Jakarta (ANTARA) - Sejak awal 2020 pandemi COVID-19 telah mengubah seluruh aspek kehidupan manusia. Kendati demikian, harus diakui bahwa akibat pandemi, akselerasi adopsi teknologi di masyarakat pun kian tinggi.
Hal ini terjadi karena demi menghindari dan mengurangi penularan COVID-19, berbagai aktivitas fisik yang terbatas telah digantikan dengan aktivitas di ruang siber baik untuk bekerja, belajar, bersosialisasi hingga fasilitas kesehatan.
Di Indonesia sendiri fasilitas dan layanan kesehatan digital kian menjamur pada masa pandemi ini, mengingat banyak masyarakat yang takut tertular COVID-19 apabila mereka melakukan pengecekan kesehatan di rumah sakit.
Baca juga: Kenali gangguan irama jantung dan pentingnya pemantauan
Hal ini dibuktikan berdasarkan hasil studi penelitian Medix Global yang dilakukan oleh Kantar yang menyebutkan bahwa COVID-19 mendorong masyarakat Indonesia menggunakan layanan kesehatan digital, termasuk aplikasi kesehatan dan telekonsultasi.
Hasil penelitian itu menyebutkan bahwa layanan kesehatan digital dan penggunaan aplikasi kesehatan untuk berkonsultasi dan mendapatkan pengobatan medis di Indonesia, memperoleh momentum dari ketakutan masyarakat terhadap masalah kesehatan dan pembatasan sosial yang disebabkan oleh pandemi COVID-19.
Sembilan dari sepuluh masyarakat Indonesia, atau 92 persen populasi Indonesia dari berbagai golongan, mengatakan pandemi meyakinkan mereka tentang manfaat layanan kesehatan digital, dan mereka akan menggunakan aplikasi digital ketika ingin berkonsultasi dan mendapatkan pengobatan medis.
Angka tersebut lebih besar dari 64 persen masyarakat yang sudah menggunakan aplikasi kesehatan digital sebelum pandemi.
Karena ketakutan terhadap COVID-19 dan pembatasan sosial, 90 persen masyarakat mengatakan akan mencari saran medis melalui telekonsultasi.
Signal Atzmon, CEO dan Pendiri Medix Global, mengatakan “Karena pandemi, masyarakat Indonesia memiliki kesadaran lebih tinggi tentang layanan kesehatan," ujar Signal dalam keterangannya dikutip Jumat.
Signal menyebutkan bahwa pandemi telah menggarisbawahi kebutuhan individu untuk bertanggungjawab atas kesehatan mereka dan keluarga mereka, dan untuk memastikan mereka mendapatkan layanan kesehatan terbaik.
"Dengan besarnya populasi, Indonesia juga menjadi salah satu negara dengan pengguna internet terbanyak di dunia," tambah Signal.
Baca juga: Telemedisin tingkatkan akses wanita ke layanan kesehatan & kontrasepsi
Fitur utama aplikasi digital
Menjawab pertanyaan seputar fitur utama aplikasi layanan kesehatan digital, responden menjawab bahwa aplikasi harus memenuhi beberapa kriteria.
Berdasarkan urutan kepentingan, responden menyebutkan bahwa aplikasi kesehatan harus memiliki kemampuan untuk berkomunikasi melalui pesan tertulis dengan dokter atau suster.
Urutan kedua, layanan kesehatan digital harus bisa menjadi alat untuk mengelola kondisi kronis secara optimal dan terakhir dapat membaca hasil tes darah secara digital dan memberikan panduan medis.
Survei tersebut juga menyimpulkan tiga penyakit paling ditakuti masyarakat Indonesia.
Penyakit pertama yang paling ditakuti adalah penyakit kardiovaskular dengan jumlah responden mencapai 68 persen, diikuti oleh penyakit pernapasan (67 persen), kemudian kanker (53 persen).
Baca juga: Riset: Aplikasi kesehatan dan fitness kian diminati saat pandemi
Kepercayaan pada sistem layanan kesehatan di Indonesia
Terkait dengan sistem kesehatan di Indonesia, sebanyak 61 persen peserta survei menyatakan puas dengan sistem kesehatan publik sedangkan 78 persen menyatakan puas dengan sistem kesehatan swasta.
Masyarakat Indonesia merasa masih perlu ada peningkatan di tiga bidang yaitu kualitas sistem kesehatan, transparansi sistem kesehatan, dan kemudahan akses layanan kesehatan.
Sebagian besar responden atau sebanyak 88 persen menyatakan ketertarikan terhadap layanan manajemen & dukungan medis personal.
Kemudian 87 persen menyatakan bersedia untuk memperbarui polis kesehatan mereka, untuk memastikan polis tersebut sudah mencakup solusi perawatan dengan teknologi terkini termasuk pengobatan kanker dan layanan kesehatan digital.
Hasil survei tersebut dikatakan Signal membuktikan pendekatan multi-disiplin Medix dengan menyediakan layanan yang lebih baik sesuai pilihan masyarakat Indonesia.
“Ini termasuk akses ke jaringan spesialis kami, petunjuk dan saran atas opsi pengobatan, layanan pelanggan khusus yang tersedia 24 jam sehari 7 hari seminggu, jaringan profesional untuk menawarkan dukungan emosional dalam perjalanan medis dan menugaskan dokter dan perawat untuk memberikan perawatan secara lokal," tambah Signal.
Dengan kuatnya infrastruktur layanan kesehatan di Indonesia, Signal mengklaim Medix dapat berperan penting untuk membantu masyarakat Indonesia memenuhi kebutuhan yang spesifik dengan fokus pada perawatan pencegahan, kesejahteraan, dan pemantauan kesehatan yang lebih baik.
Sementara itu, terkait dengan interaksi antara dokter spesialis dengan pasien, 87 persen masyarakat Indonesia yakin atas informasi yang diberikan untuk membantu memahami kondisi kesehatan mereka dan 84 persen yakin telah mendapat diagnosa yang tepat.
Namun, meski kepercayaan terhadap dokter spesialis cukup tinggi, di antara masyarakat yang tidak didiagnosa dengan penyakit serius, 88 persen tetap akan mencari opini kedua untuk diagnosa penyakit serius dari dokter ternama dengan spesialisasi yang sama.
Sedangkan dari 15 persen responden yang didiagnosa dengan penyakit serius, 91 persen di antaranya akan mencari informasi tambahan untuk memastikan diagnosa yang diberikan sudah benar atau pengobatan yang direkomendasikan sudah yang terbaik.
Survei Medix Medical Monitor Research ini dilakukan oleh Kantar, perusahaan riset pasar multinasional terkemuka, yang dilakukan antara jeda waktu 7 Juni sampai dengan 25 Juni 2021.
Survei ini dilakukan pada berbagai komunitas di Thailand, Hong Kong, Singapura, Malaysia, Indonesia, Vietnam, India, dan Australia.
Penelitian mencakup kesadaran dan perilaku konsumen terhadap masalah kesehatan, kanker, dan ketertarikan pada layanan kesehatan digital.
Medix menggunakan hasil penelitian ini untuk memahami tren kesehatan di negara-negara tersebut dan untuk mengukur minat pada layanan yang ditawarkan.
Survei ini melibatkan 500 responden dari berbagai latar belakang termasuk pendapatan, usia, dan jenis kelamin, tersebar di tujuh daerah – Jabodetabek, Surabaya, Medan, Bandung, Semarang, Palembang, dan Denpasar.
Baca juga: Prediksi perkembangan digitalisasi di dunia kesehatan usai pandemi
Baca juga: Aplikasi telemedisin OkeKlinik tawarkan perawatan long COVID
Baca juga: Aplikasi telemedisin berikan layanan kesehatan tanpa hadir ke klinik
Artikel
COVID-19 percepat perkembangan layanan kesehatan digital
Oleh Maria Rosari Dwi Putri
8 Oktober 2021 15:19 WIB
Ilustrasi layanan kesehatan digital. (Pixabay).
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2021
Tags: