan manis. Pada laga pertama, ia menang atas wakil Riau Vega Muhammad, dan di pertandingan selanjutnya (semifinal) ia memetik kemenangan atas wakil Sumatera Utara, yang kemudian membawanya ke final menghadapi Rafi Diaz.
Cabang olahraga karate di PON Papua akan mempertandingkan 15 nomor, dan jumlah ini lebih sedikit dibandingkan dengan PON 2016 Jawa Barat yang mempertandingkan 17 nomor.
Baca juga: M. Ivan Fairuz lanjutkan tren Jabar raih emas kata perseorangan putra
Baca juga: Menpora berharap karate gelar kompetisi dan pembinaan berkelanjutan
Pewarta: Bayu Kuncahyo
Editor: Rr. Cornea Khairany
Copyright © ANTARA 2021
Tags: