Jakarta (ANTARA News) - Sekretaris Jenderal International Conference of Islamic Scholars (ICIS) KH Hasyim Muzadi menyatakan, rakyat Mesir saat ini membutuhkan pemimpin yang independen, bukan pemimpin "titipan" untuk kepentingan negara lain.

"Mesir itu memiliki sejarah yang gemilang. Tetapi selalu saja terganggu kooptasi internasional," kata Hasyim dalam diskusi bertajuk "Gejolak Mesir dan Pengaruhnya terhadap Dunia Islam" di Jakarta, Senin.

Dikatakannya, pemerintahan Mesir di bawah Presiden Hosni Mubarak yang saat ini kehilangan kepercayaan dari rakyatnya dikenal sangat mewakili kepentingan Israel. Paling tidak Mesir telah membiarkan kepentingan Israel terkait dengan pergolakan di Timur Tengah.

Menurutnya, Mubarak yang bersikeras menunggu pelaksanaan pemilihan umum Mesir pada September mendatang patut diduga sedang mencari pengganti yang pro terhadap dirinya sekaligus bisa melanjutkan kepentingannya.

"Kembalikan Mesir untuk orang Mesir sendiri, bukan untuk kepentingan negara lain," kata mantan Ketua Umum PBNU tersebut.

Jika tidak, lanjutnya, gejolak sosial di dalam negeri Mesir tidak akan pernah selesai, seperti yang terjadi di Irak.

Sementara itu, cendekiawan Muslim, Azyumardi Azra, mengatakan, gejolak yang terjadi di Mesir dan sejumlah negara di Timur Tengah, seperti Tunisia dan Yaman, bukan karena ada skenario besar pihak luar.

"Saya kira tidak ada skenario besar pihak luar di Mesir. Itu karena kekecewaan masyarakat Mesir terhadap Mubarak," katanya.

Hanya saja, kata mantan Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta itu, setelah posisi Moh Hosni Mubarak terdesak, pihak luar yang berkepentingan mulai memikirkan siapa pengganti Mubarak yang mereka anggap tepat.

"Namun Mubarak tidak mau turun dengan cara memalukan. Saya kira akan terjadi kompromi-kompromi dengan pihak oposisi," katanya.

(S024/S019/S026)