Tiga tantangan UMKM Jawa Barat hadapi pandemi
11 Oktober 2021 17:24 WIB
Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Provinsi Jawa Barat Atalia Praratya dalam peluncuran "Festival Fashion Lokal Jawa Barat" pada Senin (11/10/2021) (ANTARA/Maria Cicilia Galuh)
Jakarta (ANTARA) - Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Provinsi Jawa Barat Atalia Praratya menyebutkan ada tiga tantangan yang dihadapi oleh pelaku UMKM untuk dapat bertahan di masa pandemi COVID-19 dan juga dalam usaha meningkatkan penjualan.
Menurut data Kementerian Koperasi dan UKM di Dinas Provinsi Jawa Barat, terdapat sekitar 58.263 UKM yang terdampak pandemi. Sedangkan data Asosiasi UMKM Indonesia per 9 Agustus 2021 menyebutkan bahwa UMKM rata-rata mengalami kerugian sebesar 80 persen.
Atalia mengatakan kondisi ini harus dihadapi bersama-sama dengan adanya kolaborasi dengan berbagai pihak. Salah satu caranya adalah dengan memberikan edukasi dan pelatihan agar para UMKM dapat melek teknologi, sebab masih banyak pelaku usaha yang masih mengandalkan penjualan tradisional sehingga membuat mereka sulit bertahan di masa pandemi.
"Tantangannya masih belum terbiasa dengan teknologi khususnya masyarakat Jawa Barat dan pada umumnya di Indonesia ya. Jadi untuk berubah dari toko fisik ke toko digital itu sulit sekali termasuk manajemen yang masih sangat tradisional," ujar Atalia dalam peluncuran "Festival Fashion Lokal Jawa Barat" pada Senin.
Baca juga: Dekranasda Jateng buka ruang pamer kriya di Bandara Yogyakarta
Atalia mengatakan pihaknya secara perlahan-lahan mencoba memberitahukan kepada masyarakat khususnya pelaku UMKM untuk beralih ke digital. Berdasarkan data, terdapat 64,19 juta pelaku UMKM di seluruh Indonesia, namun yang sudah onboarding digital baru 13 persen saja sehingga diperlukan usaha yang lebih besar untuk meningkatkannya.
Tantangan kedua yang dihadapi oleh Dekranasda Jawa Barat adalah belum meratanya infrastruktur internet sehingga cukup menyulitkan pelaku UMKM yang berada di pedesaan dan ingin bergerak ke arah digital.
"Yang ketiga adalah anggapan terkait dengan transaksi yang repot dan menyulitkan, kan masyarakat belum terbiasa terkait dengan finansial teknologi ya jadi bagaimana sih saat ini cara bayarnya," kata Atalia.
"Jadi kalau mereka biasa beli itu dengan uang cash dengan uang tunai bingung ketika bayar digital, kemudian mereka harus jualan jarak jauh agak repot nunggu transfernya dan sebagainya," lanjutnya.
Sementara itu, Atalia menyebutkan bahwa salah satu kunci dari pemulihan ekonomi adalah mendorong para pelaku UMKM untuk jeli melihat peluang usaha dan paham apa yang sebenarnya dibutuhkan oleh masyarakat. Selain itu, kualitas sumber daya manusianya pun harus dilatih untuk menghasilkan produk yang berkualitas dan yang tak kalah penting adalah strategi pemasaran.
"Kita harus mampu untuk menetapkan strategi pemasaran yang tepat baik online maupun offline. Jadi kalau dari hulu itu, peningkatan skill, pengetahuan, para pelaku ini harus diberikan pendidikan pelatihan bagaimana cara menggunakan platform digital, bagaimana mereka tahu tren penjualan saat ini dan bagaimana meningkatkan produk," ujar Atalia.
"Di hilirnya, nanti akan bekerja samakah dengan platform-platform untuk mengenalkan produk-produk mereka," imbuh Atalia.
Baca juga: Dekranasda: LSF embrio wujudkan NTB jadi pusat busana muslim nasional
Baca juga: Pengrajin batik Kediri manfaatkan medsos perluas pasar hasil produksi
Baca juga: Dekranasda Jateng minta pengrajin wastra adaptif dengan tren fesyen
Menurut data Kementerian Koperasi dan UKM di Dinas Provinsi Jawa Barat, terdapat sekitar 58.263 UKM yang terdampak pandemi. Sedangkan data Asosiasi UMKM Indonesia per 9 Agustus 2021 menyebutkan bahwa UMKM rata-rata mengalami kerugian sebesar 80 persen.
Atalia mengatakan kondisi ini harus dihadapi bersama-sama dengan adanya kolaborasi dengan berbagai pihak. Salah satu caranya adalah dengan memberikan edukasi dan pelatihan agar para UMKM dapat melek teknologi, sebab masih banyak pelaku usaha yang masih mengandalkan penjualan tradisional sehingga membuat mereka sulit bertahan di masa pandemi.
"Tantangannya masih belum terbiasa dengan teknologi khususnya masyarakat Jawa Barat dan pada umumnya di Indonesia ya. Jadi untuk berubah dari toko fisik ke toko digital itu sulit sekali termasuk manajemen yang masih sangat tradisional," ujar Atalia dalam peluncuran "Festival Fashion Lokal Jawa Barat" pada Senin.
Baca juga: Dekranasda Jateng buka ruang pamer kriya di Bandara Yogyakarta
Atalia mengatakan pihaknya secara perlahan-lahan mencoba memberitahukan kepada masyarakat khususnya pelaku UMKM untuk beralih ke digital. Berdasarkan data, terdapat 64,19 juta pelaku UMKM di seluruh Indonesia, namun yang sudah onboarding digital baru 13 persen saja sehingga diperlukan usaha yang lebih besar untuk meningkatkannya.
Tantangan kedua yang dihadapi oleh Dekranasda Jawa Barat adalah belum meratanya infrastruktur internet sehingga cukup menyulitkan pelaku UMKM yang berada di pedesaan dan ingin bergerak ke arah digital.
"Yang ketiga adalah anggapan terkait dengan transaksi yang repot dan menyulitkan, kan masyarakat belum terbiasa terkait dengan finansial teknologi ya jadi bagaimana sih saat ini cara bayarnya," kata Atalia.
"Jadi kalau mereka biasa beli itu dengan uang cash dengan uang tunai bingung ketika bayar digital, kemudian mereka harus jualan jarak jauh agak repot nunggu transfernya dan sebagainya," lanjutnya.
Sementara itu, Atalia menyebutkan bahwa salah satu kunci dari pemulihan ekonomi adalah mendorong para pelaku UMKM untuk jeli melihat peluang usaha dan paham apa yang sebenarnya dibutuhkan oleh masyarakat. Selain itu, kualitas sumber daya manusianya pun harus dilatih untuk menghasilkan produk yang berkualitas dan yang tak kalah penting adalah strategi pemasaran.
"Kita harus mampu untuk menetapkan strategi pemasaran yang tepat baik online maupun offline. Jadi kalau dari hulu itu, peningkatan skill, pengetahuan, para pelaku ini harus diberikan pendidikan pelatihan bagaimana cara menggunakan platform digital, bagaimana mereka tahu tren penjualan saat ini dan bagaimana meningkatkan produk," ujar Atalia.
"Di hilirnya, nanti akan bekerja samakah dengan platform-platform untuk mengenalkan produk-produk mereka," imbuh Atalia.
Baca juga: Dekranasda: LSF embrio wujudkan NTB jadi pusat busana muslim nasional
Baca juga: Pengrajin batik Kediri manfaatkan medsos perluas pasar hasil produksi
Baca juga: Dekranasda Jateng minta pengrajin wastra adaptif dengan tren fesyen
Pewarta: Maria Cicilia
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2021
Tags: