Jakarta (ANTARA News) - Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Bambang PS Brodjonegoro menyatakan, gejolak politik yang terjadi di Mesir tidak akan berdampak besar terhadap perekonomian Asia termasuk Indonesia.

"Kami lihat gejolak sesaat spekulasi di pasar komoditas minyak karena mengambil isu Mesir, menurut saya tidak berpengaruh kepada negara-negara Asia," kata Bambang di Jakarta, Rabu.

Menurut dia, gejolak di Mesir yang kemudian dikaitkan dengan harga minyak seharusnya berdampak signifikan terhadap negara-negara Eropa yang saat ini berada dalam musim dingin.

Ia menyebutkan, pemerintah menetapkan berbagai asumsi APBN untuk jangka waktu setahun sehingga tidak akan reaktif merespon gejolak di Mesir.

"Asumsi itu tahunan, Januari-Februari masih tinggi karena musim dingin, nanti ketika musim panas pada April/Mei dan seterusnya diharapkan turun," katanya.

Bambang menegaskan, asumsi harga minyak 80 dolar AS per barel merupakan angka untuk setahun, sehingga terlalu dini jika harus melakukan analisis perubahan saat ini.

"Terlalu cepat jika sekarang kita lakukan reaksi perubahan asumsi karena ini baru Januari, kita mesti lihat agak jauh ke depan," katanya.

Ia menyebutkan, pada musim panas nanti pihaknya akan melihat kembali harga minyak, sehingga diketahui angka rata-ratanya pada April-Mei.

Menanggapi harga pertamax yang terus naik, Bambang mengatakan, harga pertamax mengikuti harga internasional.

"Kalau harga dunia turun dia ikut turun, pertamax pernah turun dan pernah lebih tinggi dari sekarang. Kemungkinan harga minyak turun sangat mungkin," katanya.(*)

(T.A039/R014)