Kairo (ANTARA News/RIA Novosti) - Pergerakan kaum muda Mesir pada Minggu merencanakan untuk membentuk partai oposisi sendiri untuk mempertahankan pencapaian aksi protes antipemerintah yang telah berlangsung selama hampir dua pekan.

Partai tersebut menuntut reformasi konstitusi di Mesir, pembentukan sebuah pemerintahan transisi, pembebasan tahanan politik dan penghapusan pengadilan pembelaan diri bagi warga sipil, mengakhiri status darurat di negara itu dan menjamin kebebasan demokrasi.

Lambang dan kandidat yang berpeluang untuk kepemimpinan partai tersebut tercantum dalam laman Facebook.

Permintaan utama gerakan tersebut adalah berakhirnya rezim Presiden Hosni Mubarak yang telah berkuasa selama 30 tahun, yang diperkirakan memiliki kekayaaan sekitar 70 miliar dolar AS, menurut para pakar Timur Tengah.

Mubarak, (82), berjanji untuk mundur ketika periode kepemimpinannya berakhir pada September. Anaknya Gamal telah mundur dari kepemimpinan partai berkuasa Mesir pada Sabtu, sehingga menepis kekhawatiran terjadinya skenario suksesi di pemerintahan.

Pemerintah Mesir menjanjikan reformasi konstitusi, meninjau ulang hasil pemilihan umum parlemen yang kontroversial, memeriksa skandal korupsi terkenal serta membuat isu ekonomi dan sosial menjadi prioritas dalam penentuan kebijakan.

Sebagian besar demonstran di Bunderan Tahrir, pusat kota Mesir, yang menjadi titik fokus utama kerusuhan anti Mubarak, berkeyakinan bahwa langkah itu merupakan tanda-tanda kesiapan pemerintah untuk memulai pembicaraan serius dan kembali menjalani kehidupan normal.(*)
(Uu.KR-PPT/M016)