Makassar (ANTARA News)- Kompetisi Liga Super Indonesia (LSI) tetap akan menjadi ajang sepak bola tertinggi di Tanah Air, meski kepengurusan PSSI berganti pada kongres di Bintan Kepulauan Riau, 19 Maret 2011.

Pengamat sepak bola Sulsel, Yopie Lumoindong, di Makassar, Jumat, mengatakan, kondisi itu tak lepas dari status LSI yang merupakan produk resmi dari organisasi sepak bola dunia seperti AFC dan FIFA.

"Banyak orang mengira LSI itu merupakan kompetisi bentukan PSSI, sehingga bisa saja diubah jika kepemimpinan berubah. Hal itu tentu tidak benar karena LSI merupakan produk dari AFC dan FIFA," jelasnya.

Mantan Direktur Teknik PSM itu menjelaskan, keberadaan Liga Primer Indonesia (LPI) yang hadir sebagai kompetisi alternatif juga tidak mungkin menandingi LSI.

Selain itu, untuk menyelenggarakan kompetisi, bukan hanya bermodal sportifitas melainkan legalitas. Artinya setiap orang harus menaati segala aturan yang berlaku dalam dunia sepak bola.

Namun demikian, Yopie juga mengakui jika status LPI yang sebelumnya dinilai sebagai kompetisi ilegal oleh pihak PSSI, berpeluang diakui jika saja kepengurusan PSSI berganti meski posisinya tentu tetap berada dibawah level LSI.

Selain itu, para pemain yang sebelumnya ditolak memperkuat timnas Indonesia diajang internasional karena berlaga di LPI juga bisa dihapus.

"LPI bisa saja mengganti kompetisi Divisi Utama yang merupakan kompetisi kasta kedua. Peluang itu bisa terjadi jika sosok yang didukung pihak LPI pada kongres PSSI berhasil menjadi Ketua Umum PSSI yang baru," katanya.

Aroma persaingan antara LPI dan LSI memang kini semakin tercium. Itu bisa dilihat dari keputusan penggagas LPI, Arifin Panigoro yang mendukung pencalonan Kepala Staf TNI Angkatan Darat Jenderal George Toisutta menjadi Ketua Umum PSSI dalam kongres mendatang.(*)
(T.KR-MH/S016)