PON Papua
Roxana tak akan berhenti bergulat sebelum dapat lagi emas PON
10 Oktober 2021 18:47 WIB
Pegulat putri Kalsel Natrusnicu Roxana (kanan) berusaha mengunci pegulat Jabar Yanti Hernanti (kiri) saat pada final Gulat Gaya Bebas kelas 76 Kg PON Papua di Gor Futsal Dispora, Kabupaten Merauke, Papua, Minggu (10/10/2021). ANTARA FOTO/Galih Pradipta/YU (ANTARA FOTO/GALIH PRADIPTA)
Merauke (ANTARA) - Kegagalan mempertahankan medali emas gulat pada PON Papua justru semakin memacu semangat atlet gulat Kalimantan Selatan Natrusnicu Roxana Andrea untuk terus berlatih menatap gelaran pesta olahraga empat tahunan berikutnya.
Roxana berangkat ke Papua berbekal status ratu gulat PON kelas terberat putri sehingga pegulat naturalisasi asal Rumania itu menjadi salah satu favorit juara dalam pertandingan gulat yang digelar di GOR Futsal Dispora, Merauke, Minggu.
Tidak seperti hari-hari pertandingan biasanya yang dapat diisi dua hingga tiga kelas, hari ketiga gulat hanya memainkan satu kelas untuk menghormati kearifan lokal di mana mayoritas warga Merauke beribadat ke gereja.
Setelah menjalani babak kualifikasi setengah kompetisi, Roxana lolos ke semifinal untuk bertemu dengan Indri Sukmaningsih.
Akan tetapi Indri mencuri tiket ke final setelah mengalahkan Roxana dengan jatuhan kendati pegulat Kalimantan Selatan ini sempat unggul poin.
Baca juga: Kelelahan, Roxana gagal pertahankan emas gulat PON Papua
Roxana tak berkutik ketika Indri mendapat celah untuk mengunci dan harus mengakui kekuatan sang lawan yang dinyatakan menang dengan teknik jatuhan.
Atlet kelahiran Rumania 13 Januari 1989 itu berpeluang melakoni laga balas dendam melawan wakil Jawa Timur Varadisa Septi dalam final, untuk membalas kekalahannya dalam kejurnas Pra-PON 2019.
Akan tetapi, Roxana yang resmi menjadi warga negara Indonesia pada 17 Mei 2016 itu, justru tersingkir pada semifinal dan harus puas mengamankan perunggu setelah menang angka mutlak atas wakil Jawa Barat Yanti Hernanti dalam laga perebutan tempat ketiga.
"Untuk medali ini saya kerja sangat keras. Kalaupun cuma perunggu tapi itu seperti emas," kata Roxana berurai air mata setelah pengalungan medali.
"Banyak ujian tapi alhamdulillah syukur dapat medali perunggu. Saya tidak akan berhenti, saya masih akan ikut PON depan, selama saya masih bisa, sampai saya (dapat) emas baru saya berhenti. Saya masih semangat."
Baca juga: Menangi laga super cepat, Varadisa ratu gulat baru di PON Papua
Faktor kelelahan menjadi salah satu kendala dan penyebab Roxana gagal mempertahankan gelar.
Pasalnya tidak seperti hari-hari pertandingan biasanya yang dapat diisi dua hingga tiga kelas, hari ketiga gulat hanya memainkan satu kelas demi menghormati kearifan lokal di mana mayoritas warga Merauke melakukan ibadat ke gereja.
"Pertandingan kali ini beda dari yang lain karena hanya satu kelas, biasanya kan ada dua hingga tiga kelas jadi waktu istirahatnya lebih banyak," kata Roxana.
"Kalau sekarang habis sekali main, belum 10 menit (istirahat) main ulang, jadi badannya lebih lemas."
"Tapi Alhamdulillah meski cuma perunggu," kata Roxana pada PON keduanya membela Kalimantan Selatan hari itu.
Emas gaya bebas putri 76kg jatuh ke tangan Varadisa setelah menang cepat atas pegulat Jambi Indri Sukmaningsih dengan teknik jatuhan pada 30 detik pertama babak pertama.
Baca juga: Pegulat Jatim Varadisa menangi laga final 76kg supercepat PON Papua
Roxana berangkat ke Papua berbekal status ratu gulat PON kelas terberat putri sehingga pegulat naturalisasi asal Rumania itu menjadi salah satu favorit juara dalam pertandingan gulat yang digelar di GOR Futsal Dispora, Merauke, Minggu.
Tidak seperti hari-hari pertandingan biasanya yang dapat diisi dua hingga tiga kelas, hari ketiga gulat hanya memainkan satu kelas untuk menghormati kearifan lokal di mana mayoritas warga Merauke beribadat ke gereja.
Setelah menjalani babak kualifikasi setengah kompetisi, Roxana lolos ke semifinal untuk bertemu dengan Indri Sukmaningsih.
Akan tetapi Indri mencuri tiket ke final setelah mengalahkan Roxana dengan jatuhan kendati pegulat Kalimantan Selatan ini sempat unggul poin.
Baca juga: Kelelahan, Roxana gagal pertahankan emas gulat PON Papua
Roxana tak berkutik ketika Indri mendapat celah untuk mengunci dan harus mengakui kekuatan sang lawan yang dinyatakan menang dengan teknik jatuhan.
Atlet kelahiran Rumania 13 Januari 1989 itu berpeluang melakoni laga balas dendam melawan wakil Jawa Timur Varadisa Septi dalam final, untuk membalas kekalahannya dalam kejurnas Pra-PON 2019.
Akan tetapi, Roxana yang resmi menjadi warga negara Indonesia pada 17 Mei 2016 itu, justru tersingkir pada semifinal dan harus puas mengamankan perunggu setelah menang angka mutlak atas wakil Jawa Barat Yanti Hernanti dalam laga perebutan tempat ketiga.
"Untuk medali ini saya kerja sangat keras. Kalaupun cuma perunggu tapi itu seperti emas," kata Roxana berurai air mata setelah pengalungan medali.
"Banyak ujian tapi alhamdulillah syukur dapat medali perunggu. Saya tidak akan berhenti, saya masih akan ikut PON depan, selama saya masih bisa, sampai saya (dapat) emas baru saya berhenti. Saya masih semangat."
Baca juga: Menangi laga super cepat, Varadisa ratu gulat baru di PON Papua
Faktor kelelahan menjadi salah satu kendala dan penyebab Roxana gagal mempertahankan gelar.
Pasalnya tidak seperti hari-hari pertandingan biasanya yang dapat diisi dua hingga tiga kelas, hari ketiga gulat hanya memainkan satu kelas demi menghormati kearifan lokal di mana mayoritas warga Merauke melakukan ibadat ke gereja.
"Pertandingan kali ini beda dari yang lain karena hanya satu kelas, biasanya kan ada dua hingga tiga kelas jadi waktu istirahatnya lebih banyak," kata Roxana.
"Kalau sekarang habis sekali main, belum 10 menit (istirahat) main ulang, jadi badannya lebih lemas."
"Tapi Alhamdulillah meski cuma perunggu," kata Roxana pada PON keduanya membela Kalimantan Selatan hari itu.
Emas gaya bebas putri 76kg jatuh ke tangan Varadisa setelah menang cepat atas pegulat Jambi Indri Sukmaningsih dengan teknik jatuhan pada 30 detik pertama babak pertama.
Baca juga: Pegulat Jatim Varadisa menangi laga final 76kg supercepat PON Papua
Pewarta: Aditya Eko Sigit Wicaksono
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2021
Tags: