Jakarta (ANTARA) - Pengamat Energi Universitas Gadjah Mada (UGM) Tumiran berharap kenaikan harga batu bara tak mengganggu pasokan ke pembangkit listrik dalam negeri milik PT PLN (Persero).

"Pengusaha jangan hanya bicara untung, tetapi juga memastikan ketahanan pasokan batu bara Tanah Air. Harusnya ada pemahaman bersama untuk kepentingan dalam negeri," ujarnya dalam keterangan yang dikutip di Jakarta, Jumat.

Saat ini lonjakan harga batu bara dunia mencapai 200 dolar AS per ton, sehingga menimbulkan kekhawatiran banyak pihak terkait stabilitas listrik dalam negeri.

Tumiran menjelaskan lonjakan harga batu bara terjadi akibat adanya peningkatan pasokan komoditas. Terlebih beberapa negara, seperti China sempat susah payah menyeimbangkan pasokan listrik dengan permintaan seiring pulihnya perekonomian pasca-pandemi.

Menurutnya, kondisi itu bukan tidak mungkin krisis energi juga dapat terjadi di Tanah Air saat pasokan batu bara untuk kebutuhan pembangkit dalam negeri terpangkas.

Para pengusaha batu bara di Indonesia tetap menaati aturan kebijakan harga Domestic Market Obligation (DMO) kepada PLN.

"Di tengah harga batu bara dunia yang sedang meroket, pengusaha sudah mendapat banyak keuntungan dari ekspor. Untuk itu, idealnya ketahanan pasokan batu bara jangan sampai terganggu," ujar Tumiran.

Lebih lanjut dia menyampaikan bahwa apabila krisis batu bara terjadi di PLN, maka akan berimbas pada pasokan listrik nasional yang berdampak luas tak hanya ke PLN, tapi juga dirasakan ke para pelaku bisnis, industri, hingga ke masyarakat.

Baca juga: Pemerintah cermati efek lonjakan harga batu bara ke industri domestik

"Defisit batu bara di PLTU bakal mengganggu perekonomian nasional," ujar Tumiran.

Dia juga menjelaskan disparitas harga batu bara tidak selalu menguntungkan PLN, tapi juga pengusaha. Ketika harga batu bara di bawah 70 dolar AS per ton, perusahaan setrum negara tersebut tetap membelinya sesuai kebijakan DMO.

"Pas lagi untung bisa jual, bersyukur lah mereka. Tapi jangan lupa untuk tetap memasok ke dalam negeri," ujarnya.

Tumiran menambahkan penetapan harga khusus batu bara untuk kebutuhan pembangkit listrik di dalam negeri menjadi bukti bahwa pemerintah mementingkan keterjangkauan harga energi di Tanah Air.

Dengan harga listrik yang terjangkau, lanjut dia, geliat ekonomi akan lebih terakselerasi mengingat batu bara merupakan tulang punggung batu harga kelistrikan tetap stabil dan murah.

Tahun ini target DMO ditetapkan sebesar 137,5 juta ton. Berdasarkan data Minerba One Data Indonesia dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), realisasi penjualan batu bara untuk kepentingan dalam negeri tercatat mencapai 63,47 juta ton sampai dengan Juni 2021.

Tumiran memprediksi peningkatan harga batu bara dunia diperkirakan tidak berlangsung lama.

Baca juga: Harga batu bara acuan tembus 161,63 dolar AS per ton pada Oktober 2021