Pengamat: BI Rate Naik Keputusan Tepat
4 Februari 2011 18:52 WIB
Seorang pekerja menyelesaikan proyek pembangunan sebuah gedung bertingkat di kawasan Rawamangun, Jakarta Timur, Jumat (4/2). Bank Indonesia (BI) akhirnya menaikkan tingkat BI Rate sebesar 25 bps menjadi 6,75% sebagai langkah antisipatif untuk mengendalikan ekspektasi inflasi ke depan yang mulai meningkat. (ANTARA/Andika Wahyu)
Jakarta (ANTARA News) - Pengamat ekonomi Ryan Kiryanto menilai langkah Bank Indonesia menaikkan BI Rate 25 basis points menjadi 6,75 persen merupakan keputusan tepat dan sesuai dengan ekspektasi pasar mengingat realisasi inflasi Januari yang cukup tinggi.
"Ekspektasi inflasi di bulan-bulan berikutnya merupakan faktor pendorong kenaikan BI rate. Untuk itu apresiasi untuk BI yang berani naikkan BI rate," kata Ryan di Jakarta, Jumat.
Menurutnya, ancaman inflasi ke depan masih tinggi karena krisis pangan dan ekses krisis politik di Mesir yang mendongkrak harga minyak dunia menembus 100 dolar AS per barel.
Sementara, harga bahan pangan yang tinggi akibat anomali cuaca ekstrim memperburuk kondisi sehingga gagal panen dan harga sembako melonjak terus menekan laju inflasi.
Namun, Ryan melihat kenaikan BI rate secara gradual atau bertahap akan mendorong kenaikan suku bunga perbankan dan akan menjadi sentimen negatif untuk industri perbankan.
"Tapi naiknya BI rate akan menjaga kestabilan rupiah ditengah apresiasi dolar AS terhadap mata uang lainnya. Pemerintah harus dapat mengendalikan sisi suplai agar inflasi rendah," katanya.
Sebelumnya, rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia, Jumat ini memutuskan untuk menaikkan BI rate sebesar 25 basis poin dari 6,5 persen menjadi 6,75 persen.
Gubernur Bank Indonesia Darmin Nasution mengatakan keputusan menaikkan BI rate diambil sebagai langkah antisipatif untuk mengendalikan ekspektasi inflasi ke depan yang mulai meningkat.
Peningkatan ekspektasi inflasi terutama dipicu oleh kenaikan harga "volatile foods" yang masih tinggi, disamping karena kenaikan harga komoditi global termasuk minyak dan rencana kebijakan Pemerintah di bidang komoditas strategis.
(D012/R010/S026)
"Ekspektasi inflasi di bulan-bulan berikutnya merupakan faktor pendorong kenaikan BI rate. Untuk itu apresiasi untuk BI yang berani naikkan BI rate," kata Ryan di Jakarta, Jumat.
Menurutnya, ancaman inflasi ke depan masih tinggi karena krisis pangan dan ekses krisis politik di Mesir yang mendongkrak harga minyak dunia menembus 100 dolar AS per barel.
Sementara, harga bahan pangan yang tinggi akibat anomali cuaca ekstrim memperburuk kondisi sehingga gagal panen dan harga sembako melonjak terus menekan laju inflasi.
Namun, Ryan melihat kenaikan BI rate secara gradual atau bertahap akan mendorong kenaikan suku bunga perbankan dan akan menjadi sentimen negatif untuk industri perbankan.
"Tapi naiknya BI rate akan menjaga kestabilan rupiah ditengah apresiasi dolar AS terhadap mata uang lainnya. Pemerintah harus dapat mengendalikan sisi suplai agar inflasi rendah," katanya.
Sebelumnya, rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia, Jumat ini memutuskan untuk menaikkan BI rate sebesar 25 basis poin dari 6,5 persen menjadi 6,75 persen.
Gubernur Bank Indonesia Darmin Nasution mengatakan keputusan menaikkan BI rate diambil sebagai langkah antisipatif untuk mengendalikan ekspektasi inflasi ke depan yang mulai meningkat.
Peningkatan ekspektasi inflasi terutama dipicu oleh kenaikan harga "volatile foods" yang masih tinggi, disamping karena kenaikan harga komoditi global termasuk minyak dan rencana kebijakan Pemerintah di bidang komoditas strategis.
(D012/R010/S026)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2011
Tags: