Jakarta (ANTARA) - Pembina Yayasan Kita Jaga yang juga Mantan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letjen TNI (Purn) Doni Monardo mengatakan menjaga sumber mata air bisa untuk mengatasi stunting atau kekerdilan di Indonesia.
"Sejumlah hal yang ada di depan mata kita belum optimal, pertama masalah sumber air. Mari menjaga sumber air, kita akan membantu mengentaskan masalah stunting," kata Doni Monardo dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Minggu.
Dalam acara Action Againts Stunting Hub (AASH) yang digelar secara virtual, Doni mengatakan kerja bersama perlu dilakukan, termasuk menjaga sumber mata air dan menggerakkan konsumsi pangan lokal dan protein hewani guna menggenjot penumpasan gizi buruk dan stunting untuk mencapai Indonesia emas 2045.
Baca juga: Anak muda dan gerakan cegah stunting Indonesia
Dia mengatakan bahwa untuk membentuk Indonesia emas, bidang kesehatan harus memastikan kualitas lingkungan baik. Hal ini butuh kerja sama semua elemen masyarakat.
Menurut dia, hal lain yang harus digerakkan konsumsi pangan lokal dan protein hewani. Protein hewani juga menjadi salah satu faktor penting dalam membentuk tubuh yang baik dan otak yang cerdas.
"Di negara kita potensi ikan 12,5 juta ton per tahun. Namun, dilihat dari konsumsi ikan di negara kita jauh lebih rendah dibanding dengan negara-negara di Asia Tenggara lainnya," ujar dia.
Pada kesempatan yang sama, Direktur SEAMEO RECFON, Muchtaruddin Mansyur mengatakan Action Against Stunting Day terus digencarkan untuk mencapai visi Indonesia 2024 dan target SGDs untuk menghapus semua masalah gizi buruk, khususnya stunting.
“Aksi untuk mencapai penurunan stunting secara global, mempromosikan dialog dan advokasi mengenai SDGs, mengidentifikasi prioritas dan visi bersama untuk penurunan stunting, serta menumbuhkan rasa kebersamaan dengan menyatukan berbagai aktor dan generasi," katanya.
Muchtaruddin mengatakan untuk mencapai target penumpasan stunting, seluruh elemen, baik pemerintah maupun non- pemerintah harus saling berkolaborasi.
"Pengambil kebijakan, akademisi, polisi, pebisnis, dan organisasi juga harus masif ikut menyuarakan isu penumpasan permasalahan stunting," tambahnya.
Baca juga: Menko PMK sebut stunting berdampak negatif pada SDM usia produktif
Baca juga: BKKBN atasi stunting lewat edukasi pengasuhan pada keluarga
Peneliti senior SEAMEO RECFON dan Country Lead AASH Indonesia Umi Fahmida mengatakan AASH merupakan studi interdisiplin yang dilaksanakan di tiga negara (India, Indonesia, Senegal), dan Lombok Timur menjadi lokasi di Indonesia.
"AASH bertujuan untuk mempelajari tipologi faktor-faktor yang membentuk jalur menuju stunting (stunting typology) dengan pendekatan anak secara utuh, termasuk komponen fisik (gizi, epigenetik, kesehatan saluran cerna), lingkungan pengasuhan, pendidikan dan pangan," kata dia.
Sementara itu, Ketua Umum Nasyiatul Aisyiyah Diyah Puspitarini mengatakan masyarakat sipil menjadi salah satu pemeran penting dalam percepatan pengurangan stunting.
Dia mengklaim Lazismu ikut berperan dalam menangani stunting di Indonesia. "Kontribusi program Lazismu dalam pencegahan stunting bertajuk 'Peningkatan Kemampuan Gizi Seimbang Seluruh Indonesia di 34 Provinsi dan 462 Kabupaten/Kota'," pungkasnya.
Doni Monardo: Jaga sumber mata air untuk atasi stunting
10 Oktober 2021 20:50 WIB
Acara Action Against Stunting Hub (AASH) yang digelar secara virtual, Sabtu (9/10/2021). ANTARA/HO-AASH.
Pewarta: Devi Nindy Sari Ramadhan
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2021
Tags: